19.SHAVA AND ARGI

122K 6.2K 69
                                    


Happy Reading guys...
Dont forget vote and comment.
Sorry for typo

Suara pintu rumah sudah di kunci. Ayu berlari kecil dan masuk ke dalam kamarnya. Seperti biasa, Ayu mengunci pintu kamar. Begitu kamar sudah siap di kunci dan Ayu berbalik dan...

HHMMMM

Ada yang menutup mulutnya dengan tangan. Dapat Ayu raba tangan yang berada di mulut dan sebelah lagi di perutnya begitu besar dan berurat. Pria itu perlahan membawanya ke ranjang dan menududukkan Ayu di ranjang. Lalu Ayu memberanikan diri mendongak menatap siapa yang melakukan ini.

Pria itu melepaskan tangannya dari mulut dan perut datar Ayu.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Ayu tak percaya seraya menutupi kedua dadanya dengan menyilangkan tangannya.

Hell! Lihatlah tubuhnya hanya di balut handuk berwarna putih mutiara.

Refan terkekeh. Lalu dengan santainya malah duduk di sisi ranjang.
"Tidak ada"

"Sana pulang. Aku ingin istirahat" ucap Ayu penuh penekanan. Sebenarnya ia malu sekarang ini dengan kondisi tubuhnya yang bertelanjang bulat di balik handuk. Harusnya tadi ia memakai dalaman agar jika ada hal buruk akan terjadi, waktu untuk melawan akan terulur.

"Kau mengusirku Ay?" tanya Refan dengan pura-pura kaget.

"Ck! Keluar Ref aku ingin pakai baju" ucap Ayu menahan malu.

Lagi-lagi Refan terkekeh geli sambil mendekatkan wajahnya ke lakukan leher Ayu, sekejap Ayu merasa geli dan langsung menutup matanya. Nafas hangat Refan menerpa kulit lehernya yang telanjang.

"Tubuhmu harum sekali Ay. Boleh aku menikmatinya untuk yang kedua kali?" dengan tanpa beban Refan berkata dengan begitu mudahnya dan Ayu menahan malunya begitu?

Dengan cepat Ayu memukul bahu Refan.
"Jaga bicaramu ya! Kau tidak bisa berbicara begitu padaku. Dasar tidak tau malu" ucap Ayu sambil memukuli lagi bahu Refan.

"Ayolah" suaranya terdengar menggoda dengan kedua tangan besar itu menyentuh bahu Ayu dan bersiap mendorongnya agar terlentang di ranjang.

Dengan segera Ayu menolaknya dengan kumpulan tenaga. Ayu tidak mau lagi mengulangi kesalahan yang sama. Mengandung seorang anak tanpa ada suami dan ikatan pernikahan. Dirinya sudah lelah di pandang hina dan sebelah mata oleh masyarakat. Sudah cukup Gio, jangan ada yang yang ke dua.

"Refan kau tidak sopan sekali pada wanita!!" bentak Ayu dengan suara agak meninggi tapi belum membangunkan Gio yang sedang terlelep di atas ranjang yang sama. Sesekali ia hanya bergerak tak nyaman karena mendengar suara orang berbicara di dekatnya.

"Sstt... Jangan berteriak Ay. Kau membangunkan anak kita dari tidurnya" bisik Refan lagi dengan jari telunjuk berada di depan bibir Ayu.

"Yasudah sana keluar dulu. Kalau ada hal penting yang ingin kau sampaikan nanti kita bicara" ucap Ayu menarik baju Refan agar pria itu mau pergi meninggalkanya yang ingin pakai baju.

Bukan mengindahkan perkataan Ayu. Refan malah menggenggam kedua tangan Ayu dan mendorongnya pelan sampai permukaan ranjang. Kini Ayu terlentang di atas ranjang dengan Refan berapa di atas tubuhnya.
"Lepaskan aku... Lepaskan aku..." bisik Ayu sedikit penekanan dan terus berontak.

"Aku hanya ingin memberikan Gio seorang adik yang lucu seperti abangnya" ucap Refan di akhiri senyuman.

Semua jadi serba salah dan Ayu tak bisa apa-apa. Di sisi lain ia ingin bergerak lebih lincah, tapi Gio sedang tertidur di ranjang yang sama. Di sisi lain jika tidak berontak Ayu takut Refan lepas kendali.

HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang