Sebelumnya maapkan aku yang lama up date saudara-saudara sekalian. Maapkan akuhhSelamat membaca....
"Hai sayang, bagaimana kabarmu?" sapa Riska antusias sambil menyamakan tinggi badannya dan dengan Gio.
"Baik ante Liska"
"Aduh Gio sayang. Tante minta maaf ya karena tidak sempat lihatin kamu di rumah sakit. Kamu gak marah kan sama tante?" tanya Riska lagi.
Gio menggeleng lucu sambil tersenyum manis.
"Tidak malah dong. Kan Gio sayang ante Liska""Uuuuhh sini peyuk manja dulu" ucap Riska lucu dan mereka berpelukan bersama.
Selesai sesi berpelukan Gio langsung masuk ke dalam pabrik. Sedangkan Ayu memilih berbincang sesaat bersama Riska.
"Aku turut bahagia Gio sembuh" ucap Riska tulus.
"Iya, terima Kasih"
Setelah berbicang sesaat. Ayu dan Riska masuk ke dalam pabrik.
Sedangkan di sisi lain, di dalam pabrik Gio tampak sedang bersama dengan dua bocah berumur lima tahun. Awalnya Gio hanya diam duduk di dekat tangga, karena ia tahu mama melarangnya bermain dengan mereka. Anak-anak dari ibu-ibu pegawai pabrik ini. Tapi karena melihat mereka bermain sepertinya seru, Gio ingin ikut bergabung.
"Mau ngapain kamu?" tanya bocah lelaki berkulit hitam.
Gio hanya diam saja, menatap polos kedua bocah yang tua 2 tahun darinya.
"Kami di larang berteman dengan anak yang tak punya ayah sepertimu" ucap bocah satunya lagi yang berambut keriting.
Gio sedih di katai anak tak punya ayah. Karena mama bilang Gio memliki ayah. Ayah sedang bekerja untuknya. Dan suatu saat nanti ayah akan pulang, ayah akan kembali untuknya.
"Sana pergi!!" bentak si bocah berkulit hitam itu lagi.
"Gio juga pingin ikut main" ucap Gio polos.
"Main sana sendiri" ucap si bocah berkulit hitam.
"Tapi Gio ingin ikut main dengan kalian" ucap Gio polos.
"Kami tidak di beri bermain dengan anak tak memiliki ayah sepertimu. Jadi sana pergi!!" usir si bocah berambut keriting.
"Tidak! Gio punya ayah. Ayah Gio sedang bekelja"
Kedua bocah itu tampak tertawa meledek. Mereka menatap Gio remeh.
Lalu Ayu datang dan memegang tangan Gio.
"Kenapa Gi? Kenapa kamu ke sini. Kamu mau main dengan mereka?" tanya Ayu menunjuki dua bocah lusuh itu dengan dagunya. Gio menganggukkan kepalanya dengan wajah polos."Gio ingin main, tapi Gio di sulu main sendili sama meleka ma"
Ayu menatap dua bocah itu cepat.
Kedua bocah itu membalas tatapan Ayu dan menggelengkan kepala.
"Tidak kok tante. Dia saja yang tidak mau main dengan kami" dusta di bocah berambut keriting.Ayu tahu mereka hanya menipu. Karena Ayu mengenal putranya. Dari dulu Gio selalu merengek ingin bisa bermain dengan anak-anak di pabrik ini. Tapi Ayu melarangnya.
"Yasudah kalau begitu" pungkas Ayu lalu langsung membawa Gio ikut pergi bersamanya.
Mereka berjalan hingga sampai ke depan pabrik. Sesampai di depan pabrik, Ayu menggendong Gio untuk di dudukan di bangku panjang yang tersedia. Hati ayu terpukul ketika melihat sebuah tetesan bening di pipi Gio.
Anakku menangis?Gio menunduk menatap sepatu usangnya. Ia masih sangat sedih saat di katai dirinya tak punya ayah oleh anak-anak tadi.
Apakah mereka yang benar atau mama yang membohongiku selama ini? Batin kecil Gio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness
RomanceAyu tak mau bayi dalam kandungannya di aborsi oleh Refan, pria yang menghamilinya sekaligus kekasihnya. Tapi dengan bersi keras Refan tetap menginginkan bayi itu di lenyapkan. Apa usaha Ayu untuk mempertaruhkan bayinya agat tetap terlahir ke dunia...