32. BUNUH SAJA AKU!

113K 5.6K 147
                                    

Selamat membacaaaaa

"Maafkan aku Refan. Kau harus hancur juga seperti aku" dan wanita itu pun mendorong Gio kembali.

"Jangan!!"

Suara itu membuat wanita itu menoleh ke belakang. Senyuman miringnya tercetak saat melihat siapa yang berada di sini sekarang.

"Bagus kau datang. Kau dan istrimu bisa menyaksikan pertunjukan ini sendiri" ucap wanita itu berpura-pura ingin mendorong Gio.

Refan kaget. Ia tak menyangka kalau "wanita itu" yang menculik Gio. Setelah sekian lama...
Lamunan Refan buyar lagi saat Gio berposisi di ujung tebing berteriak ketakutan.

Ini benar-benar akan menjadi trauma buruk bagi si kecil itu.

"Ayah mama Gio takut hiks... Aunty ini jahat hiks..."

Hancur, entah harus bagaimana lagi menyampaikan apa yang Ayu rasakan. Ia hanya diam memejamkan matanya. Menangis sudah tak sanggup lagi, bernafas sudah tak kuat lagi. Apalagi harus menyaksikan Gio histeris ketakutan sekarang. Suara Putra kecilnya yang sedang menangis ketakutan saja tak sanggup Ayu dengar.

Langkah Refan berjalan tiga langkah ke depan. Mencoba mendekat dengan Gio. Tapi wanita yang memegang Gio mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Refan terkejut melihat benda yang wanita itu keluarkan dari sakunya. Seketika langkah Refan berhenti di tempat dan menatap kasihan anaknya.

"Jangan takut sayang. Ada ayah... Ada ayah nak. Jangan menangis"

Mendengar ayahnya bersuara. Gio tetap tak bisa berhenti menangis. Ia terus menangis tanpa suara.

"Jika kau mendekat anak ini ku tembak di depan matamu Refan!!" Wanita itu mengarahkan ujung pistol atas langit.
"Ku pastikan istrimu akan gila setelah ini" tunjuk wanita itu ke arah Ayu yang sedang berjongkok menangis dengan dagunya.

Refan hanya diam. Ia tak bisa apa-apa. Otaknya terus bekerja langkah apa yang harus ia lakukan sekarang ini. Ia tak mungkin membiarkan anaknya mati terbunuh di sini.

"Bagus. Diamlah begitu Refan, dan saksikan semuanya" wanita itu kembali hendak mendorong Gio.
Tapi sebuah suara yang begitu ia kenal terdengar hingga ia berhenti sebentar.

"Bunuh saja aku Kenya!"

Sontak semua mata menoleh ke arah Angga. Pria itu datang bahkan dengan nafasnya yang masih tidak beraturan.

"Bunuh saja aku Kenya, bunuh. Hidupku ini memang sudah hancur dari semenjak papaku tiada. Duniaku ini sudah hancur, jadi untuk apa lagi aku hidup. Dan aku tentu senang kalau kau yang menembaki kepalaku" Angga tersenyum seolah dia ikhlas.

"Hei! Apa kau gila?" Refan berkata dengan sangat tidak benar-benar tak percaya.

Angga melirik Refan lalu tersenyum.
"Aku tidak gila. Aku serius, aku ingin mati saja. Orang yang aku sayangi telah pergi, dan wanita yang aku cintai tidak membalas cintaku. Apa artinya aku hidup?" Angga tersenyum sinis. Hidupnya begitu hancur. Selama ini karena ada mama yang membuat Angga bertahan.

"Tidak Aga. Aku ingin anak ini mati. Agar Refan merasakan bagaimana sakitnya aku saat dia menolak untuk menikah denganku. Memang aku seperti biasa saja, tapi nyatanya aku hancur Aga. Dan Refan! Refanlah pria yang selama ini aku cintai. Kau selalu ingin tahu tentangnya kan?!"

"Tidak Kenya! Jangan bunuh Putra kecilnya yang tak tahu apa-apa. Hidup bocah itu sudah sengsara dari ia bayi, ibunya berjuang mati-matian untuknya tanpa seorang ayah dan aku saksinya. Dan sekarang kau membunuhnya begitu saja dengan mudah?! Aku tahu wanita yang aku cintai bukan pembunuh" suara Angga memelan.

HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang