26. GADIS CENGENG?

121K 6K 98
                                    

Jangan lupa vote dan comment ya!
Shava 👆👆👆

Mobil hitam mewah yang membawa Refan dan Ayu akhirnya memasuki perumahan elite para orang-orang berdompet tebal. Tak lama rumah berhenti di sebuah rumah besar dengan bergaya modern khas eropa.

Ayu terkagum-kagum menatap keindahan rumah Refan ini. Rumah ini sangat sangat sangat berbeda dengan rumah lama Ayu yang kecil dan tak nyaman huni. Jika di hitung-hitung mungkin rumah Ayu hanya seluas Taman rumah ini.

"Kau suka?" tanya Refan melihat Ayu hanya diam menatap kagum rumahnya.

Ayu bahkan tak sanggup berkata-kata lagi sehingga ia hanya menganggukkan kepalanya. Lalu menatap Refan.
"Ini Bagus sekali"

"Rumah ini milikmu. Aku membangunnya dengan susah payah. Mulai dari arsiteknya, itu semua aku yang rancang. Dan aku menghadiahimu rumah ini untuk kado pernikahan kita"

Ayu menatap Refan tak percaya. Rumah? Oh tidak. Istana ini? Beratas namakan namanya? Astaga bahkan posisi rumah ini berdekatan sekali dengan laut. Sebahagiannya rumah ini saja di atas laut. Seperti rumah panggung, bedanya ini di bawahnya adalah lautan. Bau-bau air laut dan suara ombaknya pun terdengar menghantam pagar beton belakang rumah.

"Refan, terima Kasih banyak" ucap Ayu sangat bahagia. Baru kali ini ia bahagia setelah sekian lama menderita. Akhirnya ia bisa tinggal di rumah yang layak.

Refan hanya diam saja sambil mengajak Ayu masuk.

Deretan foto-foto Ayu, Refan, Gio. Sampai foto-foto lucu Ayu dan Refan semasa pacaran dulu juga terpajang di dinding rumah dengan bingkai-bingkai foto yang Indah.

Karena tubuh juga sangat lelah. Ayu bersuara.
"Dimana kamarku?"

"Tidak ada. Aku hanya menyiapkan satu kamar. Karena ku kira kita akan tidur bertiga. Kau tidur denganku. Mulai dari malam ini kau harus terbiasa Ay" ucap Refan dengan enteng seraya melangkah ke sebuah kamar yang berhadapan langsung dengan laut.

Ayu mengekorinya dari belakang dengan terus bergumam kesal.
"Tidak bisa begitu Ref kau-"

"Kau lupa aku sekarang siapamu Ay? Surgamu itu ada di bawah kakiku" ucap Refan dengan begitu angkuh dengan kaki seperti menginjak semut.
Dengan malas Ayu memutar bola matanya sambil menghela nafas.
"Terserahlah. Aku lelah" pungkas Ayu tanpa malu langsung naik ke atas ranjang dan tidur membelakangi Refan.

Pria itu hanya menatap punggung Ayu lama lalu tersenyum.

Jarum pendek sebuah jam dinding yang bergantung di atas TV menunjukkan tepat mengarah ke angka 12.

Refan bahkan belum bisa memejamkan matanya. Tubuhnya lelah, tapi ia tidak bisa tidur. Karena ini adalah hal baru baginya. Tidur sekamar, bahkan seranjang dengan seorang wanita. Memang ia sudah pernah menikmati tubuh satu-satunya wanita yaitu Ayu, tapi tetap saja Refan merasa ini berbeda.

"Engghh" terdengar lenguhan dari mulut Ayu seraya berbalik badan menjadi berhadapan dengan Refan.

Refan menatap lama wajah damai di hadapannya. Ia terpesona pada wajah Ayu yang cantik. Begitu tuhan menciptakannya dengan wajah yang sempurna.

"Aku tidak pernah menyangka bisa duduk satu pelaminan denganmu Ay, menikahimu. Dari awalnya aku sama sekali tak menyukaimu, tapi kini aku malah menikahimu demi sebuah anugrah. Tujuan kita sama-sama ingin membahagiakan anugrah itu, Gio. Dialah ikatan antara aku dan kau Ay. Mungkin jika tidak ada Gio. Mungkin tidak akan pernah ada yang namanya pernikahan dalam hidupku" gumam Refan pelan seraya mengelus tiap inci wajah Ayu.

×××××

Dengan malas Ayu berjalan ke dapur. Hari sudah lagi tentu saja menuntut Ayu untuk menjadi seorang istri yang baik karena kini ia sudah punya tanggungan lain.

HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang