Lesson 03

713 94 6
                                    

Mahiru bangun ketika mendengar suara ketukan pada pintunya. "Mahiru! Keluar! Ayo temani papa joging!" seru suara Kouji dari balik pintu. Mahiru membuka setengah kelopak matanya dan melirik jam digitalnya yang masih menunjukkan pukul 6 pagi. Ia menghela napas dan kembali tidur bermaksud mengabaikan papanya itu tapi tidak bisa karena Kouji terus menerus memanggilnya dengan suara sekeras loudspeaker.

Dengan kesal, Mahiru bangun dari tempat tidur dan membuka pintu kamarnya. "Papa! Aku mau tidur!" serunya kesal. Berbeda dengan Mahiru, Kouji tersenyum lebar, "Dasar! Ayo joging! Biar sehat! Lihat badanmu itu, kurus kerempeng!" serunya berusaha menarik Mahiru keluar dari kamar tapi ia tetap berusaha tidak mau keluar.

"Aku ngantuk pa! Kalau mau minta Riku-san saja!" seru Mahiru kesal lalu menutup pintu kamar. Ia segera kembali tidur dan mengabaikan semua panggilan dari Kouji. Akhirnya, setelah beberapa detik, suara lembut Riku terdengar menyuruh Kouji untuk tidak memaksa lalu suara itu pun hilang dan Mahiru pun dapat kembali tertidur pulas.

*****

Mahiru kembali terbangun ketika alarmnya yang memekakkan telinga berbunyi. Sialnya, Mahiru kembali lupa menyetel alarmnya sehingga ia kembali bangun jam 08.00. Ia langsung meloncat dari tempat tidurnya dan belai menuju kamar mandi.

Setelah selesai, ia mengenakan seragam, mengikat rambutnya, dan keluar dari kamar. Di ruang makan, Kouji sedang duduk sambil membaca koran dengan Riku sedang meletakkan beberapa piring makanan yang sudah siap.

Mahiru langsung mencomot sepotong roti di atas meja dan berlari keluar sambil menyerukan ittekimasu. Kouji menyuruhnya untuk makan dulu yang benar tapi Mahiru mengabaikannya dan berlari keluar rumah setelah memakai sepatu.

"Dasar anak itu! Sudah SMA masih saja hampir telat!" seru Kouji sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Riku hanya tertawa sambil menarik kursi meja makan untuk duduk.

*****

Kali ini Mahiru tidak selamat karena kereta yang ia tumpangi harus berhenti sebentar karena terjadi kecelakaan. Dan sialnya lagi, guru piket kali ini adalah Satou-sensei, yaitu guru BP yang galaknya minta ampun. Kalau sudah menghadap guru itu, Mahiru harus memantapkan jiwa dan raganya untuk menerima hukuman sadis dari guru itu.

"Lagi-lagi kau Watanabe! Sensei sampai pusing mau memberimu hukuman apa lagi!" seru Satou-sensei sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Mahiru hanya berdiri sambil menampakkan sederet gigi putihnya yang rapi.

Satou-sensei membuka-buka buku-buku di atas mejanya sambil menggaruk-garuk kepalanya yang sudah hampir botak. "Hmm.. siapa partnermu?" tanyanya membuat Mahiru mengerutkan keningnya. "Partner?" tanya Mahiru merasa tidak memiliki partner di sekolah ini.

"Iya, orang yang akan mendapatkan hukuman yang sama denganmu jika salah satu dari kalian melanggar peraturan sekolah. Sudah dijelaskan Nakayama-sensei kan kemarin?" jelasnya membuat Mahiru langsung menepuk jidatnya. "Oh! Maksudnya Nakayama.. eh? Siapa ya? Ehm.. ah! Zen!" seru Mahiru.

"Kau partnernya Nakayama Zen?" tanya Satou-sensei tidak percaya. Mahiru mengangguk bingung dan langsung mendapatkan gelengan dari Satou-sensei. "Kasihan sekali Nakayama-kun harus mendapat partner sepertimu," gumamnya membuat Mahiru tersinggung dan marah. Apa salahnya?! Aku pun tidak mau dia jadi partnerku tahu! Dasar! Batinnya kesal.

Satou-sensei  lalu berjalan pergi sebentar setelah memanggil Mahiru untuk tetap menunggu di dalam kantor guru.

*****

Tidak!!! Aku tidak mau lagi!! teriakku dalam hati sambil meletakkan wajahku di atas meja dengan kasar sehingga menghasilkan bunyi yang sangat keras. Di sebelahnya, Zen duduk dengan ekspresi kaku dengan mulut yang tertutup rapat.

"Woi! Watanabe! Jangan ribut!" tegur Kamiya-sensei, guru kimia mereka yang kurus kering dan terlihat urak-urakan. Sekarang sudah jam pelajaran ke-4 dan Mahiru baru masuk sekarang karena harus melaksanakan hukuman karena telat.

Iya kalau cuma dia sendiri yang terkena hukuman itu, tapi ternyata Zen juga kena hukuman itu. Awalnya, Mahiru senang-senang saja karena orang yang ia benci juga mendapat hukuman telat tapi lama-kelamaan, Mahiru jadi takut karena sejak mengetahui akan mendapat hukuman itu juga, Zen tidak mengatakan sepatah katapun dan hanya melaksanakan hukuman membersihkan toilet itu dalam diam. Tapi, Mahiru bisa merasakan aura-aura gelap dari laki-laki itu membuatnya merasa sangat tidak nyaman dan melelahkan.

Sekarang Mahiru pun berusaha untuk fokus pada pelajaran yang satu pun tidak ia mengerti sedangkan Zen dengan aura menyeramkan masih keluar dari dirinya, terus menuliskan semua yang diajarkan Kamiya-sensei. Mahiru semakin merasa tidak nyaman dan itu semua membuatnya semakin lelah.

Bel istirahat pun berbunyi dan Zen langsung pergi keluar dari situ membuat Mahiru menghela napas lega. Kaoru datang dan duduk di kursi sebelah Mahiru, "Ke kantin yuk!" ajaknya.

Mahiru meletakkan kepalanya di atas meja, "Capek... beliin dong Kaoru! Dasar! Kau enak banget dapat Shinohara-san! Kau lihat si Nakayama Zen itu! Dari tadi ngeluarin aura yang seram banget!" rengeknya seperti anak kecil yang tidak ingin tinggal sendirian di rumah.

"Kau sih salah sendiri, makanya jangan telat!" seru Kaoru membuat Mahiru cemberut. "Kau kok jadi ngebela dia sih?!" seru Mahiru kesal. "Kan memang kau yang salah," jawab Kaoru cuek. Mahiru semakin cemberut. Ia merasa sudah mau pindah dari tempat duduk ini padahal belum sehari ia duduk bersama Zen.

Perut Mahiru tiba-tiba berbunyi membuatnya menepis segala pemikirannya yang membuatnya capek itu dan langsung berdiri, "Ayo! Ke kantin!" ajaknya pada Kaoru yang langsung disambut dengan anggukan dari Kaoru.

Perfect X Worst [BxB] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang