"Mahiru!" Kyoko memeluk anak laki-lakinya dengan penuh rasa rindu padahal belum lama ini, ia baru bertemu dengan Mahiru. Mahiru yang terlalu kaget hanya bisa membiarkan diri dipeluk dengan tubuh yang mengeras seperti patung.
"Kyoko? Kenapa ka-," Riku menahan Kouji yang ingin menghampiri mantan istrinya itu. Kouji menatap tajam Riku - menuntut penjelasan darinya. Riku hanya menggeleng lalu mendorong Kouji agar berdiri agak jauh dari situ.
"Biarkan mereka berdua untuk sebentar. Aku tidak bilang tapi setelah Kyoko datang ke rumah, Mahiru pernah ketemu lagi dengan kyoko dan menjelaskan semuanya tentang permintaannya untuk tinggal bersama sampai keluarganya yang baru. Ini bukan tempat kita lagi untuk memutuskannya. Biarkan Mahiru yang putuskan apa yang ia inginkan!" Kouji diam sejenak sebelum akhirnya mengangguk. Ia mengawasi kedua orang itu tanpa mengatakan apa-apa.
Di sisi lain, Mahiru masih terkejut melihat keberadaan mamanya di sini. "Kenapa mama ada di sini?" tanyanya setelah Kyoko melepaskan pelukannya yang erat itu.
"Ah.. suamiku yang sekarang adalah pengusaha besar di Korea dan ada hubungan kerja dengan keluarga Nakayama ini jadi kami di undang. Kalau Mahiru? Sampai papa dan Riku pun ada di sini. Kalian ada hubungan apa dengan keluarga ini?" tanya Kyoko, tidak dapat mengeluarkan ide tentang hubungan kedua keluarga ini karena Kouji bukanlah pekerja yang sampai bisa berhubungan dengan keluarga super kaya seperti Nakayama.
"Ah.. itu..," mahiru bingung mau bagaimana menjelaskan. Tidak mungkin ia mengatakan kepada mamanya bahwa ia disalah kira sebagai pacar anak laki-laki keluarga ini. Mahiru memutar bola matanya ke segala arah berusaha memikirkan alasan yang tepat.
Melihat anaknya yang kesusahan itu, Keiko buru-buru menambahkan, "Tidak apa-apa kalau kau tidak ingin mengatakan alasannya kok! Hehehe..,". Mahiru balas tersenyum sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Oh ya, kau sudah pikirkan tawaranku untuk tinggal bersama?" tanya Keiko mengingat tujuan utamanya.
Mahiru terdiam sejenak. Ah! Aku lupa! Bagaimana ini?! Pikirnya panik. Karena segala hal yang terjadi di sekitarnya menyibukkannya membuat dia yang kapasitas otaknya tidak seberapa langsung melupakan hal itu.
Aku sih mau tinggal sama mama, cuma.... Mahiru melirik ke arah papa dan Riku yang entah sejak kapan sudah berpindah tempat. Hmmm.. ia semakin ragu.
"Mahiru?" Kyoko memanggil anaknya dengan bingung.
"Ehm.. itu.. anu..," Mahiru semakin panik. Ia tidak tahu harus jawab apa.
"Eomma*!" seru sebuah suara bernada tinggi dilanjutkan dengan kemunculan seorang gadis mungil dengan gaun ngembang berenda berwarna pink dan merah yang indah. Gadis mungil itu berlari melewati kerumunan orang banyak menuju ke arah Kyoko.
(* panggilan ibu dalam bahasa Korea
"Hyun-mi!" seru Kyoko panik. Ia berlari kecil menuju gadis mungil itu lalu diangkatnya ke dalam pelukannya membuat gadis mungil itu tertawa riang. Gadis itu ikut memeluk Kyoko dengan tangannya yang pendek dan mungil. Melihat semua itu, Mahiru tidak bisa berkata-kata.
"Mahiru! Kenalkan ini namanya Hyun-mi! Adikmu!" seru Kyoko. Ia lalu mengatakan sesuatu kepada gadis mungil bernama Hyun-mi itu dalam bahasa Korea yang tidak ia mengerti.
Tiba-tiba, Hyun-mi tersenyum lebar lalu membuka mulutnya, "Oppa**!" panggilnya dengan suara imut. Pipi tembamnya membuat Mahiru sedikit gemas. Ia sudah ingin mencubit pipi gadis mungil itu jika tidak dalam keadaan sekarang.
(** panggilan kakak laki-laki oleh perempuan dalam bahasa Korea
Perasaan Mahiru bercampur aduk antara rasa sayang melihat adik tirinya itu dengan rasa sesak melihat keluarga baru Kyoko yang terlihat sangat bahagia. Apakah aku harus menerima tawaran mama? Tapi bagaimana kalau aku merusak keharmonisan keluarga mereka? Aku juga tidak ingin pisah dengan papa dan ibu padahal sudah dekat dengan ibu... batinnya pusing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect X Worst [BxB] ✔️
Romance(Zen x Mahiru) Watanabe Mahiru masuk ke sekolah SMA Swasta Kaijou untuk mengejar gadis yang ia sukai. Ternyata ada seorang laki-laki bernama Nakayama Zen yang juga menyukai gadis itu akan tetapi Mahiru tidak menyerah. Keberuntungan datang ketika Mah...