Lesson 40

550 68 4
                                    

Rina duduk di bangku kelasnya yang sudah kosong sambil menggerutu. Di atas mejanya terdapat jurnal dan absen kelas yang harus ia isi karena ia mendapat jadwal tugas piket hari ini.

“Dasar si tak berekspresi itu malah pulang saja meninggalkan aku! Argghh!” kesalnya dan dengan geram menggulung-gulung rambut coklatnya pada jari tangan kirinya.

“Rina.. kau belum pulang?” Tanya sebuah suara membuat tangan Rina berhenti menulis. Ia menoleh dan mendapatkan seseorang yang ia kenal di situ.

“Ah.. aku tugas piket hari ini. Padahal aku ada janji mau pergi karaoke! Nyebelin!” ujarnya. Orang itu berjalan masuk ke dalam kelas sambil mendengar gerutuan Rina dan akhirnya duduk di depan bangku Rina.

Gerutuan Rina berhenti ketika ia menyadari ekspresi orang itu yang lagi-lagi terlihat ada masalah. “Kau kenapa lagi? Kalau masalah anak itu, aku sudah mengancamnya untuk tidak mendekat-“

Orang itu menggeleng. “Terima kasih untuk yang itu tapi...,”. Rina mendengar apa yanh diceritakan orang itu dalam diam.

“Rina! Aku ingin meminta bantuanmu!” Seru orang itu. Rina tersenyum, “Aku akan lakukan apa pun kalau itu yang kau minta apa lagi itu ada hubungannya dengan Zen,”

*****

Daisuke sedang duduk di tumpukan rongsokan yang terlantar di gang kecil yang sepi sambil menikmati rokoknya. Jin dan Takuma duduk di dekatnya sambil bermain kartu remi. Mereka mulai berteriak-teriak karena keseruan permainan yang mereka lakukan membuat Daisuke ingin membentak mereka tapi tidak jadi karena tiba-tiba ponselnya berbunyi.

Ia mengeluarkan ponsel lipatnya itu dan terkejut ketika melihat nama yang sudah lama tidak tertera di layar ponselnya itu kini terpampang jelas diiringi nada dering musik metalnya itu. Tersenyum licik, ia mengangkat telepon itu.

“Oh.. sudah lama kau tidak menghubungiku. Ada sesuatu yang menyenangkan yang bisa kau lakukan kepadaku?” tanyanya sambil sesekali mengisap rokoknya. Jin dan Takuma berhenti bermain dan mulai mengamati percakapan Daisuke dengan penelpon yang tak bisa mereka tebak siapa.

Senyum licik Daisuke semakin lebar mendengar jawaban dari seberang telepon membuat bulu kuduk Jin dan Takuma naik semua. Mereka tahu akan ada sesuatu yang berbahaya yang harus mereka lakukan dalam waktu dekat.

“Begitu dong! Hahahaaha! Aku ikut rencana itu!” seru Daisuke sebelum akhirnya menutup teleponnya. Ia bangun dari duduknya dan menginjak batang rokoknya yang belum habis setengah.

“Ayo!” perintahnya. “Kita mau ke mana Daisuke?” tanya Jin dan Takuma yang buru-buru membereskan kartu remi mereka dan mengikuti Daisuke dari belakang.

Daisuke tertawa kecil yang mengerikan. “Persiapan untuk membalas pengkhianat kita! Kalian mengerti maksudku kan?”

Mendengar itu, Jin dan Takuma ikut tersenyum licik. “Tentu saja, Daisuke!” seru Jin. “Jadi, bagaimana kita akan melakukannya?”

*****

Ketika Mahiru sampai di rumahnya, Riku langsung heboh karena takut ada sesuatu yang terjadi pada Mahiru. Mahiru tidak ingin membuat Riku khawatir jadi ia berbohong bahwa ia sakit jadi pulang lebih awal.

Akhirnya, Riku langsung menariknya untuk istirahat di atas tempat tidur setelah mengganti pakaian seragam menjadi piyama. Setelah itu, Riku meninggalkan kamar Mahiru dan semuanya menjadi sepi kembali.

Mahiru yang ditinggal dalam keheningan itu semakin lama semakin mengantuk. Padahal, ia sudah tidur cukup lama di UKS sekolah.

Dari sela kelopak matanya yang mulai menutupi, ia melihat sebuah kotak besar berwarna biru muda yang terletak di atas meja pendek kamarnya. Kotak apa itu? Aku tidak ingat ada simpan kotak seperti itu... pikirnya tapi otaknya tidak bisa bekerja dengan baik karena ia semakin mengantuk dan akhirnya ia pun tertidur.

Perfect X Worst [BxB] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang