Mahiru menganga melihat sebuah pagar besar dan tinggi berwarna hitam terbuka secara otomatis di depannya. Dari dalam pagar yang terbuka, terlihat sebuah jalan beraspal dengan pada rumput yang dihiasi bunga dan pohon di kedua sisinya. Ini surga?!
“Kenapa bengong?! Cepat masuk!” bentak Zen yang masih kesal walaupun ia merasa bersalah sudah membuat Mahiru basah kuyup. Mahiru yang masih dalam keadaan cukup basah walaupun tidak separah tadi langsung berjalan ke depan. Ia sedikit kesal oleh Zen tapi ia tidak berani memarahi laki-laki itu.
Tadi, Zen yang bengong melihat Chiaki dan Atsushi yang heboh karena Mahiru basah kuyup tiba-tiba menyuruhnya datang ke rumah laki-laki itu. Dia bilang, ini juga salahnya jadi setidaknya ia akan meminjamkan baju untuk Mahiru. Tapi rumahnya di mana? Batin Mahiru heran karena yang dari tadi ia lihat hanyalah sebuah jalan aspal yang ia sedang jalani dengan Zen dan padang rumput di kedua sisinya. Sesekali, ia bisa melihat pondok kecil berwarna putih dengan desain elegan terletak di tengah padang rumput itu.
“Masih jauh?” tanya Mahiru yang merasa sudah berjalan hampir 10 menit. “Bentar lagi,” jawab Zen yang berjalan di depan Mahiru tanpa menoleh ke arahnya.
Tidak lama kemudian, sebuah rumah mewah bercat putih bersih terlihat dari jauh. Semakin lama semakin jelas dan membuat Mahiru menganga lebar lagi. Rumah itu bergaya barat dengan ukiran-ukiran indah di dinding putihnya. Ketika mereka sampai, mereka menaiki anak tangga menuju teras rumah yang cukup luas sebelum akhirnya mereka berdiri di depan pintu berukuran besar berwarna cokelat mengkilap yang mungkin cukup untuk dimasuki beberapa orang sekaligus.
Pintu itu tiba-tiba terbuka dan beberapa pelayan sudah berdiri berjejer di samping kiri dan kanan. “Selamat datang kembali, tuan muda Zen!” seru pelayan-pelayan itu dengan kompak. Mahiru kaget dan mundur beberapa langkah melihat sesuatu yang ia kira hanya ada di dalam komik-komik.
Zen berjalan masuk dengan tenang dan seorang pelayan pria dengan rambut yang sudah memutih hampir seluruhnya berjalan ke arahnya, “Tuan muda, tuan yang ada di sana?” tanyanya sambil melirik Mahiru yang masih ada di depan pintu dengan tatapan bertanya karena keadaan Mahiru yang seluruh tubuhnya basah. “Ah.. teman,” jawab Zen singkat. “Woi! Masuk!” perintah Zen kepada Mahiru dengan nada yang sangat jauh dari berbicara dengan teman.
Otak Mahiru berkabut sehingga tanpa memikirkan apa pun, ia mengikuti perintah Mahiru dan berjalan masuk ke dalam mengikuti langkah kaki Zen dan pelayan tua itu. Pelayan lainnya mulai bubar dari situ dan kembali mengerjakan pekerjaan mereka masing-masing.
“Kakek Gin, bisa tolong bawa dia ke kamarku? Lalu baju basahnya tolong dikeringkan!” perintah Zen yang langsung diterima dengan senang hati oleh pelayan tua bernama Gin itu. Zen lalu menoleh ke arah Mahiru yang masih tidak bisa berpikir dengan jernih, “Kau ganti bajumu dengan bajuku! Ambil saja yang kau mau!” ujar Zen lalu berjalan pergi dari situ tanpa menunggu Mahiru mencerna perkataannya dan memberi balasan.
“Tuan..?” Gin berjalan mendekati Mahiru. “Ah, aku Mahiru,” jawab Mahiru buru-buru ketika memahami maksud dari nada bicara Gin. “Tuan Mahiru, silahkan ikuti saya menuju kamar tuan muda Zen,” ujarnya lalu membungkukkan badannya sebentar sebelum mulai berjalan. Mahiru mengangguk dan mengikutinya.
Mereka berjalan melewati sebuah ruangan kosong dengan lantai melingkar dengan pilar-pilar di beberapa titiknya yang di tengahnya terdapat sebuah lampu gantung dengan desain ramai dan indah menuju ke tangga yang berada di sudut ruangan itu tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Mahiru merasa tidak nyaman dengan kesunyian itu dan berusaha untuk membuka pembicaraan, “Be-besar ya.. aku tidak tahu Nakaya- Zen itu tinggal di rumah sebesar ini,” ujar Mahiru berharap Gin merespons kata-katanya.
Ia bersyukur ketika Gin tertawa pelan, “Tuan muda Zen adalah anak dari pemilik restoran terbesar di Jepang yang sudah membuka cabang di berbagai daerah. Tuan tidak tahu?” tanya Gin yang langsung dengan buru-buru ia tambah, “Ah.. maafkan saya. Saya tidak bermaksud mengatakan tuan tidak tahu menahu tentang tuan muda padahal Anda temannya,”. Mahiru menggeleng, “Tidak. Kami memang bukan dalam hubungan yang bisa menceritakan tentang diri masing-masing jadi tentunya aku tidak tahu,”.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect X Worst [BxB] ✔️
Romance(Zen x Mahiru) Watanabe Mahiru masuk ke sekolah SMA Swasta Kaijou untuk mengejar gadis yang ia sukai. Ternyata ada seorang laki-laki bernama Nakayama Zen yang juga menyukai gadis itu akan tetapi Mahiru tidak menyerah. Keberuntungan datang ketika Mah...