Lesson 12

546 71 0
                                    

“Hah.. woi, Jin! Kau tahu ke mana Takuma?!” tanya seorang laki-laki berbadan besar dengan seragam SMA Kouran – SMA yang kurang lebih 90%nya dimasuki oleh berandalan – yang berantakan serta rambut jabrik di cat warna hijau, tindikan pada bagian bawah bibirnya, dan aksesoris yang aneh dan mencolok. “Hah? Kayaknya ke toko itu deh.. wah! Tapi kau mau masuk toko itu Daisuke? Itu benar-benar toko yang menggelikan!” seru Jin yang berbadan lebih kecil dengan seragam yang sama dan dalam keadaan yang sama serta kepala yang botak dan kalung rantai yang cukup besar mengalungi lehernya. Ia melihat toko kue bernama Lourie yang penuh dengan aura feminin yang sangat tidak cocok dengan mereka berdua.

“Hah?! Masa Takuma masuk ke dalam situ?!” seru Daisuke, mulai jijik dengan temannya yang satu itu. “Ah.. kalau tidak salah dia masuk dengan pacar barunya.. ergh.. siapa itu namanya? Eri? Emi? Eiko?” Jin menggaruk-garuk kepalanya bingung. Ia memang tidak pandai menghafal nama orang. “Eriko!” koreksi Daisuke. “Begitu ya. Pantas saja dia mau masuk ke toko begituan.. hah.. hampir saja aku kehilangan satu temanku,” tambahnya yang sudah bermaksud menghapus nama Takuma dari daftar nama temannya.

Daisuke hendak berjalan pergi dari situ ketika matanya menangkap sesosok laki-laki berkacamata yang sedang asyik memakan kue di meja yang paling dekat dengan dinding kaca toko itu. “Itu!” seru Daisuke mengagetkan Jin. “Ada apa, Daisuke?” tanya Jin tapi tidak dijawab. Akhirnya, ia mengikuti arah pandang Daisuke dan mendapati sosok laki-laki itu. Hmm? Rasanya pernah lihat..? batinnya penuh tanda tanya.

“Zen?” gumam Daisuke membuat Jin ingat. Betul! Zen! Auranya sedikit berubah dan dia juga jadi berkacamata dan berpakaian rapi seperti itu tapi tidak salah lagi! itu Zen! Batin Jin. Daisuke tiba-tiba tertawa meremehkan, “Heh! Setelah mengkhianati kita seperti itu.. hehehe.. hahahaha..!! lihat dia jadi orang yang menyedihkan!” seru Daisuke merasa sangat geli melihat tampang Zen yang sok anak teladan itu.

Daisuke melangkah mendekati dinding kaca di mana Zen terlihat diikuti Jin dari belakang. Ia langsung mengetuk dinding kaca itu dengan kasar membuat orang-orang di dalam toko termasuk Zen melihat ke arah sumber suara. Daisuke tersenyum licik, “Woi! Zen! Keluar kau!” perintahnya yang kalau di dalam toko hanya terdengar samar-samar tapi cukup untuk dimengerti oleh Zen.

Zen mengerutkan keningnya melihat kedua orang yang tampang berandalan itu. Siapa mereka? Batinnya tapi tetap berdiri mengikuti orang di luar itu. Ia tidak ingin toko kue kesukaannya itu hancur kalau misalnya laki-laki berandalan itu mengamuk.

*****

“AH!” Chiaki langsung berteriak dan tanpa sadar berdiri serta memukul meja menghasilkan suara berisik membuat semua pandangan di dalam ruangan itu terarah kepadanya. “Ah.. maaf... maaf..,” ucapnya lalu kembali duduk. “Kau kenapa?” tanya Atsushi yang sempat terlonjak kaget karena teriakan Chiaki.

Sekarang, mereka sedang berada di dalam kafe yang berada di seberang toko kue Lourie. Mereka duduk di dekat jendela kafe itu dan bersyukur karena Zen juga duduk di dekat dinding kaca yang masuk dalam jangkauan pandangan mereka. Dari tadi, mereka hanya menonton sambil sesekali menyembunyikan diri karena merasa Zen mulai menyadari keberadaan mereka.

“Itu!” seru Chiaki dengan suara tertahan sambil menunjuk ke arah luar jendela. Atsushi mengikuti arah tunjukan Chiaki dan membelalakkan mata. “Itu, Diasuke dan Jin!” seru Atsushi dan sekali lagi membuat perhatian para pengunjung terarah kepadanya. Setelah meminta maaf sekali lagi, ia melihat ke arah Daisuke dan Jin. Di lihatnya, mereka menyadari keberadaan Zen dan sekarang memukul dinding kaca di dekat tempat duduk Zen. Gawat! Zen tidak boleh bertemu dengan mereka! Batinnya kacau. Zen mulai beranjak dari kursinya. “Atsushi!” seru Chiaki masih dengan suara tertahan dan mengisyaratkan bahwa mereka harus keluar. Atsushi mengangguk dan dengan sigap berdiri dari situ dan berjalan keluar.

Perfect X Worst [BxB] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang