“Hah...,” Zen menghela napas panjang membuat Atsushi dan Chiaki saling berpandangan bingung. Sekarang sudah jam istirahat dan mereka seperti biasa, duduk di kantin.
Zen lelah karena merasa Mahiru membuat sebuah dinding di antara mereka selama pelajaran berlangsung. Ia yang ingin mengajak bicara laki-laki itu pun jadi tidak bisa dan itu membuatnya merasa kesal. Padahal ia ingin menanyakan alasan Mahiru tidak datang tadi pagi.
Hm? Tunggu dulu! Aku kan yang bilang kepadanya kalau tidak mau datang silahkan. Masa aku nanya alasannya sekarang? Bodoh! Marahnya dalam hati.
Atsushi dan Chiaki bingung mau memanggil Zen atau tidak karena ia memasang wajahnya yang terlihat sangat sulit. Tiba-tiba, Zen menatap kedua orang itu dengan muram. “Watanabe tidak datang tadi pagi,” ujarnya tiba-tiba membuat kedua orang itu tidak tahu harus merespon apa selain ‘eh?’.
“Aku tahu aku yang bilang sih kalau dia tidak mau datang tidak apa-apa karena memang aku yang salah tapi entah mengapa aku jadi kesal,” tambahnya. Chaiki dan Atsushi diam saja. Mereka tahu ini saatnya untuk diam dan mendengar.
Zen menghela napas panjang lagi. “Aku pusing,” ujarnya sambil membenamkan wajahnya pada tangannya yang terlipat di atas meja. Tidak berapa lama, ia lalu mengangkat wajahnya lagi dan menatap kedua sahabatnya itu. “Aku dulu pas SMP itu seperti apa?” tanyanya tiba-tiba membuat Chiaki dan Atsushi butuh waktu untuk mencerna apa yang dimaksud Zen.
“Maksudmu pada saat kau mulai jadi berandalan?” tanya Chiaki. Zen mengangguk, “Kalau tidak salah aku jadi seperti itu sejak kelas 2 SMP dan itu karena aku ditolak Saori kan?” tanyanya yang membuat ia merasa sedikit malu dengan dirinya yang lama. Walaupun ia tidak punya ingatan tentang dirinya yang menjadi berandalan tapi ia merasa sedikit malu karena menjadi seperti itu hanya karena ditolak cewek. Ia tidak habis pikir apa yang ia pikirkan sampai bisa seperti itu.
“Kau kacau,” ujar Atsushi. Chiaki mengangguk-angguk. “Bukan. Aku tahu aku pasti kacau. Yang aku mau tahu itu aku bergaul dengan siapa dan bagaimana sikapku sehari-hari,” tanya Zen sambil menyandarkan badannya pada sandaran kursi kantin.
“Kau bergaul dengan Daisuke, Jin, dan Takuma. Kau masih ingat kan tiga berandalan yang memanggilmu ketika kau ada di toko kue?”. Zen mengangguk. “Mereka itu kelompok yang suka membuli anak-anak lemah di sekolah. Kau bergaul dengan mereka tapi kau jarang turun tangan dalam hal membuli,” cerita Chiaki sambil menggali kembali ingatan masa lalunya yang tidak terlalu ingin ia ingat karena ia sendiri cukup kacau di masa SMPnya.
“Hanya satu orang yang membuatmu turun tangan,” tambah Atsushi. “Siapa itu?” tanya Zen mengingat seorang laki-laki dengan seragam robek dan penuh luka yang terlintas di benaknya ketika ia diganggu oleh ketiga berandalan itu. Apakah itu orangnya?
“Aku pernah menyinggung tentang orang itu pada saat aku baru masuk sekolah setelah sakit. Kami tidak terlalu tahu tentang laki-laki yang kau ganggu itu. Aku hanya ingat kacamata bulat dan tebal yang dia pakai. Bagaimana denganmu Atsushi?”. Atsushi menggeleng, “Aku juga hanya ingat penampilannya yang culun. Dia selalu terlihat ketakutan. Ah, badannya juga kecil,” tambahnya.
“Kenapa aku mengganggunya?” tanya Zen lagi yang langsung dijawab dengan gelengan dari kedua sahabatnya. “Bagaimana aku bisa hilang ingatan?” Zen mengubah pertanyaannya.
“Kau tiba-tiba berlari keluar pada saat kelas kita sedang mempersiapkan festival budaya dan kau sudah lupa ingatan pada saat kami bertemu denganmu lagi. Tidak ada yang tahu pasti tapi ada yang bilang kau dipukul dengan sesuatu dari belakang pada saat berkelahi,” jelas Atsushi. Zen mengangguk-angguk. Setelah sekian lama ia mengabaikan hal ini, baru kali ini ia mulai ingin tahu tentang masa lalunya yang ternyata sangatlah tidak jelas. Ia bahkan sangat tertutup dengan kedua sahabatnya sejak kecil. Sebenarnya apa yang aku pikirkan dan rasakan waktu itu... batinnya penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect X Worst [BxB] ✔️
Romance(Zen x Mahiru) Watanabe Mahiru masuk ke sekolah SMA Swasta Kaijou untuk mengejar gadis yang ia sukai. Ternyata ada seorang laki-laki bernama Nakayama Zen yang juga menyukai gadis itu akan tetapi Mahiru tidak menyerah. Keberuntungan datang ketika Mah...