Lesson 04

696 79 1
                                    

Zen memakan roti yang ia beli dengan kasar dengan wajah datar tapi laki-laki berambut pendek hitam kemerahan bernama Kirishima Atsushi yang duduk di seberangnya itu tahu bahwa sahabatnya itu sedang marah. Ia adalah sahabat Zen dan sekarang berada di kelas 2-2. "Kau kenapa, Zen? Ada sesuatu?" tanyanya.

Zen melirik Atsushi sebentar lalu menghela napas kasar, "Dasar orang menyebalkan itu! Kau ingat ceritaku kalau aku harus memiliki partner yang punya nilai terendah di kelas kan?". Atsushi mengangguk. Tentu saja ia ingat karena dari kemarin yang diomeli Zen hanya tentang hal itu saja.

"Dia hari ini telat! Dan aku harus membersihkan toilet dengan orang itu!" seru Zen seperti itu adalah neraka baginya. Atsushi yang mendengar itu langsung tertawa terbahak-bahak mengundang pelototan dari Zen. Ia tidak bisa memikirkan Zen yang selalu perfect itu harus mendapatkan hukuman membersihkan toilet karena telat.

"Jangan tertawa! Aku benar-benar kesal!" marahnya membuat Atsushi langsung menyeka air matanya yang keluar karena tertawa. "Yah.. tapi orang itu benar-benar parah. Sekolah bahkan baru mulai kemarin dan dia sudah telat. Memangnya siapa sih dia?" tanya Atsushi penasaran.

"Hah?! Dia itu..." Zen mengernyitkan dahinya. Atsushi mengedip-ngedipkan matanya bingung, "Jangan-jangan kau lupa namanya?" tebaknya. Zen tidak menjawab. Pasti benar! batin Atsushi. Sebegitu tidak pentingnya orang itu sampai-sampai nama saja tidak ia ingat. Ini benar-benar tidak seperti Zen yang bahkan nama latin semua tanaman di pelajaran biologi akan ia ingat sampai ia masuk ke liang kubur.

"Ah! Pokoknya aku tidak suka orang itu!" seru Zen menyerah untuk mengingat nama partnernya itu dan melanjutkan omelannya serta acara makannya. "Oh ya! Bagaimana dengan Shinohara?" tanya Atsushi mengingat orang yang disukai sahabatnya itu sejak kecil.

Wajah Zen langsung menjadi mendung. "Partnernya laki-laki yang bernama Sendagaya Kaoru itu! Hah! Seharusnya aku tidak jawab semuanya saja biar aku bisa partner dengan Saori!" serunya kesal. Atsushi merasa telah salah dalam mencari topik baru. Sekarang Zen menjadi semakin kesal. "Walaupun begitu, jangan sampai kau lakukan sesuatu kepada orang bernama Sendagaya Kaoru itu. Setidaknya dia masih partner Shinohara jadi kalau misalnya ada terjadi apa-apa dan orang itu melanggar peraturan atau mendapat nilai jelek, semuanya akan berimbas pada Shinohara," ujar Atsushi mengingatkan karena jika tidak diingatkan, Zen bisa saja melakukan hal yang tidak terduga kepada laki-laki itu mengingat selama ini Zen sudah menyingkirkan banyak sekali laki-laki yang naksir Saori.

"A-aku tahu!" seru Zen. Atsushi hanya menghela napas. Pasti tadi sahabatnya itu sedang memikirkan rencana untuk menyingkirkan Sendagaya Kaoru. Semoga semuanya berjalan dengan damai.. doa Atsushi yang walaupun ia yakin 100% tidak akan terkabul.

"Hah! Kau benar-benar enak dapat Shinohara-san! Aku juga mau! Gak mau sama si brengsek itu!" seru sebuah suara dari belakang Atsushi. Ekspresi wajah Zen langsung berubah. Ah! Lihat! baru saja aku doa dan doa itu sudah terancam tidak terkabul!

*****

Di dalam kantin yang ramai, Mahiru dan Kaoru berjalan menuju tempat penjualan makanan. "Ah! Mahiru dan Kaoru!" seru sebuah suara yang sudah sangat mereka kenal. Seorang laki-laki berbadan besar sedang melambai sambil berjalan ke arah mereka. "Satoru.." panggil Kaoru datar sedangkan Mahiru tidak sanggup menyapanya dengan mood yang tidak bagus ini.

"Kalian kenapa?" tanya Satoru bingung. Laki-laki besar ini bernama Hiyama Satoru dan berada di kelas 2-2. "Dia sedang kesal karena harus melaksanakan hukuman telat bersama dengan partner yang menyebalkan," jelas Kaoru sambil menunjuk Mahiru. Mengingat itu, Mahiru menggeram dan rasanya ingin mengutuk Zen.

"Oh begitu, pantas saja dia kesal begitu. Emangnya partner dia siapa?" tanya Satoru dan langsung tertawa ketika mendengar nama Zen disebutkan. "Yah, itu mah Mahiru pasti kesal," ujarnya di sela tawanya. Mahiru yang sudah selesai membeli lima bungkus roti rasanya ingin menyumbat mulut Satoru dengan roti itu tapi akhirnya ia urungkan karena sayang dengan rotinya.

"Jangan tertawa! Aku benar-benar kesal tahu!" seru Mahiru. Satoru langsung berusaha meredakan tawanya, "Maaf.. maaf..," ujarnya.

Mereka lalu duduk di sebuah meja kosong di pojokan kantin. "Kau partner sama siapa?" tanya Kaoru kepada Satoru sambil memakan nasi kotak yang ia beli. "Hm? Aku? Hehehehe.. aku partner sama Chou-chan!" serunya senang. Chou-chan adalah Shimizu Chouko, pacar Satoru yang super manis, sangat tidak cocok dengan Satoru yang berbadan besar seperti preman.

"Ah! Kalian benar-benar asyik!" seru Mahiru kesal. "Memangnya Kaoru dengan siapa?" tanya Satoru penasaran. "Hm? Aku sama Shinohara Saori," jawab Kaoru dengan mulut penuh nasi. "Eh?! Yang disukai Mahiru itu?" tanya Satoru tidak percaya.

"Hah! Kau benar-benar enak dapat Shinohara-san! Aku juga mau! Gak mau sama si brengsek itu!" Mahiru kembali kesal. "Si brengsek? Siapa tuh?" tanya Satoru dengan bingung.

Mahiru baru mau menjawab ketika tiba-tiba seseorang menepuk meja mereka dengan keras membuat ketiga orang itu tersentak kaget. Zen!! Teriak Mahiru horor dalam hati ketika melihat Zen dengan ekspresi datarnya.

"Kau!" seru Zen dengan nada marah yang sangat berbeda dengan wajah datarnya tapi langsung berhenti karena laki-laki berambut pendek berwarna hitam kemerahan langsung menarik Zen mundur. "Maaf ya Watanabe," ujar laki-laki itu dengan senyum sopan.

"Ah.. Kirishima?" gumam Mahiru bingung ditambah takut. Ketika akhirnya, Atsushi berhasil menarik pergi Zen, Mahiru baru bisa menghela napas lega. Tadi, Zen pasti dengar apa yang aku katakan! Serunya horor.

"Hmm.. dia pasti dengar dan kau akan kesusahan mendapatkan Shinohara," ujar Kaoru membuat Mahiru merasa semakin menderita. Satoru di sebelahnya hanya berusaha menghiburnya sambil menghabiskan makanannya.

*****

Mahiru berjalan pulang dengan lemas. Setelah istirahat, ia kembali dihadapkan pada aura gelap yang dikeluar oleh Zen dan itu benar-benar sangat menguras tenaganya. "Hah.. kenapa sih aku harus partner sama dia?!" kesalnya lagi untuk yang kesekian kalinya.

Sesampainya di rumah, Mahiru masuk dan langsung bertemu dengan Riku yang ada di dekat genkan. "Okaerinasai!" seru Riku semangat. Mahiru hanya menatap dingin pria itu lalu melepaskan sepatunya.

Setelah selesai, ia langsung berjalan melewati Riku. "AH! Nanti kau makan malam dengan kami kan?" tanya Riku membuat langkah Mahiru terhenti. "Aku tidak lapar, aku capek, mau langsung tidur," jawab Mahiru lalu melanjutkan langkahnya menuju kamar.

"Jangan begitu! Kau harus makan!" seru Riku yang dijawab dengan bunyi pintu kamar yang tertutup.

Perfect X Worst [BxB] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang