Zen merenggangkan otot-ototnya setelah tertidur dalam posisi duduk dan kepala di atas meja belajar karena begadang menyalin catatan. Ah.. aku ketiduran.. batinnya seraya menguap karena rasa kantuk yang masih menempel kuat padanya.
Padahal ia ingin menyelesaikan semua catatan yang ia salin tapi karena ia tidak bisa menahan rasa kantuknya ketika jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi, akhirnya tanpa ia sadari, ia sudah tertidur pulas.
Hmmm.. yang sudah kuselesaikan.. Zen mengecek catatan yang sudah ia selesai salin dan memisahkannya dengan yang belum. Ia memutuskan untuk melanjutkan sisa catatan yang lain di sekolah. Sebisa mungkin, ia ingin menyelesaikannya segera.
Dengan semangat, ia mengemas semua buku-buku itu ke dalam tas ranselnya dan mulai mengambil seragam di dalam lemari pakaian. Setelah mengambil handuknya, ia pun membersihkan diri dan keluar dari kamar mandi beberapa menit kemudian dengan sudah mengenakan seragamnya dengan rapi.
Ia menuruni tangga dan menemukan ibunya yang sudah ada di dapur sedangkan yang lainnya belum terlihat satu pun batang hidungnya. “Ohayou,” sapa Zen.
“Ohayou, Zen. Ibu sudah bikinkan sarapan. Hari ini mau pergi awal lagi kan?” tanya Keiko penuh semangat. Zen tersenyum dan mengangguk. Ia lalu berjalan menuju meja makan untuk menyantap sarapannya.
Ngomong-ngomong, Watanabe bakal datang ndak ya? Dia sakit sih.. juga bilang tidak mau ketemu aku... memikirkan hal itu kembali membuat Zen patah semangat. Ia langsung menggelengkan kepalanya kuat-kuat untuk mengusir pemikirannya dan hanya bisa berharap Mahiru sudah sehat dan datang pagi ini.
Setelah selesai, ia langsung pamit kepada ibu dan berjalan menyusuri jalan menuju sekolahnya dengan riang.
*****
Mahiru bangun ketika jam menunjukkan pukul 5.30 pagi padahal ia tidak menyetel alarm. Kenapa pada saat aku ingin punya alasan untuk tidak bertemu dengan Zen, aku harus bangun dengan sendirinya?! Gerutunya seraya bangun dari tempat tidur dengan ogah-ogahan.
Dengan berat, ia mengambil seragam dan mempersiapkan diri. Setelah selesai, ia ingin keluar dari kamar tapi ia berhenti ketika melihat cincin silver yang ia temukan tadi malam.
Cincin itu... Mahiru mengambil cincin itu dan mencari sebuah rantai kalung di dalam lemarinya. Ia memasukkan cincin itu ke dalam rantai dan memakaikannya pada leher kurusnya dan cincinnya ia masukkan ke dalam seragamnya. Entah mengapa, ia tidak ingin melepaskan cincin ini tapi juga rasanya aneh jika ia pakai di jemari manisnya.
Setelah selesai, dengan langkah yang masih berat, ia keluar dari kamar dan menuruni tangga.
Di bawah, Riku yang sedang meletakkan kotak sarapan Mahiru menyadari anaknya turun dari atas dan bermaksud menyapanya tapi ia urungkan karena wajah lesu yang ditunjukkan Mahiru. Mahiru juga seperti tidak menyadari keberadaan Riku dan tetap berjalan melewatinya.
“Mahiru? Kenapa kau lesu begitu?” Tanya Riku membuat Mahiru terlonjak kaget.
“Ah.. ibu ternyata. Tidak ada apa-apa,” dustanya. Riku ingin menuntut alasan yang sebenarnya tapi ia urungkan karena tidak ingin memaksa. Akhirnya ia hanya menghela napas, “Itu sarapanmu. Jangan lupa dibawa ya! Itterashai!”
“Iya, ittekimasu...,” jawab Mahiru lemas. Ah... aku tidak ingin ketemu Zen.. batinnya sambil berjalan keluar dari rumah.
Setelah cukup lama, akhirnya ia sampai di sekolah. Dengan helaan napas yang super panjang, ia berjalan menuju perpustakaan.
Sampai di depan perpustakaan, ia kembali menghela napas yang super super panjang. Ah.. aku belum siap ketemu Zen.. batinnya. Ia merasa sangat bersalah sudah menyalahkan Zen dan merasa tidak punya muka untuk bertemu dengan laki-laki itu.
Setelah termenung beberapa lama di depan perpustakaan, akhirnya ia memantapkan hati dan membuka pintu perpustakaan. Ketika ia berjalan masuk, ia melihat Zen yang sedang serius menulis sesuatu. Ia terlihat sangat senang mengerjakan tulisannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect X Worst [BxB] ✔️
Romance(Zen x Mahiru) Watanabe Mahiru masuk ke sekolah SMA Swasta Kaijou untuk mengejar gadis yang ia sukai. Ternyata ada seorang laki-laki bernama Nakayama Zen yang juga menyukai gadis itu akan tetapi Mahiru tidak menyerah. Keberuntungan datang ketika Mah...