Lesson 32

538 67 0
                                    

“Zen, kau kenapa?” tanya Hikari cemas melihat keadaan adiknya yang lesu dengan kedua kantung hitam besar bergelantung di bawah kedua matanya. “Aku kurang tidur,” jawab Zen singkat. Memikirkan ia harus menyampaikan undangan ibunya kepada Mahiru membuat ia dipenuhi kekhawatiran akan penolakan atau hindaran dari Mahiru yang membuat ia merasakan beban yang lebih berat dari segala beban yang pernah ia dapatkan.

“Wah.. gawat! Kau mau minum obat? Atau obat tetes mata?” Keiko ribut membuat Zen semakin tidak sehat. “Tidak apa-apa ibu, aku hanya kurang tidur saja. Hal biasa,” jawab Zen berharap ibunya bisa tenang. Akan tetapi harapannya tidak terkabul karena Keiko yang melontarkan berbagai pertanyaan tanpa henti seperti apakah kau mau bubur? Atau kau tidak demam? Dan lain sebagainya.

“Aku tidak apa-apa ibu dan aku tidak perlu apa-apa,” jawab Zen untuk yang kesekian kalinya. Kepalanya sudah berdenyut-denyut. Segera  setelah sarapannya selesai, ia langsung pamit dan kabur dari situ.

“Ah! Tunggu!” seru Hikari yang tidak digubris oleh Zen. “Aduh! Padahal sudah lama tidak pergi sekolah sama-sama!” seru Hikari kesal. “Eh? Ngomong-ngomong, dia gak ke sekolah pagi-pagi lagi?” tanya Hikari kepada Eiji ketika ia menyadari kejanggalan hari ini.

Eiji hanya mengangkat bahu “Sepertinya dia ada masalah dengan Mahiru,” jawab Eiji singkat yang mendapat anggukan mengerti dari Hikari.

*****

Zen sampai di sekolah dan tanpa sadar, kakinya membawanya menuju ke depan pintu perpustakaan. “Perpustakaan...,” gumamnya pahit. Ah.. dia udah gak mungkin datang ya.. apa lagi sekarang juga sudah jam 8 pagi.. batinnya sedih.

Ah! Kenapa aku mikirin dia terus sih! Dipukulnya kepalanya dengan pelan untuk menghilangkan bayangan Mahiru. Ia mau berjalan pergi ketika tiba-tiba pintu perpustakaan terbuka.

“Watanabe?” Zen menganga lebar. Begitu juga Mahiru yang muncul dari balik pintu perpustakaan membelalakkan matanya. Beberapa detik tidak terjadi pergerakan apapun sebelum akhirnya Mahiru tersadar dan langsung kabur dari situ. Sadar akan hal itu, Zen berusaha menggapai lengan Mahiru namun gagal.

Kenapa dia ada di sini? Batin Zen yang masih tidak bisa mencerna apa yang sedang terjadi. Tiba-tiba ia tersadar sudah menghilangkan kesempatannya untuk menyampaikan undangan ibunya. Sambil berdecak kesal, ia pun langsung mengejar Mahiru.

*****

Mahiru berhenti ketika ia sudah sampai di taman sekolah yang letaknya cukup jauh dari perpustakaan. Ia mengatur napasnya yang ngos-ngosan sambil duduk di kursi panjang taman di dekat sebuah pohon besar.

Hah! Mengejutkan! Serunya dalam hati. Tadi pagi, ia kembali terbangun jam 5.30 pagi. Akhirnya ia bersiap-siap dan pergi ke sekolah dengan harapan bisa bertemu dengan Zen di situ. Ia sudah berpikir sepanjang malam dan ingin memastikan sesuatu dari laki-laki itu. Akan tetapi, ketika ia sampai, ia dikecewakan dengan Zen yang tidak terdapat di bagian mana pun di perpustakaan sekolahnya. Akhirnya, ia duduk-duduk di situ sambil menunggu, siapa tahu Zen hanya terlambat.

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya harapannya pupus dan memutuskan bahwa Zen tidak akan datang lagi. Ia beranjak hendak pergi dari perpustakaan dan langsung tersentak kaget ketika menemukan Zen sedang berdiri di depan perpustakaan.

Ketika melihat mata Zen yang menatap Mahiru sama kagetnya dengan dia sendiri, segala persiapan hatinya mulai runtuh dan akhirnya ia kabur lagi dari laki-laki itu.

“Hah... padahal aku ingin memastikan apakah dia adalah laki-laki yang ada di benakku atau bukan. Tapi tidak mungkin yah, mungkin hanya tatapan matanya yang sama! Habisnya Zen kan pintar, mana mungkin jadi berandalan,” ujarnya meyakinkan dirinya sendiri sekaligus memberikan alasan bagi dirinya sendiri agar ia tidak perlu menanyakannya kepada Zen.

Perfect X Worst [BxB] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang