Acara tahunan sekolah yang dilakukan setiap awal tahun ajaran sekaligus sebagai pembuka tahun ajaran baru biasanya dilaksanakan pada aula sekolah. Acara-acara yang disajikan terdiri dari presentasi dari klub-klub sekolah serta pentas seni dari klub-klub seni dan pentas dari setiap kelas baik itu adalah drama, paduan suara, dan masih banyak lagi. Semua itu akan diputuskan dari rapat hari ini.
“Baiklah, mari kita mulai rapatnya,” ujar ketua OSIS SMA Swasta Kaijou tahun lalu karena belum melakukan pemilihan ketua OSIS baru. Mahiru sudah mengantuk sehingga ia tidak mendengar apa pun yang dikatakan semua orang di dalam kelas yang penuh dengan perwakilan kelas masing-masing sedangkan Zen mendengar dengan serius sambil mencatat sesuatu serta sesekali memberikan usulan.
Satu jam kemudian, rapat pun selesai dan Mahiru sudah tidur dengan pulasnya. Tiba-tiba, kepalanya dipukul keras membuatnya mengerang kesakitan. Ia baru mau marah tapi langsung berhenti ketika mengetahui yang memukul kepalanya adalah Zen. “Kau ini benar-benar ya! Lakukan tugasmu dengan benar dong!” serunya kesal. Mahiru hanya cemberut sambil mengelus-elus kepalanya.
“Kau, ikut aku!” perintah Zen setelah selesai memasukkan semua barangnya ke dalam tas. “Hah?” Mahiru memasang wajah idiot tapi Zen tidak menjelaskan apa-apa dan langsung menarik Mahiru keluar dari kelas.
“Zen, mau..,” Atsushi berhenti ketika melihat Zen yang keluar dari pintu sambil menarik Mahiru. “Mereka mau ke mana?” gumamnya lalu mengambil tasnya dan keluar. “Woi! Atsushi!” panggil suara seorang gadis yang sudah sangat ia kenal. “Chiaki?” Atsushi bingung melihat Chiaki yang masih ada di sekolah. “Ikuti mereka!” bisik Chiaki bersemangat dan langsung menarik Atsushi yang tidak mengerti maksud gadis itu.
*****
“Hmm...,” Zen menatap deretan buku pada lemari tempat buku pelajaran sambil menimbang-nimbang. Mahiru melihat laki-laki itu sambil bergerak-gerak tidak nyaman. Entah mengapa, ia ditarik ke toko buku dan harus menunggu laki-laki itu memilih buku. Zen sudah menatap sederet buku itu dengan serius selama hampir 15 menit dan Mahiru ragu laki-laki itu sempat mengedipkan mata.Ia sempat ingin menghabiskan waktu dengan membaca beberapa buku di sekitarnya tapi belum 5 menit, ia sudah mengembalikan bukunya karena tidak memahami satu hal pun sampai ia mengira itu buku bahasa alien (catatan : sebenarnya itu hanya buku matematika yang penuh rumus). Akhirnya, ia hanya bisa berdiri seperti orang bodoh di situ tanpa berani mengatakan sepatah kata pun juga karena takut mengganggu konsentrasi Zen dan ia yang akan dapat batunya.
“Ini..,” suara Zen membuat Mahiru tersentak kaget. Dengan bingung, ia mengambil 3 buku kecil berwarna merah, biru, dan hijau yang diberikan Zen. “Kumpulan Rumus Matematika SD”, “Kumpulan Rumus Matematika SMP”, dan “Kumpulan Rumus Matematika SMA” – itulah yang tertulis pada ketiga buku itu membuat Mahiru membelalakkan mata. Hah? Dia beli buku beginian? Bahkan dari SD?! Buat apa?
Bagaikan bisa membaca pikirannya, Zen membuka suara, “Itu untuk kau pelajari! Baca dan pahami benar-benar karena kau bahkan tidak mengerti pelajaran yang anak SD bisa!” jelasnya membuat Mahiru tersinggung tapi ia tidak bisa mengatakan apa-apa karena itulah kenyataannya.
“Pelajaran apa lagi yang kau tidak bisa?” tanya Zen. Mahiru langsung mengerutkan keningnya, berpikir. Zen langsung menghela napas, “Maaf, aku salah pertanyaan. Pelajaran apa saja yang kau bisa?” tanyanya membuat Mahiru ingin melotot tapi langsung ia urungkan karena merasa matanya bisa dicolok Zen kalau ia melakukan hal itu.
“Ehm.... ehmm...,” Mahiru mengusap-usap dagunya tanpa sanggup menatap mata Zen. Bagaimana ini? Kalau dia dengar jawabannya, dia pasti marah batinnya membuat tubuhnya sedikit gemetaran. Zen mengerutkan keningnya kesal. Ia sangat benci dengan orang yang bertele-tele dan membuang waktu. “Hoi! Jawab saja!” marahnya. Tubuh Mahiru langsung kembali tegap. Ia memainkan kedua tangannya tanpa berani menatap Zen. “Ehm.. tidak.. ada..?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect X Worst [BxB] ✔️
Romance(Zen x Mahiru) Watanabe Mahiru masuk ke sekolah SMA Swasta Kaijou untuk mengejar gadis yang ia sukai. Ternyata ada seorang laki-laki bernama Nakayama Zen yang juga menyukai gadis itu akan tetapi Mahiru tidak menyerah. Keberuntungan datang ketika Mah...