Reunian(SMA)

3.1K 152 1
                                    

   Aku akan up jika vote bab ini dan bab kemrin sampai 100...

Terimakasih

***

Aku sudah siap dengan Dress yang lama untung Dress ini masih terlihat Bagus dan elegan, semalam aku tidak jadi beli karena aku langsung lari begitu saja meninggalkan butik tersebut.

Dress putih dengan lengan pendek dan seatas lutut tidak lupa tali pinggang kecil yang menghiasi dress yang ku pakai. Rambutku sengaja ku biarkan tergerai sedikit pewarna diujungnya, aku mengubah penampilan sedikit agar tidak ingin seperti Michelle yang dulu.

Aku berjalan menuruni setiap anak tangga dan aku bisa melihat Mom dan kak Dev yang baru saja pulang jalan-jalan bersama kak Celine, aku menghampiri mereka.

"Mom..Kak.. Aku pergi dulu"

"Hati-hati " saut momy

Aku mengganguk sesaat aku sudah berlalu dari pintu aku menaiki taksi yang sudah ku pesan sadari tadi.

selama perjalanan aku hanya menatap jalan trotoar yang dihiasi lampu jalan, Malam ini sangat mendukung.

sesampainya di kafe yang sudah di janjikan aku masuk dan mencari teman-teman lama ku. Aku bisa melihat teman ku yang lama.

"Haii.. " sapa ku hangat, tetapi tidak seperti biasanya.

Aku mengernyit saat mereka hanya diam sama sekali tidak menyapaku, apa yang terjadi? ada apa? Kenapa mereka menatapku seperti itu, apa aku ada berbuat salah?.

"Hai Chelle udah datang? Mana kakak ke sayang lo? Nggak dibawa?" Tanya salah satu teman ku dengan penuh sindiran.

"Nggak menyangka ya bisa nya suka sama kakak sendiri, apa orang tua nya tau ya?"

"Jijik gue, udah tau kakak nya sendiri plus udah punya tunangan masih aja suka. Nggak malu banget sih."

"Eh... Kalian apa-apa sih, lihat dia jadi malu tuh" Gretta menghampiriku dengan senyum liciknya, aku tidak menyangka jika ia akan membeberkan rahasia itu, tapi ia tau dari mana?.

"Eh, sayang" Geo yang tiba-tiba datang dan merangkul ku, sungguh aku masih bingung apa yang sudah terjadi.

Geo adalah pacar pertama ku, yang sama sekali tidak pernah aku jatuh cinta dengannya. Pacaran dengannya hanya karena sebuah ancaman, dan aku menyesal saat itu.

Aku menatap mereka bingung sedangkan Geo menarik daguku dan matanya mengunci mataku, saat wajahnya kian mendekat hampir saja ia menciumku segera aku mendorongnya dan menamparnya.

Plakk

Geo menatapku marah "dasar jalang sialan!!! "

Plak

Aku merasa pipiku memanas, aku tidak menyangka jika malam ini akan menjadi bencana sendiri untukku, aku tidak tau mereka akan selicik ini.

Teman yang dulunya selalu bersama kini menjadi bencana untuk ku, sialan!! Aku menatap kesal.

"Puas? Ini yang kalian lakukan sama gue? Mengejek? Memaki ?dan menampar melakukan hal tidak senonoh? Apa kalian sudah puas, terutama buat lo Ta! Gue memang suka sama kakak gue dan gue cinta sama dia dan itu memang salah buat gue sebagai adiknya, tetapi ingat gue nggak sejalang lo! Yang berusaha merusak hubungan kakak gue sama tunangannya, gue kasihan sama lo, kemana logika lo lari? Lo Dah nggak waras."

Tangan itu hampir mendarat kalau tidak aku tahan.

"Lo nggak ada hak buat nampar gue, dan lo Geo! Lo nggak lebih dari cowok banjingan dan perusak cewek, udah berapa banyak cewek lo buntingi? Cewek itu bukan kambing yang selalu meladeni nafsu lo! Pakek otak buat maen.

"Buat sekarang gue nyesel, bisa kenal sama kalian semua. Kalau mau ngomongi orang jangan dari satu sumber, temui sumber itu langsung. Kalau lo pada nggak mau di judge jangan pernah julid sama orang, urusi hidup kalian pada. Karma berlaku."




-author pov-

Michelle pergi dari kafe tersebut dengan hati yang kacau sungguh ini tidak pernah ia pikirkan bisa terjadi, bisa kah tuhan menyembunyikan rahasia itu? Kenapa harus semua orang tau tentang perasaannya.

Tidak kah mereka melihat keadaannya sekarang? Michelle terduduk di trotoar pinggir jalan menutup wajahnya di lipatan tangannya.

Lelah, sungguh hari yang melelahkan. Untuk pertama kalinya Michelle melakukan hal di luar dugaannya, hari ini Michelle berbeda.


**

    Sudah dua puluh lima menit Michelle meninggalkan rumah, dan selama itu juga Dev mondar mandir merasa gelisah sepeninggallan adiknya.

Perasaanya tidak enak, seperti sesuatu akan terjadi. Dev berusaha menepihkan rasa khawatir itu, tetapi tak kunjung berhasil.

Dengan tergesah ia mengambil kunci motornya berserta jaket merahnya, menyusul Michelle adalah yang terbaik.

Motor itu membelah jalan dengan ke cepat tinggi, jika terjadi sesuatu ia tidak akan memaafkan mereka.

Untunglah ia tau dimana letak kafe yang menjadi tempat reunian Michelle, walaupun sedikit main kasar dengan Gretta.

"Mana Michelle? "

"..."

"Gue bilang mana Michelle!!!! " teriak Dev.

Geo menepuk pundak cowok itu "lo cari Michelle? Udah pergi tuh, santai aja kali bro."

"Sialan!!! " Dev menepis tangan Geo dan menatapnya marah.

"Apa yang kalian katakan padanya? Jawab!!!!! " Dev menatap Gretta.

"apa yang lo bilang sama mereka? Jangan sok pura-pura nggk tau!! Lo dengarkan apa yang waktu gue bicarakan sama Michelle.! "

"Iya gue denger!! Adek lo itu bodoh, bisa-bisanya cinta sama lo yang notabenenya saudaranya sendiri" sindir Gretta sengit, ia sangat membenci Michelle.

"Sialan!!! Jangan harap lo selamat Get!!! " Pringat Dev setelah itu ia pergi dari kafe, mencari keberadaan Michelle tetapi sayang keberadaan adiknya tidak bisa ia cari.

Sudah dua jam ia mutar-mutar kota Jakarta tapi ia tetap tidak melihat adiknya itu, Dev memutuskan untuk pulang dan menunggunya di sofa.

Dev terus menatap jam yang berdetak setiap detiknya tapi adiknya tak kunjung pulang. Saat waktu sudah menujukkan pukul sebelas malam ia bisa melihat adiknya masuk kedalam rumah dengan wajah pucat dan lesuh.

"Ingat pulang juga lo? " ucap Dev dingin tapi tidak di gubris Michelle dan itu berhasil membuat Dev mengumpat kesal, ia berdiri dan menarik lengan adiknya itu.

"Jawab gue, lo punya mulutkan! "

Michelle menatap Dev dingin tidak ada emosi disana. "Kenapa? Kenapa kakak nunggui aku? Suka aku dong aku mau pulang kapan dan jam berapa, kalau bisa aku nggak akan pulang."

"Nggak ada alasan, jawab gue! Lo dari mana?"

Michelle tersenyum kecut, menarik tangannya yang di genggam erat oleh Dev. Ia berusaha mati-matian tidak merasakan perasaan itu lagi, sungguh ini menyakitkan.

"Aku capek, kakak pigi sana" Michelle yang hendak beranjak kembali di tahan oleh Dev.

"Lo belum jawab pertanyaan gue, lo dari mana?"

"Aku pergi, bersembunyi, saat kakak mencari ku. Terimakasih sudah khawatir, biarkan seperti ini. Membenciku lah kak, karena ini cara buat aku bisa lupai kakak." Michelle tersenyum teduh, menjinjit dan mencium pipi Dev.

Cup

"Good night"

"Jangan membuat ku berharap lagi kak, aku dan kakak sudah berakhir. Aku ingin hubungan kita seperti hubungan saudara yang lain, biarkan aku mengobati semua luka yang ada kak. Please jangan membuat ku dilema akan semua ini, aku sayang kakak."

Mencinta seseorang, tidak harus memikiki.
Biar lah seperti ini.. karena ini lah yang terbaik.


Love you my Brother.

......
Vote komen

Love my brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang