Menuju akhir

1.9K 65 3
                                    


***

     Hari ini matahari menyembul di balik awan kelopak-kelopak indah bermekaran disetiap sisi yang indah, lebah-lebah mulai menghinggapi berbagai macam sari bunga untuk menjadikan madu.

Manis sekali, sudah satu tahun lima bulan ia meninggalkan indonesia sudah beberapa kali Avran menelponnya mengatakan sesuatu hal membuatnya geli. 'Cepat lulus kuliahnya, kakak nggk sabar menunggu kamu nikah.'

hal yang membuat Michelle tersipuh malu ya seperti sekarang belum tepat dua tahun ia sudah ada di bandara internasional menuju jakarta tempat kelahirannya, saat ini Yura dan Exsel memberi salam perpisahan sebelum ia benar-benar pergi.

hubungannya dengan keluarga Yura sudah membaik saat ini ia sering bertukar kabar dengan Jordan maupun Gibran, Aldev cowok itu masih kelut hanya karena ia tidak diizinkan Oma untuk menikahi Celine.

sampai detik ini pun mereka masih dalam ombang ambing, perasaan Celine perempuan itu benar-benar tidak menyukai Dev karena sejak dulu ia sudah berjanji kepada mamanya Andien.

sedangkan David dia tidak tau kabar cowok itu, seakan sahabat cowoknya menghilang begitu saja saat Dev mengatakan kalau ia melamar Michelle.

Walau pun begitu Michelle tidak mencintai David karena baginya David hanya teman baginya tidak lebih.

"Hati-hati loh Chel kamu tau aku akan sangat amat merindukan mu, dan lo Hamsa jangan pernah menyakiti Tiara dan jangan lupa buat undang gue kalo mau nikah ya."

Hamsa membalas tersenyum ia rangkul perempuan yang saat ini tersenyum salah tingkah, sedang Michelle sudah tertawa disamping sisi kanan Hamsa.
"Pastinya, lagian gue akan bagi tips buat malam-"

"Hamsa!"

"Iya sayang maaf." Tiara mendengus yang lain tertawa, biarlah hanya mereka yang tau bagaimana mereka bisa menjalin hubungan yang serius.

"Yaudah kami pergi dulu ya see you, gue akan kangen banget sama kamu Yura."

setelah salam perpisahan akhirnya mereka menuju bagasi untuk menyimpan barang mereka, setelah selesai Michelle memberikan tiketnya kepada pramugari dan masuk ke dalam kabin.

Ia mendapatkan tempat dudu 20C lain dengan Hamsa dan Tiara mereka berada di urutan E, menunggu penumpang yang penuh Michelle mengalihkan perhatiannya ke salah satu buku yang ia bawa.

Sunset dan Rosi
-Tere Liye

Ia sadar dari buku itu perjuangan seorang tidak lah mudah, ia merelakan cinta sejatinya.

Michelle menahan nafas saat salah satu dari mereka menyimpan perasaan yang teramat dalam, emang takdir itu mengejamkan.

Kehidupan nyata tak seindah di novel-novel karena setiap perjuangan akan mendapatkan hasil yang berbeda-beda, begitu pula ia harapkan pada sosok dua tahun yang sudah ia tinggalkan tanpa kabar.

Satu gerakan dari kursi samping membuatnya engan untuk menoleh paling hanya penumpang lain yang memang duduk disampingnya, pesawat mulai lepas landas akan menembus awan yang bergumpal rapi disana.

cahaya matahari menembusnya membuat Michelle menatap keluar tepat disana cahaya matahari yang indah bersatu dengan awan-awan tapi bukan itu yang buat ia menjadi terpaku tapi bayangan itu, bayangan seorang.

Rasa berat untuk ia menoleh untuk melihat orang di sampingnya tapi biarlah sedetik dua detik atau lima detik untuk ia melihat bayangan itu dari kaca, perpaduan yang indah.

Tidak kuasa menahan sesak di dada Michelle menoleh dan benar pandangannya terjatuh pada seorang yang menatapnya penuh dengan kerinduan yang amat dalam, rasa penantian terbayar sudah.

Love my brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang