Bintang Siang Hari

1.5K 59 1
                                    

****

   Perdebatan Avran, Devon dan juga Hamsa masih berkepanjangan mengenai masalah dari mana seorang Avran Virza Husein mengetahui tentang perempuan yang ada di dekat mereka.

Termasuk Hamsa yang masih tidak terima jika selama ini, ia selalu di cerita dengan Tiara pada Avran.

"Gue pigi, sumpek lihat Elo pada." Avran pergi meninggalkan mereka, Hamsa juga ikut bangkit dan masuk ke kamar sedangkan Devon masih sibuk memandang celana bayi yang berceceran. Pikirannya menerwanag jauh ke masa ia mengenal Gisella cewek yang selama ini berusaha membuka mata batinnya.

Avran benar ia salah sudah menyia-nyiakan perempuan itu,segara Devon mengambil kunci mobilnya dan pergi meninggalkan Rumah Avran.

**

   Dev terlihat berdiam diri menatap hamparan taman yang berisi bunga mawar, Lily , Anggrek dan juga matahari. Jauh ia memandang ke kelopak kuning itu menerawang ke masa-masa yang pernah mengisi dirinya dan juga Michelle.

"Kamu kenapa suka sekali melihat matahari? Bukannya matamu bisa sakit."

Michelle yang ada disampingnya, dengan kaca mata hitam yang melapisi matanya. "Banyak yang tidak menyukainya, hanya segelincir orang yang menyukainya. itu pun cuman memanfaati keadaanya untuk menjemur segala sesuatu yang membutuhkan panas darinya,

tapi aku tidak aku sungguh menyukainya sinar kuning nya terpancar setiap seluruh lapisan bumi, Jika kakak tau ada sesuatu yang indah di balik itu."

"Apa?"

Michelle menarik Dev menuju pohon yang rindang. " disini kakak bisa melihat bintang di siang hari."

"Maksud kamu apa?"

"Aku pernah lihat di salah satu Drama korea aku lupa judulnya, ia mengatakan sesuatu seperti 'Si Yi Bul Gyeon ; Chung Yi Bul Moon' artinya melihatnya tapi tidak benar-benar melihat ; mendengar tapi tidak benar-benar mendengar. Dan baru kamu akan mengetahuinya. Lihat disana."

Michelle menujukkan sebuah dedaunan yang bergantung di atas mereka.

"Katanya kamu bisa benar-benar melihatnya di saat hembusan angin dan juga cahaya matahari yang berbarengan dan di saat itu kamu bisa melihat bintang itu."

Dev terdiam sesaat ia meneliti wajah itu, sungguh ia sangat terpanah dengan kecantikan itu.

"Lihat" suara Michelle menyadarinya dan ia melihat keatas yang di tunjuk Michelle dan benar bintang itu sudah menampak diri hanya butuh beberapa menit untuk menunggu, penantian yang sederhana tapi indah ini.

"Ini alasan aku menyukai matahari karena aku bisa melihat bintang di siang hari dan melihatnya dengan semauku, tapi aku sedikit kesal dengan badai lihat perpohonan disana bintang-bintang itu jatuh terurai bersama tanah.

Aku tau pohon itu kuat tapi jika sudah terkikis waktu dan ngerihnya badai dia tidak bisa bertahan karena akarnya belum terlalu kuat untuk mencagah dirinya agar tidak jatuh.

Begitu juga dengan hati manusia, dia akan belum siap saat seorang akan menarik paksa dari zona amannya untuk membuat sesuatu yang sedikit mengurangi kekakuan manusia itu.

Tapi sampai ia lupa jika akar yang ia tanam tak akan bisa menyibangi dengan keinginannya sampai ia lupa, jika ia sudah keluar dari zona amannya dan kini ia jatuh tertatih-tatih meminta pertolongan tapi manusia lain enggan membantu hanya melihat dan menyaksikan.

Itu lah manusia sekarang, berdiam diri dan menyaksikannya dengan tenang."

"Kita juga nggk bisa ikut campur setiap masalah manusia, kamu tau tuhan sudah memporsikan sesuai manusia itu.

Jika kamu nekat kamu harus mengambil frekuensi yang sudah kamu lakukan."

"Aku tau, dan aku sudah mengambil frekuensi yang akan menyakiti hatiku. Tapi, aku sadar jika aku sedikit menyesal keluar dari zona aman itu."

Dev menatap jauh memandang Michelle yang juga menatapnya pancaran yang begitu sakit dan lelah, Dev tau betul sangat tau jika adiknya 'menyukainya' dan dia sudah mengambil frekuensi yang apa di ambil, menyesal?

Mungkin tidak, pancaran iris mata itu tidak menyesal cuman sedikit lelah dan sakit dimana di titik jenuh itu ia pasrah kan.

  Dev mengusap tengkunya bayangan itu jauh terlena dalam ingatannya, sampai sebuah tangan memukul permukaan lengannya yang di lapisi kemeja.

"Tenang aja dia pasti akan kembali kalo kalian emang jodoh" kata Willen santai serasa dipantai, lelaki itu terbang ke indonesia hanya menjenguk sang Nenek yang tengah sakit begitu juga dengan sahabatnya.

Sakit ditinggal sama sang adik tersayang, lain dengan Dev lelaki itu terlihat gusar ia tau Michelle sudah kembali ke Itali. ia dapat kabar dari Avran kakaknya yang memberi info mengenai dan keadaan Michelle selama ia pergi.

"Sakit hati itu ibaratkan kayak sak boker tapi di tahan dan perut luh sakit melilit-lilit duhh jadi sak boker gue, dah dulu galauannya gue ngiseng dulu bye." kepergian Willen, Dev kembali menatap bunga matahari yang disisi kiri nya. bunga itu tidak besar cuman berukuran sedang, Ia petik beberapa tangkai dan melilitkannya dengan batang yang lain, cantik.

"Andai kamu ada disini Chel andai aja aku janji akan memetik beberpa tangkai untukmu, mengungkapkan perasaan ku kembali dan meminta untuk mu menetap. Maaf, karena aku terlalu takut untuk kembali menyakiti mu."

Dev meletakannya di meja dan meninggalkan bunga itu disana tergeletak menanti sang takdir menemukan sang pemilik hati.

**

Michelle sejak tadi menoleh kesana kemari seakan menunggu penantian yang berjam-jam yang ia harapkan, tapi sayang penantian nya terbuang sia-sia.

"Kamu hati-hati disana, dua tahun lagi kamu pasti bisa melewatinya. jangan memikirkan apa pun, Dev akan baik-baik saja katanya dia tidak bisa datang karena ada keperluan lain."

Michelle mendengus pasti itu hanya alasan untuk tidak berjumpa dengannya tapi apa boleh buat kakaknya itu benar-benar tidak memperjuangkan cinta mereka, sekali lagi untuk terkhir kali Michelle menatap sekeliling jika tidak menemukan keberadaan lelaki itu ia akan pergi iya pergi.

Bola matanya mencari tapi hasilnya tetap nihil ia akhirnya mengikuti langka Hamsa yang sudah memasuki ruang Cak-in, ia geret kopernya dengan hati yang berat memberikan tiketnya ke sang-pramugari yang bertugas.

Jika aku berharap sesuatu yang pernah aku katakan ke kamu kak, Si Yi Bul Gyeom- melihatnya tapi tidak benar-benar melihat, tapi kemudian aku akan mengetahuinya jika semuanya aku dan kamu akan kembali bersama dengan matahari yang bersinar.

hembusan angin yang akan memperadukan keduanya untuk melihat kembali 'Bintang Siang Hari' ku harap pertemuan ketiga kita akan bisa bersama duduk menatap perpohonan rindang yang menjadi bintang-bintang, menanti beberapa detik untuk menemukan keindahan yang biasa.

Michelle duduk mengamati kabin dan mencari tempat duduknya sampai salah satu penumpang menyenggol nya karena kantung kemihnya penuh, Michelle mendesah lalu duduk diam mengamati pergerakan pesawat yang mulai meninggalkan landasan menembus awan yang akan menjadi panorama pemandangannya selama di atas.

Selamat bertemu kembali.

-Dev
-Michelle

**

Maunya bikin 50 Chpter tapi terlalu bosan takut jadinya.😂😂 paling 35 atau nggk janji mungkin akan cepat selesai.😂😂

Sepertinya akan saya mempercepat mumpung job saya lagi sunyi.😁😁

Maklum baru menerima skhu jadi akan saya percepat, dan beberapa part lagi akan menuju perpisahan dengan LMB

Thanks guys.

Love my brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang