*****
Michelle menghela nafasnya ia harus menguatkan hati dan juga tidak goyah dalam keputusan yang sudah ia ambil, ia mengangkat wajahnya menatap kemanik Dev kakaknya yang sudah ia cintai selama ini.
"Maafi kakak" Michelle tidak tahan dalam segala hal yang menyangkut tentang Dev ia begitu mencintainya tapi cinta itu tidak mesti memiliki bukan? Mungkin ia harus memamsang tembok kokoh agar ia bisa mempertahankan ke tidak nyamanan ini.
"Pergi lah kak, mungkin kita nggk bisa bersama lagi. Aku memiliki kehidupan yang baru kakak harus menerima segala hal yang sudah di takdir kan, aku nggk bisa terus bersama kakak kak Celine benar aku harus menyadarkan diri agar tidak terlampau bertahan terus-terusan bersama kakak.
Aku sudah maafi kakak tapi ku mohon pergi lah mungkin kita tidak bisa bersatu, aku nggk mau menyakiti lebih banyak orang lagi aku sudah terlanjur untuk menetap di negara ini maaf kak." Michelle mencium Dev untuk terakhir kalinya.
dan pergi meninggalkan nya begitu saja, Dev hanya bisa terdiam memahami setiap Michelle katakan yang ia tau 'ini berakhir'."Sabar" ucap Jordan yang simpati dengan hubungan mereka, sedangkan Gibran mengelus bahu Dev menenangkan cowok itu.
"Aku yakin Michelle akan ngerti kok, kalau kalian udah di takdir kan, aku yakin kalian akan dipertemukan lagi. Ini saatnya untuk mu berusaha memerpejuangkannya lagi." ujar Yura.
Dev hanya bisa diam , mengucapkan Terimakasih dan pergi meninggalkan rumah megah itu dengan hati yang remuk.
ia tau Michelle tidak ingin menjumpainya lagi jika mereka ditakdirkan untuk bersama Dev yakin mereka akan dipertemukan lagi, Dev memasuki mobilnya menatap keatas melihat satu jendela yang terbuka yang ia tau itu kamar Michelle adiknya.
helahan nafas begitu pilu ia tidak ingin terus begini biarlah Michelle merasakan dunianya, ia hanya bisa terus berjalan tanpa ada tujuan.
Mobil sedan hitam kilat itu memutar dan meninggalkan gerbang rumah tersebut, rintik-rintik hujan mulai turun semua orang terlihat berlari kesana kemari sedangkan Dev terus melajukan mobilnya menuju hotel dan sesampai di pintu ia melihat Willen dan Khai yang keduanya menatap bingung Dev.
"Napa lo?"
"Geser" usir Dev ke Willen yang mengahalang jalannya, sedangkan Willen dan Khai bertatapan berbicara melalu telepati.
"Hmm kayaknya ada yang putus cinta nih" ledek Khai yang baru saja sadar perubahan air muka Dev, mereka menyusul cowok itu yang masuk terlebih dahulu.
Willen duduk santai di sofa sedangkan Khai sibuk mengotak-atik tv dan Dev berbaring di atas kasurnya.
"Muka lo jelek banget tauk" usil Khai yang menyusul Dev duduk diatas kasur menatap tv menyala dengan antusias.
"Sana" usir Dev nggk senang, sedangkan Willen ikut nibrung dan menimpah tubuh Dev membuat cowok itu memekik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love my brother
De TodoCinta bukan paksaan, tapi cinta adalah takdir yang sudah ditentukan. Cinta ke orang yang di sayang bukan suatu panutan yang salah tetapi suatu pelajaran yang mungkin akan membawa kemasa depan. Cinta yang indah di harapkan tidak pernah terjadi di cer...