******"Nih" Hamsa memberikan satu paket kentang dan minumannya kepada Michelle yang menatap hampa ke dinding yang serba putih itu, Hamsa duduk didepannya menatap Michelle prihatin ia tau kenapa perempuan didepannya ini memasang wajah masam seperti itu.
"Kenapa nggk samperin aja?" suara Hamsa membuyarkan lamunan Michelle ia menatap cowok didepannya itu dengan malas, mata yang tadi terlihat cerah kini redup seakan beban tengah ia pikul dengan berat.
Dari cerita Michelle tadi membuatnya mengerti dan mengambil kesimpulan bahwa perempuan didepannya itu, sedang mencintai seseorang yang tidak akan pernah ia dapatkan sekali pun.
Hamsa hanya bisa diam mendengar keluh kesah Michelle sesaat yang lalu Hamsa tidak tau harus melakukan apa dan mengatakan apa, Hamsa Hanya tau jika seseorang perempuan hanya ingin di dengar.. bukan di berikan solusi atau apa pun, karena prempuan memang sulit untuk di mengerti.
"Kenapa lo masih bertahan saat lo aja tau kalau dia itu saudara lo dan itu mustahil buat hubungan lo sama dia, kenapa nggk lo coba buat melepasin dia dengan cara lo? Semua butuh proses nggk kayak mie instan yang 30 menit jadi.
Begitu juga melupakan seseorang itu memiliki jangka waktu yang cukup lama agar lo bisa menata hati lo lagi, gue bilang kayak gini karena gue udah lebih pengalaman di banding lo Chel. Semuanya nggk semudah apa yang lo harapkan."
"Tapi kamu harus tau juga Ham semuanya itu sudah cukup lama tapi aku nggk bisa lupain dia sebarang dikit pun, dia itu seakan udah lengket di ingatan aku. Bagaimana pun kami sudah bersama-sama selama 20 tahun, nggk semudah itu buat aku bisa melupakan dia walaupun dalam jangka waktu yang lama persis yang kamu katakan."
"Setidaknya lo ada usaha Chel lo mau dilihat lemah kayak gini? Sedangkan lo aja sebenarnya kuat tapi lonya aja yang membawa permasalahan ini rumit, lo yang salah chel."
Michelle menghembus nafasnya pelan. "Jadi aku harus apa?"
"Lo temui dia dan katakan apa yang mau lo katakan, asal jangan terlihat lemah. Karena sikap lo itu buat lo di pandang rendah, seakan cinta lo sama dia itu nggk pantas untuk dipertahankan kalau lo kayak gini terus.
Lo kira cowok mau terus lihat sikap cewek yang lemah kayak gini, lo seakan minta perlindungan tapi lonya pura-pura nolak yakan? Sadar Chel hidup lo nggk terpaku dengan satu orang, tapi ingat masih banyak orang yang sayang sama lo!"
Michelle bergegas mengambil barang-barangnya dan mengecup sekilas pipi Hamsa "terimakasih abang, lo baik banget." setelah mengatakan itu Michelle pergi meninggalkan Hamsa yang hanya menggeleng kepalanya pelan.
Michelle bergegas menaiki taksi yang baru saja berhenti dan menunjukkan arah ke sang sopir untuk tujuannya.
Hanya butuh lima belas menit akhirnya Michelle sampai di depan kafe yang sudah di beritau Khai, Michelle berulang kali menarik nafasnya dan membuangnya secara perlahan dan dengan gerakan cepat Michelle masuk kedalam kafe tersebut dan matanya melihat dua orang yang ia kenal.
"Kak"
Keduanya menoleh dan Dev menatap tidak percaya apa yang ada didepannya, Michelle benar-benar datang.
Sedangkan Celine disampingnya memasang senyum riang dan memeluk Michelle, Michelle membalasnya dengan kikuk Celine melepaskan pelukan mereka.
"Kami baru saja ingin pergi, tapi syukurlah kita bisa bertemu." Michelle tersenyum kikuk, apa kakaknya menyuruhnya ia datang karena seorang spesial untuknya tengah mampir? Kalau begini Michelle tidak akan datang.
"Yaudah kita duduk dulu, ada yang ingin aku sampaikan" potong Dev merangkul Celine dan itu membuat Michelle semakin geram saja, Tapi Michelle tau dia tidak harus berbuat apa-apa dia hanya duduk manis dan mendengarkan apa yang dijelaskan kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love my brother
De TodoCinta bukan paksaan, tapi cinta adalah takdir yang sudah ditentukan. Cinta ke orang yang di sayang bukan suatu panutan yang salah tetapi suatu pelajaran yang mungkin akan membawa kemasa depan. Cinta yang indah di harapkan tidak pernah terjadi di cer...