Kepulangan bulan Juni

1.5K 67 0
                                    



*****

Sebulan kemudian

   Michelle terlihat tertidur disalah satu bangku bandara yang berada di dekat jendela, dan disana Hamsa hanya bisa mengawasi adiknya dari bangku yang lain.

Ia tidak tau jika adiknya sudah tubuh dewasa yang berarti dia memilih hak atas pilihan hidupnya, karena hanya Michelle yang tau mana terbaik untuk nya.

Pengeras suara dari bandara memanggil penumpang pesawat menuju indonesia, Hamsa membangunkan Michelle membuat perempuan itu bergumam tidak jelas.

"Bagun dek dah mau berangkat nih."

Michelle mengerjapkan matanya menatap Hamsa dengan mata sayup, Michelle bangkit dan mengeret kopernya menuju pintu masuk penerbangan. Sesampainya ia memilih bangku dan duduk disana.

"Kamu kenapa?" tanya Hamsa saat tau adiknya terlihat kusut wajahnya sedikit tegang.

"Gimana kalau kak Dev juga pulang kak? Aku nggak tau harus bagaimana." Hamsa tersenyum ia mengelus bahu Michelle menenangkan adiknya itu.

"Kamu harus kuat dek bagai mana pun ini sudah menjadi pilihan kamu dan terbukti sampai sekarang ia belum ada menggangu mu bukan?..ya berarti dia menerima penolakan mu atas dirinya, kalian cukup dewasa bagaimana pun kalian bisa mengatasi permasalahan kalian.

Dan lagian Arvan yang menyuruh kamu pulang bukan? Walaupun kalian berjumpa nanti mungkin itu sudah menjadi takdir, toh masa lalu cukup kamu tinggalkan dibelakang semunya sudah berjalan jauh meninggalkan semua itu." jelas Hamsa membuat hati Michelle sedikit tenang, ia hanya takut jika Dev akan kembali dan ia belum siap akan itu.

Hamsa hanya bisa menenangkan sedikit perasan Michelle bagaimana pun ini tidak mudah, cinta memang sulit untuk di tebak.

bagai setiap helahaan nafas selalu terdengar namanya, setiap langkah kaki yang berjalan selalu ada dirinya, walaupun sulit untuk di lupakan tapi ini sudah ditakdirkan seperti ini.

Bagai mana pun semunya kembali semestinya.

**

Avran bertatapan dengan Devon sudah lama ia tidak melihat temannya itu, Zaka tersenyum geli saat Devon memberikannya tatapan menusuk.

"Lo nggk berubah ya Av tetap aja mata elang lo bikin semua orang takut, gimana lo nggk jomblo." canda Devon.

Avran hanya diam tak mengubris, ia meminum minuman yang sudah ia pasan menatap jam yang sudah menuju angka sembilan.

"Nggk usah lihat jam melulu gue yakin dia lagi dijalan." Avran mengangkat wajahnya.

"Menurut lo gimana dengan Michelle sebelum mereka pergi?"

Devon berpikir sejenak. "Ou gue inget terakhir gue jumpa mereka sih dikantor Dev, saat itu ada Celine juga saat gue bergurau dengan Michelle dia seperti kesal begitu.

Tapi entah perasaan gue atau nggk sih, Gue tanya am Celine kalau Dev mencintai Michelle, bukannya itu gila? Lo tau kan kalau kalian itu saudaraan. Waahhh benar-benar deh"

"Kami nggk bersaudara."

"Maksudnya?"

"Michelle anak dari sahabat bokap gue, dan Dev anak dari selingkuhan nyokap gue dan gue anak dari nyokap dan bokap."

Love my brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang