****Dev tengah merapikan berkas-berkas yang baru saja ia kerjakan dan meletakan kaca matanya dengan tangan yang terulur ke pelipisnya dan memijatnya pelan.
"Kak" suara lembut itu menyapa.
Dev menoleh ke Sumber suara dan terlihat Michelle tengah memegang nampan yang berisi makanan dan secangkir lemon tea.
Dev melihat Michelle berjalan mendekat dan meletakan nampan itu di atas meja, sedangkan Michelle duduk diatas meja kerjanya dengan senyuman manis.
Dev tersenyum sikap adiknya tidak berubah ada saja membuatnya tertawa didalam hati. Michelle memegang kedua kuncir rambutnya sambil menggoyang-goyangkan kepalannya kesana kemari.
"Heii.. Apa kau tidak pusing? " tanya nya sambil menghentikan goyangan tangan Michelle.
Michelle memberhentikan kepalanya dan menatap kakaknya dengan Puppy eyes andalannya. "Kak mau itu" tunjuknya, dan lagi membuat Dev terkikik geli melihat Michelle seperti itu.
"Yasudah, ambil."
"Nggk mau... Kata momy tunggu kak Dev dulu yang makan baru aku" dasar momynya itu selalu ada saja membuat keki Michelle.
Dev mengambilnya dan memakannya setelah gigitan pertama ia suapkan ke Michelle, dengan senang hati Michelle menerima suapan tersebut.
"Kak.. Kaukta mmaoam.. "
"Ck... Kalau makan, makan aja kali jangan ngomong lihat muncrat kan" decak Dev.
"Heheh. Maaf.. Kata momy kakak mau ke Swiss ya? " Dev mengangguk sambil memakan kue yang di bawa Michelle tadi.
"Dan kata mom.. Kak Celine juga ikutkan? " Dev menatap Michelle dengan mengernyit binggung.
"Nggak." Ujar Dev singkat, lalu kembali sibuk berkutak dengan pekerjaannya.
Michelle turun dari atas meja, menatap kakaknya senduh. Mungkin hanya ini yang bisa ia lakukan, merelakan sang kakak dengan yang lain.
Andai, andai waktu berpihak padanya dan takdir mengubahnya. Mungkin, cinta nya pada Dev tidak berakhir seperti ini.
"Jangan mengelak kak, aku setuju dengan Mom. Lebih baik kakak pergi sama kak Celine dia tunangan kakak, tidak baik buat kakak ninggali kak Celine lama.
Aku kesini juga ingin mengatakan sesuatu, aku ingin pergi ke Itali. Aku dapat tawaran untuk bisa melanjutkan study ku disana, kakak tau bukan Milan adalah kota terkenal dengan Desainnya dan aku ingin menjadi salah satu dari mereka-"
"Tunggu-"
"Kemungkinan aku berangkat secepatnya." Tuntas Michelle membuat Dev menatapnya, pria itu mengernyit binggung.
"Ouya, aku akan pulang jika kakak nikah" setelah mengatakan itu Michelle pergi dari ruang kerja Dev dengan hati yang terluka.
-Michelle Pov-
Jangan nangis!! Jangan nangis! Ini sudah pilihan mu ini takdir mu! Ayo Chell! Ini semua sudah apa yang seharusnya terjadi, untuk apa terus meratapinya? Bukan kah ini pilihan mu sejak dulu?
Aku memukul dada ku yang mulai sesak, rasanya aku ingin berteriak menuangkan segala rasa yang membuatku sesak.
Ya tuhan! Kenapa harus sesakit ini? Kenapa harus kakak ku? Kenapa cinta ini begitu lancang sekali? Hiks.
Mata ku menagkap suatu benda yang berkilau disana dan tentu aku tau itu apa. Itu adalah kalung pemberian kak Dev waktu aku berumur tujuh belas tahun dan semenjak perasaan itu ada dengan sangat lancangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love my brother
RandomCinta bukan paksaan, tapi cinta adalah takdir yang sudah ditentukan. Cinta ke orang yang di sayang bukan suatu panutan yang salah tetapi suatu pelajaran yang mungkin akan membawa kemasa depan. Cinta yang indah di harapkan tidak pernah terjadi di cer...