...
Akhirnya Michelle sudah sampai di Itali negara dengan Instruktur bangunan yang menarik untuk di lihat dengan mata telanjang,
kota yang memberikan pemadangan yang begitu indah.Michelle sama sekali tidak pernah menyesalinya untuk datang di negara tersebut, sungguh indah betul pemadangannya.
Di banyaknya orang berlalu lalang, Michelle mencoba mencari jalan untuk mengantarkannya ke sebuah penginapan sementara. Menggingat ia belum sama sekali mendapatkan tempat tinggal, peta yang ia pegang di tatap nya lamat-lamat dan membuatnya binggung sendiri.
Hari ini matahari begitu terik dan menyengat walaupun hawa dingin masih terasa, Michelle terpaksa terus berjalan mencari petunjuk.
Gedung-gedung pencakar langit berdiri dengan gagahnya di setiap jalan, Orang-orang asing sangat kental terlihat membuat Michelle menelan salivanya, Ia membenci tempat keramaian tapi apa boleh perbuat karena ini juga sudah menjadi pilihannya.
Michelle mendorong kopernya mencari kesana kemari untuk menemukan seseorang yang kemungkinan satu negara dengannya atau setidaknya mengerti bahasa Inggris, menggingat Itali tidak terlalu dominan dengan bahasa Inggris.
Untuk memilih tinggal di Hotel, itu bukan pilihan yang tepat. Di hitung-hitung tabungan nya akan habis hanya untuk menyewa satu kamar hotel saja, Gadis itu memutar otak agar ia bisa bertahan hidup di kota ramai ini.
Michelle kembali menarik kopernya menuju penyebrangan jalan, seramai ini akan kah ia dapat tempat tinggal? Satu sanak saudara pun tidak ada yang tinggal di negara ini.
Bagaimana ia akan bertahan hidup? Sudah beberapa kali gadis itu menghela nafasnya, rasanya ia sangat sulit bisa beradaptasi dengan Negara tersebut.
"Jangan gila!!"
"Oma menyuruh kita untuk kembali! Gue lelah!!" Pekik suara seseorang yang sangat asing, Michelle bisa melihat seorang wanita yang bertengkar dengan salah satu lelaki yang sibuk dengan handphonenya.
"Lo aja pulang gue males" cowok dengan paras santai itu menatap sekelilingnya dan matanya jatuh ke Michelle yang juga tengah menatapnya, tetapi pandangan cowok itu kembali menatap sekelilingnya tidak memperdulikan seorang perempuan yang tengah memarahinya.
"Ikhh lo mau kemana!!" teriak gadis itu saat cowok yang menatap Michelle tadi berlalu begitu saja.
"Permisi" Michelle memberanikan dirinya menyapa perempuan yang tengah mengebu-ngebu itu.
"Yaeh?"
"Hmm kamu dari indonesia ya?" perempuan itu mengganguk, menatap Michelle binggung.
"Iya kenapa ya?"
"Aku cuman hmm mau nanyak, kamu tau nggak tempat tinggal di dekat sini?" Tanya Michelle yang sedikit bimbang.
"Nggak."
"Oh? Ngg-"
"Tapi lo bisa ikut gue" ajaknya yang membuat Michelle terkesiap, perempuan itu menarik Michelle.
"Itu peta?"
"Iya."
"Boleh gue pinjam?"
".."
"Gue lupa jalan pulang." Katanya, Michelle untuk kedua kalinya terkesiap. Memberikan peta itu ke perempuan tersebut, ia sibuk dengan ponsel juga peta nya.
Tidak tau apa yang perempuan itu lakukan, Michelle hanya bungkam.
Mereka berdua menyisir setiap jalan yang begitu di padati banyaknya kepala manusia, Michelle sempat kesal menggingat terlalu banyak manusia yang mendorongnya dan hampir kehilangan jejak perempuan tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love my brother
RandomCinta bukan paksaan, tapi cinta adalah takdir yang sudah ditentukan. Cinta ke orang yang di sayang bukan suatu panutan yang salah tetapi suatu pelajaran yang mungkin akan membawa kemasa depan. Cinta yang indah di harapkan tidak pernah terjadi di cer...