Michelle terlihat bahagia disamping Gibran, sosok cowok itu tak kalah jauh dengan Dev kakaknya.Gibran seakan tau letak bagaimana posisi ternyaman untuknya bersama Michelle, seakan Gibran memiliki sisi yang berbeda dengan Dev kali ini.
Michelle sempat mengcap Gibran sebagai cowok dingin, cowok membosankan dan cowok yang ahh pemikirannya selama ini salah.
Gibran adalah versi kakaknya itu tapi sayangnya Gibran dengan kehangatan nya sedangkan Dev dengan dinginnya, hanya itu perbedaan mereka.
"Bukan nya lo udah punya tunangan?" Michelle bertanya memastikan, takut nya ia akan jatuh ke dunia Gibran lebih dalam lagi.
Gibran tersenyum entah senyum apa tapi Michelle terlalu menikmati senyuman itu.
"Yang kemarin itu? Dia cuman bercanda kali Chell mana mungkin aku tunangan sama adik aku sendiri"
Michelle tertegun yang benar saja mereka adik dan kakak? Gibran menoleh saat Michelle berhenti di belakangnya. "Kenapa?"
"Huh? Nggak gue cuman aneh aja gitu" Gilang tersenyum merangkul Michelle membuat gadis itu terkejut.
"Biarin aja kayak gini" balas Gibran dan semakin mengeratkan pelukannya, Michelle jangan ditanya gadis itu tengah menetralkan degupan jantungnya.
Michelle merasa tangan Gibran mulai mengendur dari bahunya, ternyata Gibran melepas pelukannya ke Michelle tanpa gadis itu tau seorang tengah menatapnya marah. Michelle melirik kedepan dan tatapannya bertemu dengan tatapan dingin yang begitu mengerikan. Tanpa terasa tangan Michelle menggengam tangan Gibran, seakan menyalurkan kekuatan untuknya.
Tapi bagai mana pun Michelle tidak akan pernah bisa bersikap tegar di depan kakaknya sendiri.
"Kakak?"
Gibran menoleh ke Michelle dan pertanyaannya kini terjawab, Gibran tersenyum kembali merangkul Michelle.
"Ini kakak kamu? Ah aku kira dia seseorang yang spesial. Karena kalian seperti sepasang kekasih yang salah satunya ketahuan sedang selingkuh" gurau Gibran dengan senyum manisnya.
Entah bagaimana perkataan Gibran membuat keduanya reflek menatapnya, Gibran yang di tatap juga menatap balik keduanya dengan senyum manisnya dengan tangan yang masih setia di bahu Michelle.
"Kamu bilang mau kuliah? Tapi apa? Kau jalan-jalan sama sembarangan orang, kata nya bisa menjaga diri dengan baik, dan kuliah dengan baik juga tetapi janji yang kemarin baru kamu katakan sama Momy dan kakak apa? Bulshit." Ujar Dev dengan kekehan, walaupun dia tertawa Michelle tau Dev tengah mencemohnya.
"Kak"
"Ikut kakak" Dev menarik Michelle meninggalkan Gibran yang masih diam mengamati kakak beradik itu, Michelle hanya bisa bungkam mengamati tangan Dev yang terus menariknya.
Kenapa kakaknya selalu mengusiknya? Bukan kah semua nya sudah jelas? Michelle hanya ingin sendiri, menenagkan hatinya tetapi kenapa Dev datang dengan sifat Overproktektif nya?.
Michelle tersenyum miris, mengetahui semua kelakuannya, Dev semena-mena melakukan apa yang dia mau. Michelle tidak bisa terusan begini, bagaimana bisa ia terus berusaha melupakan Dev jika cowok itu sudah di depannya dengan segala cara untuk Michelle tidak dapat melupakannya.
Dengan memberanikan diri, ia melepaskan tarikan Dev dengan tangannya. Menyentak kuat, mundur selangkah memberikan jarak antara ia dan sang kakak.
Dev menoleh.
"Kakak kenapa narik aku? Aku sudah meninggalkan Gibran!" seruhnya, Dev mengeretakan gigi-giginya yang menimbulkan bunyi yang membuat Michelle menunduk ketakutan.
"Kenapa? Kau memilihnya di bandingkan kakak kamu sendiri? Bagaimana mana bisa sebuah janji yang udah kamu katakan kamu langgar begitu saja." Dev maju selangkah membuat Michelle mundur.
"Jangan terlihat gampangan Chelle, semua lelaki bisa memperdayakan mu. Kenapa kau melakukan ini? Apa karena perasaan mu dengan kakak?"
Dev menarik tangan Michelle yang langsung di tepis gadis itu, sekarang ia sangat takut.
"Bahkan kau tidak ingin kakak sentuh lagi? Kenapa? Kenapa setelah semuanya, kau melakukan ini sama kakak?Bahkan Momy kecewa sama kamu, kakak nggak menyangka kalau Michelle yang kakak kenal jadi semurahan ini. Bahkan dengan lelaki yang tidak kamu kenal... dan kakak kecewa sama kamu." Ujar Dev pelan.
"Untuk Sekarang ini, aku lepaskan kamu. Tetapi, ada dimana waktu kamu kembali pulang dan jangan pernah pergi lagi." Setelah mengatakan itu Dev pergi meninggalkan Michelle yang terdiam, runtuh lah pertahanannya. Air matanya mengalir, perkataan Dev begitu menyakitkan.
Michelle tidak menyangka Dev akan memandangnya dengan seburuk itu, bahkan Dev mengatakan jika dirinya murahan?.
Michelle mengumpulkan tenaganya, berujar dengan lantang sebelum Dev benar-benar pergi.
"Apa aku seburuk itu kak? murahan dan gampangan? Bahkan kakak mencemoh ku sebagai wanita tidak baik-baik dengan melihat ku berjalan bersama satu pria.
Bahkan sebelum kakak tau, aku tau bagaimana Gibran. Setelah semuanya terjadi kakak membuat aku sadar akan perasaan aku sama kakak.
Bahkan perasaan yang terus mengebuh itu telah hilang dan tidak akan datang lagi dengan orang yang sama."
Michelle menelan salivanya susah payah, dadanya begitu sesak sekali.
"Bahkan aku ingin mengucapkan Terimakasih, sudah menjadi bagian hidup paling berharga.
Apa kakak tau? Aku bersyukur mencintai kakak yang bahkan bukan saudara kandung ku sendiri, tetapi alasan itu tidak membuatku terus bertahan.
Karena ku tau, peghiyanatan lebih sakit dari pada kebohongan.
Aku akan pulang, tetapi tidak untuk meminta sebuah balasan. Tetapi aku pulang, untuk pamit dan membalas Budi kepada Momy. Bahkan aku tidak berpikir untuk merebut kakak dari kak Celine, karena ku tau.. kita bukan untuk di takdirkan.
Aku mau bilang makasih, makasih semua apa yang telah kakak beri. Terimakasih untuk perasaanya, yang bahkan ku tau kakak tidak memiliki rasa yang sama.
Hmm.. aku kembali, Gibran sudah menunggu.. kakak hati-hati."
Michelle meninggalkan Dev yang terpatung di sana matanya menatap punggung Michelle yang kian menjauh, rasanya ada sebuah bongkahan batu yang menyumbat dadanya yang kini semakin sesak.
Bahkan ia tidak tau bila Michelle memilih untuk pergi dari pada menetap.
Cinta memang begitu kejam, kini Dev menyesal yang sudah menyia-Nyiakan kesempatan yang ada. Bahkan semua terlalu kejam untuk Dev telan secara bulat, dan sekarang ia sadar jika cinta telah tubuh semakin mekar di hatinya.
Dev merasa kalah telak, semuanya sudah berakhir. Bahkan Dev menyesali semuanya.
Melihat lelaki bersama Michelle tadi, ia tau mata itu memandang berbeda dengan Michelle. Sebuah rasa cinta dan sayang hadir disana.
Apa sekarang Dev harus menyerah? Bahkan ia belum memulai.
Dan kini sebuah kehilangan adalah bukti kesadaran tentang perasaan kita.
**
Tbc
Buat kalian vote yaaa
Dan gue mau kalian komen cerita ini yang menurut kalian gimana?Bukan
Next
Lanjut
Kapan upTapi aku pengen kalian benar-benar apa menurut kalian cerita ini atau part ini. Itu unyyuuuu
Boleh juga komen karakter Dev gimana
Michelle dan perasaan ya
Atau abang Gibran aih unyyuuuu
Bolhh kok bolehh banget komen tetang mereka.
Thxxx
KAMU SEDANG MEMBACA
Love my brother
RandomCinta bukan paksaan, tapi cinta adalah takdir yang sudah ditentukan. Cinta ke orang yang di sayang bukan suatu panutan yang salah tetapi suatu pelajaran yang mungkin akan membawa kemasa depan. Cinta yang indah di harapkan tidak pernah terjadi di cer...