******Malam ini terlihat tenang dan hening tidak ada yang ingin membuka suara hanya detingan sendok dan garpu yang beradu di piring, Michelle merasa suasana ini begitu tidak baik untuk mereka.
"Momy Michelle bawa oleh-oleh nanti Michelle ambil buat Momy ya." wanita paruh baya itu menatap tidak suka kearah Michelle, membuat gadis berumur sembilan belas tahun itu mengernyit.
Avran yang disebalahnya meletakan alat makannya karena ia sudah selesai makan, Kedatangan dirinya membuat siapa pun diam membisu bukan karena takut hanya saja caranya bersikap membuat siapa pun berpikir ulang saat ingin mengusik nya.
"Kita bahas sekarang."
"Bahas apa Avran?! Tidak ada yang harus di bahas." tungkas Momynya membuat Avran tersenyum miring, tidak ada seorang pun yang dapat membohonginya sekali ketahuan ia tidak akan bisa tinggal diam.
"Menurut anda siapa yang disini harus dibahas? Bukannya anda ingin mengatakan sesuatu mengenai Dev dan Celine?"
"Ahh iya sayang Momy lupa, tadi Momy mau bilang kalau pernikahan Dev dan Celine akan di majukan bulan depan."
Dev yang mendengarnya mengernyit ia tidak pernah membahas ini kepada Momynya. "Mom Dev nggk ada bilang kalau Dev mempercepat pernikahan, kenapa Mom begini? Lagian aku dan Celine sudah selesai."
Avran menautkan jemarinya diatas meja, sikap yang satunya ini bisa membuat lawan bicaranya gelisah.
"Bukan itu yang mau anda bilang ke mereka." ucapnya telak membuat wanita itu terdiam, Michelle tau Momynya berasa di interogasi dengan Avran.
"Kak jangan membuat Momy gelisah."
Avran tersenyum mata kucingnya berhasil membuat lawannya menunduk takut."Ini yang ku tunggu dari tadi Michelle, apa kau tau perempuan di depanmu ini ingin menjualmu dengan David"
"Apa?" pekik Dev dan Michelle bersamaan, mana mungkin Momy yang selama ini sayang dengannya melakukan hal memalukan itu.
"Kak, jangan begitu mana mungkin Momy akan melakukan HAM sejahat itu, jangan menuduh Momy seperti itu." Ujar Michelle pelan.
Avran menarik nafasnya pelan ia sudah menduganya kalau adiknya akan membela perempuan didepannya itu.
"Ingat dengan Naomi?"
"Dia sahabatku dia sudah meninggal kak, apa hubungannya dengan Naomi?"
"Semuanya berawal dari perempuan itu."
"Maksud kakak?" Michelle masih terlihat bingung ia belum mengerti arah mana Avran berbicara yang jelas ini pasti ada sangkut pautnya dengan Alm.Naomi.
"Naomi meninggal karena di tembak bukan? Dan apa kau tau dalang dibalik semuanya?"
"Michelle sayang, Dev kalian pasti lelah kan? Kalian bisa istirahat Momy ingin berbicara dengan kakak kalian dulu."
Avran tersenyum, ia mengangguk menyuruh mereka istirahat terlebih dahulu tapi Michelle tidak bisa pergi begitu saja ia ingin tau siapa dalang dari semuanya.
"Michelle pergi" dengan berat hati Michelle masuk kedalam kamarnya.
termenung di bingkai jendela menatap langit malam yang tenang.
Tok tok
"Sebentar" Michelle meranjak dari duduknya dan membuka pintu disana, sudah ada Dev berdiri dengan wajah kusutnya.
"Boleh kakak masuk?"
"Aku mau istirahat." tolak Michelle dan hendak menutup pintu, Dev menahannya ia tidak mau kehilangan kesempatan ini lagi.
Michelle akhirnya mengalah ia membiarkan Dev masuk dan duduk di balkon kamarnya, ia menyusul dan duduk di samping Dev dengan jarak yang lumayan jauh.
"Apa kau tau kalau kita tidak bersaudara?"
"Aku tau, aku anak pungut yang di tolong sama ayah kamu."
"Nggk, itu bukan ayah ku."
"Maksud kamu apa? Bukannya mereka orang tua kamu?"
Dev menghela nafasnya pelan ia senderkan kepalanya di bahu kursi.
"Popy adalah ayah Avran yang menolong mu, sedangkan Ayah ku, ia di penjara." Michelle mencoba mencernai setiap kata yang Dev katakan.
"Jadi kalian satu ibu beda ayah maksudnya?" Dev mengganguk.
"Ayah dulu membenci ku, ia hanya ingin ibu akhirnya aku di ambil Popy tiga tahun aku bersamanya. Momy datang saat itu Popy lagi mengurus kamu ia menitip kita dengannya sedangkan Avran tetap bersamanya, beberapa tahun kemudiam Popy bangkrut perusahaan yang ia rintis hancur seketika saat Ayahku mengambilnya.
Dan ternyata Ayahku korupsi dan juga dalang dari semuanya yang akhirnya ia di penjara seumur hidup, masalah ia di penjara seumur hidup aku nggk tau cuman Avran yang tau segala ceritanya."
"Apa saat Popy kehilangan perusahaannya saat aku tidak sengaja membuat kebakaran di restauran itu?"
"Iya, saat itu kamu membuat kekacauan yang berkahir Naomi meninggal. Aku nggk tau ceritanya aku hanya ingat sebagian memo yang pernah ku simpan mungkin ini semua ada pada Avran. saat ia melihat Momy aku yakin pasti ada yang tidak beres dengan Momy."
"Apa kakak yakin kalau Momy dalang dari semuanya?"
"Aku nggk tau Chel, aku harap Momy tidak ikut sangkut paut dalam segala urusan yang ayah ku lakukan dulu." Michelle mendekat ke Dev mengelus bahu pria itu menenangkan nya.
"Percayalah, kak Avran pasti membantu kita ia akan membeberkan semua rahasia yang tidak kita ketahui." Dev menatap Michelle dalam.
"Jika semuanya selesai Avran akan kembali pergi dan kalau Momy memang salah ia juga akan pergi, dan pasti kamu juga ikut pergi." Dev menatap langit-langit kamar Michelle.
"Semuanya akan meninggalkan ku disini, aku hanya bisa berharap tuhan berbaik hati denganku.
Memberiku nafas kehidupan yang selama ini ku cari, jika semuanya pergi aku tidak akan bisa bernafas seperti ini kembali."
Dev mengambil jemari Michelle membawanya dalam dekapan tangannya. "Aku akan merindukanmu, sebelum kamu pergi aku ingin kamu tau"
Dev menatap mata coklat Michelle dengan bola matanya hitam legam itu.
"Aku mencintaimu"
Michelle terdiam ia tidak tau berkata apa semua pertanyaan mulai mengisi kepalanya "apa ini bohong?" "apa ini cuman penghibur lara?" "apa yang dikatakannya hanya sebagai sepegal kata yang sering ia baca di internet?" yang pasti Michelle tidak mempercayai pernyataan hati Dev.
"Jika ini terbaik untukmu aku akan melakukannya, dengan cara aku akan pergi dari kehidupanmu dan bayang-bayanganmu.
keegoisanku membuatmu pergi, mungkin dengan kesalahanku ini aku dapat belajar dari semua yang pernah ku perbuat.
Selesai ini aku berjanji aku tidak menggangumu lagi, tapi ku harap kamu dapat berbahagia dengan yang lain." Dev memeluk Michelle erat pelukkan sebuah salam perpisahan.
ketika hati ingin menetap keegoisan mulai bermain peran, tapi saat kesalahan mulai menghampiri Keegoisan mengalah karena semua yang ia memperbuat kehancur dalam sekejap.
Sebuah cinta yang ia tanaman kan selama bertahun-tahun bukan lah satu hal yang harus membuatnya menetap, tapi karena cinta itu lah yang membuat kita sadar kalau cinta tak harus memiliki.
karena kebahagian untuknya pastilah kebahagian untuk kita kelak.
Jangan membawa atas nama cinta dalam sebuah keegoisan , karena kehilangan nya dapat menyadarkan satu hal yang tidak kita ketahui.
Bahwa cinta tak harus memiliki.
*******
Vote dan komen
Makasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Love my brother
RandomCinta bukan paksaan, tapi cinta adalah takdir yang sudah ditentukan. Cinta ke orang yang di sayang bukan suatu panutan yang salah tetapi suatu pelajaran yang mungkin akan membawa kemasa depan. Cinta yang indah di harapkan tidak pernah terjadi di cer...