Ketika semuanya perlahan terbuka

1.6K 73 0
                                    

  

*****

      Derapan langkah kaki yang tergesa-gesa terdengar di koridor yang menuju lantai dua itu perempuan yang berkucir itu lari dengan sekuat tenanganya ia sudah telat lima menit dari jadwal kelasnya, ia menyesal sudah menghabiskan waktunya hanya menonton drama korea pemberian Tiara kemarin.

kini Michelle telah sampai menarik nafas membuka kelasnya dengan perlahan dan tak menemukan seorang pun disana.

"Lahh mana yang lain?" Michelle celingak-celinguk menatap sekelilingnya ia benar-benar tidak menghayal bukan? Harapan yang berlebihan untuk bisa terkabul.

"Eh Michelle kenapa lo kok disini?" taman sekelasnya yang berasal dari indonesia menyapanya.

"Eh Ra kok nggk ada orang sih?" Rara nama gadis itu melihat kedalam.

"Oh.. Kita lagi kosong Mr. Jerry lagi ada urusan kata nya sih, jadi kita kosong."

"Yaa sia-sia gue kaluari tenaga gue pagi ini."

Rara tertawa kecil lalu permisi kepada Michelle untuk pergi terlebih dahulu, dan sekarang Michelle sendirian ia harus mengisi perutnya kalau tidak sakit magnya akan kambuh.

Michelle berjalan ke arah kantin sesaat ia meruntuki kehendaknya ia melihat segerombolan anak perempuan yang kemarin mengusik nya, Michelle berjalan mundur tak tau seorang berdiri dibelakang.

"Ngapain." Michelle terkejut dan melihat Hamsa yang sudah berdiri didepannya dengan senyum yang mengembang.

"...eh.. Itu anu" Hamsa menoleh kedalam dan melihat Kimberly dan juga teman-temannya Hamsa tau kenapa Michelle nggk jadi masuk, Hamsa menarik Michelle dari kantin menuju gedung belakang.

Michelle duduk dikursi yang dibuat lingkaran dengan meja dan pohon di tengahnya.

"Nih" Hamsa memberi satu roti dan air mineral ke Michelle.

"Makan aja itu sengaja buat lo gue beliin." Michelle tersenyum mengucapkan terimakasih.

"Masalah kemarin gue minta maaf." Michelle melirik ia berpikir sudah dua hari ini Hamsa menghindarinya dan baru sekarang Hamsa menjumpainya dengan senyum merekah.

"Hati kamu sudah membaik?"

Hamsa menatap hamparan ruput yang luas didepannya. "Syukur aku bisa cepat sembuh dari kenyataan ini." Hamsa menatap kembali Michelle.

"Andai aku masih punya adik mungkin dia sebesar kamu Chel, kamu mau kan jadi adik ku?" Michelle tertegun Hamsa benar-benar belum tau.

"Kak".. Hamsa mengernyit ia tidak pernah mendengar Michelle memanggilnya 'kakak'.

"Apa gerangan lo memanggil gue kakak? Wahhh lo setuju ya." Michelle menangis membuat Hamsa semakin bingung, Michelle mendekat memeluk Hamsa dari samping.

"Lohhh lo kenapa?"

"Kak, sebenarnya aku adik kakak yang hilang " Hamsa menarik Michelle menatap tidak percaya wajah Michelle terlihat serius dan sanduh.

"Jangan bercanda?" tanya Hamsa membuat Michelle menggeleng, ia menjelaskan semuanya sampai di mana ia bisa tinggal dengan keluarga Husein keluarga Dev.

Hamsa termenung mendengarkan penjelasan Michelle, sampai dimana ia juga baru tau dari Tiara yang membeberkan faktanya ke Michelle.

Hamsa tak kalah payang senangnya ia memeluk Michelle menangis dalam pelukkannya selama ini adik yang berada di dekatnya adalah adiknya yang sebenarnya.

"Gue bersyukur bisa ketemu lo lagi Chel, sungguh ini adalah waktu yang gue tunggu Dan gue tidak penah menyesali setiap langkah yang gue ambil..di negara ini dan di kota ini adalah menjadi kisa bisu kita. "

Love my brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang