*****
Sepeninggalannya di kafe ia keluar meranjak dari tempat nyaman nya yang tidak ia sangka-sangka berjumpa dengan Hamsa yang berdiri tidak jauh darinya, yang tengah bertengkar dengan seorang perempuan.
Michelle mengenali perempuan itu, ya Hamsa pernah menunjukkan foto wanita itu saat mereka di kantin dan Michelle masih sangat mengingat wajah Hamsa saat ia dengan senang dan ceria mengenali perempuan yang ia cintai di foto itu.
Pertengkaran itu mengundang semua mata yang lewat di dekat mereka Michelle tidak bisa berbuat apa-apa ini bukan areanya.
Setelah sepeninggalan perempuan itu Hamsa terlihat kusut, kemarin ia berpenampilan layaknya kembaran Dimas Anggara.
kini berubah derastis seperti pria yang baru keluar dari kadang macan penampilannya acak-acakkan, bukan Hamsa seperti biasa.
"Kak" panggil Michelle menghampiri cowok itu yang terlihat prustasi, mata sanduhnya menatap Michelle ada yang aneh dari tatapan itu didalam sana seperti ada sebuah penyesalan dan juga kesedihan mendalam.
Hamsa hanya bisa diam membuang pandangannya agar tidak ada kontak mata dengan Michelle, dengan berani dirinya mengambil tangan Hamsa membawanya dalam dekapan hangat antara jemari tangannya.
"Kakak kenapa?"
"Pergi lah Chel" Hamsa menarik tangannya ia tumpukan ke pintu mobil dan menyenderkan keningnya disana, Michelle tau Hamsa tengah menangis.
"Kak" Hamsa tidak ingin mendengar ia masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Michelle tanpa sepatah kata pun, mobil sedan mini itu melewatinya dengan kecepatan rata-rata.
"Apa kamu belum tau kak??"
Tiara yang baru saja sampai melihat semua kejadian itu ia hanya bisa menatap sanduh tak bisa berbuat apa-apa ia tidak cukup bisa masuk kedalam ruang mereka itu sangat Privasi.
"Aku yakin kalian akan merasakan apa yang selama ini udah hilang, ini nggk mudah tapi ku harap kalian bisa menjalankannya dengan baik. Cukup mengerti semuanya terlihat lebih mudah." tutur Tiara dan ia pergi masuk kedalam kafe dan menemui seseorang yang sudah ada janji dengannya.
Michelle pergi meninggalkan kafe dan menyetop taksi untuk mengantarnya ke salah satu kafe yang sudah ia taruh lemaran kerja disana, Saat dalam perjalanan ia hanya bisa termenung menunggu kapan waktu berpihak dengannya kesendirian selama ini membuatnya perlahan tersiksa.
atas dasar cinta yang selama ini ia tanamakan tak berarti apa-apa, semuanya hanya mimpi dalam mimpi yang memang cukup nyata tapi tak dapat di masukkan dalam dunia nyata.
semuanya hanya semu yang berimajinasi yang sangat berlebihan, Terdengar aneh tapi ini fakta dalam dunia yang sekedar mimpi.
cinta yang berlebihan membuatnya tak menyadarkan tengah berada dimana dirinya, Kebutaannya atas cinta berhasil menutup akses segala jalan untuk keluar.
ia ingin, hanya saja tak mau berusaha dan kini ia menyesal saat tau orang itu telah tidak ada, kegembiraan yang ia lihat dalam wajah Hamsa saat mengenalkan wanita itu sungguh ingin ia simpan dalam memo saat tau Hamsa sangat mencintai wanita itu.
sampai dimana kini cinta hanya tak sejalan dengan kita inginkan, Cinta yang dimiliki dua pihak tak dapat beriringan saat tau seorang tengah menanti kehancuran.
sungguh tragis tapi ini cinta yang tidak bisa dipikir dengan akal.
Michelle melihat kafe yang ia tuju sudah sampai ia keluar dari dalam taksi menuju pintu kafe, sesaat matanya terdiam terpaku meneliti wajah yang yang ia kenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love my brother
RandomCinta bukan paksaan, tapi cinta adalah takdir yang sudah ditentukan. Cinta ke orang yang di sayang bukan suatu panutan yang salah tetapi suatu pelajaran yang mungkin akan membawa kemasa depan. Cinta yang indah di harapkan tidak pernah terjadi di cer...