Harry’s pov
Savanah berlari meninggalkan kami yang masih terdiam karena pertengkaran tadi. Aku sangat bodoh karena aku tidak melakukan apa2 untuk menghentikan perkataan Kendall. Entah kenapa aku tidak bisa melakukan apa2 selain mendengarkan pertengkaran mereka tadi. Aku tadi melihat mata Hazel milik Savanah yang membulat mendengar perkataan Kendall tadi.
Tapi lama-kelamaan mata itu berkaca2 dan menitikkan air mata yang lama-kelamaan tidak bisa dihentikan olehnya. Perkataan Kendall sepertinya benar2 menyakiti Savanah. Aku yakin pasti Savanah menyayangi mom-nya lebih dari dia menyayangi dirinya sendiri. Dia bahkan lebih memilih dirinya yang dihina dan disakti ketimbang ada seseorang yang menghina mom-nya.
El dan yang lainnya meneriaki nama Savanah dan mencoba untuk mengejarnya, aku melihat Kendall yang tertawa puas atas perkataanya. Aku pun menampar pipinya sebagai hadiah dari perbuatannya tadi.
“aww, kenapa kau menamparku, babe?” ucapnya sambil memegangi pipinya yang baru saja aku tampar.
“don’t call me babe” aku pun berlari menyusul yang lainnya untuk mencari Savanah.
Savanah’s pov
Aku melihat sebuah bangku taman yang kosong, aku melihat sekelilingku. Aku rasa aku masih berada di arena konser karena aku belum melewati pagar sebagai jalan untuk keluar dari arena konser. Beberapa fans masih terlihat disekelilingku, tapi tidak di area taman itu yang kelihatan sepi dan agak gelap. Aku pun berjalan menuju kursi itu sambil mengusap air mataku yang terus mengalir. Aku terduduk dikursi itu sambil memandangi beberapa fans yang datang ke konser bersama orang tuanya.
Mom memang tidak selalu memberikan apa yang aku mau, tapi dia selalu memberikan apa yang aku butuhkan. Dia bahkan menyayangiku lebih dari dirinya sendiri dan itu membuatku sangat menyayanginya. Aku jadi ingin menghubungi mom, pasti dia belum tidur. (London dan NewYork berbeda 7 jam, London 7 jam lebih cepat dari NewYork). Tapi aku mengurungkan niatku untuk menghubunginya, aku tidak mau membuatnya khawatir karena suaraku yang masih agak serak.
Saat aku sedang terhanyut dengan fikiranku, tiba2 ada seseorang yang menepuk pundakku. Apa itu Harry??
Harry’s pov
Aku melihat Savanah yang sedang duduk dibangku taman yang masih berada di area konser. Aku dapat melihat bahunya yang berguncang menandakan dia masih menangis. Aku pun berlari menghampirinya lalu menepuk pelan pundaknya. Kepalanya yang tadi tertunduk kini mendongak lalu menoleh kepadaku. Tangannya dengan cepat menghapus air mata yang masih mengalir. Kenapa dia selalu berusaha untuk menyembunyikan air mata itu dari orang lain, termasuk aku?? Apa air mata itu terlalu berharga hingga tidak boleh dilihat siapa pun??
“are you ok?” tanyaku dengan suara yang pelan. Pertanyaan bodoh macam apa itu? Sudah jelas dia sedang sedih, bisa-bisanya aku tanya seperti itu.
“I’m fine”
“aku minta maaf atas perkataan Kendall tadi, dia memang sudah keterlaluan. Aku juga minta maaf karena tadi aku tidak berbuat apa2 saat Kendall berbicara seperti tadi” aku takut Savanah marah dan kecewa padaku karena tadi aku tidak berusaha membelanya.
“it’s ok”
“Savanah, there you are” suara teriakan El terdengar, lalu aku menoleh kepada El yang sedang berlari menghampiri kami bersama yang lainnya.
“are you ok? Aku sangat khawatir padamu boo” cerocos El sambil memeluk Savanah. Savanah pun tersenyum untuk membuktikan bahwa dia tidak apa2. Tapi itu hanya fake smile.
“lebih baik kita masuk sebelum ada yang melihat kita disini” saran Liam kepada kami. Kami pun berjalan menuju backstage dengan kepala tertunduk agar tidak ada yang mengenali atau melihat kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Feelings
Hayran KurguMenjadi kekasih dari seseorang yg diidolakan adalah mimpi Savanah, tetapi bagaimana jika hal itu hanya sebuah sandiwara belaka? Ya, Savanah terlibat kedalam hubungan yg membuatnya merasa senang sekaligus tersakiti. Akankah Savanah terus menjadi pih...