Silent

165 13 1
                                    

Savanah’s pov

“Savanah, bisa tolong kau panggilkan Harry dan Gemma karena makan malamnya sudah siap?” tanya Danielle kepadaku. Aku mengangguk lalu berjalan menaiki tangga karena kamar mereka berada dilantai 2. Aku mengetuk pintu kamar Harry saat aku sudah berada didepan kamar tersebut. Beberapa kali aku mengetuk dan memanggil namanya tapi tidak ada jawaban, mungkin Harry berada dikamar Gemma atau sedang dikamar mandi. Jadi aku memutusku untuk pergi kekamar Gemma.

“Gem…” aku berhenti memanggil Gemma saat aku mendengar suara tersebut.

“apa maksudmu dengan kata ‘sepertinya’? apa kamu masih meragukan kebaikan Savanah?” aku mendengar suara seoarng wanita yang sepertinya adalah suara Gemma sedang berbicara dengan seserang.

“aku tidak tahu, maksudku…dia memang wanita yang baik…tapi…” sepertinya aku kenal suara ini. Iya, aku tahu, ini adalah suara Harry. Aku kembali mendengarkan percakapan mereka dan mendekatkan telingaku kepintu kamar agar aku lebih mendengar perkataan mereka.

“tapi apa?” menurutku Gemma sepertinya sedang kesal dengan Harry.

“aku masih mempertanyakan alasan kenapa dia mau menjadi pacar bohonganku? Maksudku, dia mengajukan bayaran untuknya sebagai pacar bohonganku kepada Simon. dan hal itulah yang membuatku ragu apakah dia memang benar-benar baik secara tulus atau hanya karena uang atau sebagainya” apa??? Aku terkejut saat mendengar perkataan Harry tadi. Entah bagaimana bisa Harry menganggap bahwa aku hanya baik karena uang. Air mataku pun mengalir begitu saja secara tiba-tiba. Aku berusaha keras untuk menahan suara isakanku agar tidak terdengar oleh mereka. Seburuk itukah diriku dimata Harry?

Aku menyandarkan tubuhku di pintu kamar dan berusaha untuk menenangkan diriku dan menghentikan tangisanku. Setelah beberapa menit aku pun menghapus sisa-sia air mata diawajahku lalu berdiri tegap dan mengetuk pintu kamar Gemma.

“yaa…tunggu sebentar” teriak Gemma dari dalam. Tak berapa lama pintu kamar pun terbuka dan aku melihat Harry yang tadinya sedang terduduk diatas kasur tiba-tiba bangun seperti orang kaget.

“oh hey Savanah, ada apa?” tanya Gemma dengan gugup. Lalu aku pun menunjukan senyumku kepada mereka untuk menutupi raut wajahku yang sepertinya terlihat sedang sedih.

“makan malamnya sudah siap dan yang lainna sudah menunggu kalian” ucapku kepada Gemma yang sekarang sudah terlihat lebih tenang. Aku yakin dia pasti mengira kalau aku mendengar percakapan mereka tadi, tapai kenyataannya aku memang mendengarnya.

“oh ya, aku akan segera turun. Harry lebih baik kau turun duluan bersama Savanah” ucap Gemma kepada Harry. Harry pun berjalan kearahku lalu tersenyum.

“ayo Savanah” ucap Harry sambil memegang lenganku. Aku dan Harry pun berjalan menuju ruang makan dalam keadaan yang canggung. Jujur saja kau sedang berusaha keras untuk tidak menangis karena hal yang Harry katakan tadi cukup menyakitkan bagiku.

“apa kau baik-baik saja ?” tanya Harry tiba-tiba.

“aku tidak apa-apa” jawabku tanpa memandang kearah Harry.

***

Selama makan malam aku sama sekali tidak mengatakan apa pun kecuali jika ada yang bertanya kepadaku. Aku tahu kalau Harry sepertinya merasa ada yang salah dengan diriku karena di aterus memandangiku dan bertanya apakah aku baik-baik saja. Tapi jawabanku selalu sama yaitu ‘I’m ok’ atau hanya sebuah anggukan kepala. Aku sedang tidak ingin berbicara dengan siapa pun mala mini, jadi aku memutuskan untuk pergi kekamarku terlebih dulu setelah pamit dengan Simon dan yang lainnya. Aku mengunci pintu kamarku agar tidak ada satu orang pun yang bisa masuk dan melihatku sedang menangis seperti sekarang ini. Kata-kata Harry tadi masih tetap terngiang ditelingaku dan menghanui pikiranku.

Hidden FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang