Aku melihatmu, mencarimu, lalu bertemu denganmu. Itu bukan kebetulan yang dirancang semesta, pendapatku. Ini adalah usaha dan kepatuhanku merayu takdir mempertemukan kita. Seperti urutan yang sistematis, terencana rapi dalam pikiranku. Dan tentu saja dirimu, satu-satunya obyek yang kutuju dan engkau tak pernah menyadari usahaku menemuimu dan menanyakan namamu, hanya aku yang sesadar-sadarnya bersabar pada setiap tahap perjumpaan kita.
Setelah pertemuan di bis dan halte, aku sedang mengumpulkan kekuatanku untuk menyodorkan diri menjadi temanmu. Sodoran yang lazim dan sederhana dalam perkiraanku. Aku menjadi temanmu dan cintapun bisa bermula karena pertemanan. Aku bahkan berkesimpulan, tak ada satu gadispun yang membersamaimu. Sebab ingatanku mencatat engkau lebih sibuk menatap kosong saat di halte dan memilih terpejam saat di bis.
Seperti teman-teman gadisku di kampus, akupun sempat berpikir engkau akan sibuk berbicara tentang pria yang kau taksir atau lipstik warna terbaru atau choker yang sedang trend. Tidak, engkau sepertinya menenggelamkan dirimu dalam tatapan kosong atau pejaman setengah sadarmu, hanya itu duniamu. Aku penasaran. Aku ingin memasukinya, menjadi bagian dari duniamu. Kita akan melewati banyak hal dan menjadi hebat bersama. Kita akan bertumbuh bersama dalam pikiran dan perasaan kita, menemukan ruang-ruang yang tepat untuk sebuah perasaan saling membutuhkan dan menjaga. Itu saja.
Kita tidak sedang dikejar waktu bukan? Engkau sedang asyik menikmati kuliahmu demikian pula aku. Tidak banyak, hanya obrolan-obrolan ringan yang semestinya perlu kita bangun. Mungkinkah itu? Aku bahkan tak mampu membaca isyarat dari bola matamu atau senyum simpulmu yang menggetarkan kalbu, hanya sebatas itu dan tak ada pertanda ketertarikanmu padaku.
Tentang itu berpeluang menjadi cinta atau tidak, aku menyerahkan seutuhnya pada takdir, tak memaksa atau menghardiknya agar cepat mendekati rasa bernama cinta. Tetapi aku akan mengusahakannya dan mencoba bekerja sama dengan takdir.
Dan percayalah di sudut matamu, aku menemukan dunia dan kehidupanku tentang lima, tujuh atau dua puluh tahun yang akan datang dengan lapisan-lapisan kebahagiaan yang bercerita dengan patuh tentang kau dan aku.... atau ini mungkin terlalu cepat aku memikirkannya? Tidak, tidak ada yang terlalu cepat, semuanya terklaim begitu saja dalam hatiku, semuanya aku rasakan dengan kesadaranku sendiri bahwa engkau adalah duniaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kecerobohan RINDU /on Going/
Romansaaku sedang belajar untuk mendamaikannya dengan hati, sebab bagian bernama rindu itu tak bisa kuhindari dalam sekali klik. aku memapah rindu itu bersamaku dalam bayangan dan kenangan, membuatnya begitu ceroboh merebut duniaku yang dahulunya begitu...