Dan aku memilikimu dalam hatiku, yang sebagiannya memang tak pernah bosan memperkeruh inginku untuk membuatmu terlupakan. Dan entah apakah takdir berpihak padaku lagi nantinya untuk mempertemukan kita, aku malu meminta atau merengek pada DIA.
Saat surat berlipat empatmu menggangguku lagi, aku memilih menghindari niatku untuk mengetik namamu di kolom searching berbagai sosial media yang aku punya. Yah, cukup mengingatmu tanpa harus tau keadaanmu. Cukup mengenangmu tanpa harus tenggelam dalam obsesi untuk memilikimu. Cukup merindukanmu tanpa mengharapkan keajaiban tentang pelukanmu. Aku bersyukur soal itu, soal hidup yang memang hanya menghadirkanmu dalam bentuk kerinduan dan kenangan, walaupun semua perasaan itu berakumulasi seperti menikmati gerimis yang tak pernah mnjadi hujan.
Dan mungkinkah kita akan bertemu lagi suatu hari nanti, dlm keadaan yang lebih baik tanpa berusaha menghindari. Kita akan bertegur sapa dan saling berjabat tangan. Jika pria yang membelisimu akhirnya adalah jodohmu, kuharap engkau berbahagia dengan itu dan tentu saja anak-anakmumu bahagia dalam dekapanmu. Dan tentang bola mata coklatmu, sekiranya masih bercahaya, tak seredup saat kita bertutur di bawah angsans katedral terakhir kali. Engkau bahagia, itu saja.
Dan kehidupan sejatinya harus tetap berjalan, tak bisa dihentikan atau ditunda. Tak bisa pula dipaksa untuk lebih cepat atau diperlambat. Ritme dua puluh empat jam, tujuh hari, lima puluh dua minggu dan tiga ratus enam puluh lima hari begitu adanya dan selalu begitu.
Perasaan, ingatan atau kenangan memang akan sering kembali, sering mengganggu dan mungkin memporakporandakan keteguhan hati, tetapi akan tetap berlalu seiring waktu, semoga saja, tergantung seberapa besar ruangan yang disisakan utk mereka berada di sana dan sedalam apa ia berakar disana.
Sayangnya, kerinduan tentangmu masih menyita ruang hatiku, masih di sana dengan segala perhitungannya sendiri, aku mencoba memasukan formula lain untuk mensubsitusinya dengan hal lain, kehidupan lain atau orang lain, tetapi ia dengan tegas menolak, ia berdiam disana tanpa peduli lagi. Mungkinkah kita bertemu lagi dengan hatiku yang masih saja begitu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kecerobohan RINDU /on Going/
Romanceaku sedang belajar untuk mendamaikannya dengan hati, sebab bagian bernama rindu itu tak bisa kuhindari dalam sekali klik. aku memapah rindu itu bersamaku dalam bayangan dan kenangan, membuatnya begitu ceroboh merebut duniaku yang dahulunya begitu...