Dan tentang mengenang. Ia bukan sesuatu yang salah atau yang pantas dipersalahkan. Aku sedang mndewasakan diriku dengan pemikiran bahwa seseatu yang membuatmu mengenang bukanlah sesuatu yang mutlak harus dimiliki. Sebagian hal memang terjadi cukup untuk dikenang, tak perlu diseret sebagai patokan untuk memuaskan ambisiku untuk memilikimu. Meskipun dalam setiap gerakku, kamu ada dan selalu ada dalam pikiran, membongkar kenangan dan memporak-porandakan keteguhan hatiku.Aku menyadari, itulah mekanisme hidup. Tak selalu terbentuk dari bahagia, kadang kesakitan dan luka menusuk-nusuk untuk membuat kita menghargai bahagia.
Karena hidup bukan terbatas soal mempertahankan hati untuk mengenang seberapa sulit menemukan yang aku mau, hidup lebih tentang bagaimana mengikhlaskan ketika yang diinginkan memilih jalan berbeda. Entah seperti apa aku menemukanmu, menempatkanmu dalam ingatan atau merancang hari-hariku untuk ku habiskan denganmu, pada ujungnya aku harus mengikhlaskanmu untuk mimpi orang lain yang telah merancang hal yang sama sebelum aku, merancang kehidupan bersamamu.
Maafkan aku yang tergesa-gesa memperdayai pikiranku tentang keberadaanmu, ku pikir semudah itu mendesain esok denganmu. Menghindarimu setiap harinya, hanya supaya mimpi yang telah kau tuju tak terusik. Hanya supaya tak sesentipun engkau goyah dari garis yang telah ditetapkan untuk kau lewati. Dan tentang pendirianmu, aku mempercayaimu dengan keberterimaan yang paling baik yg pernah ku miliki, dengan keyakinan bahwa engkau akan dan selalu bahagia dengannya.
Tenggelam dalam rutinitas kuliah, kesibukan untuk meraih angan dan mimpi-mimpi tentang decak kagum, tangis bahagia atau dua jempol itu, aku tak lagi menghadirkan dirimu di dinding kamarku, di plafon atau di dalam kertas putih tugas kuliah sesering dulu. Sesekali saja, saat rindu menyambangi, atau saat melihatmu dan aku teringat itu dalam beberapa detik. Tersenyum sedikit mengingat kecerobohanku merangkak di atas mimpi tentangmu yg telah memiliki kepastian sendiri tentang esokmu. Aku bahkan tak menyalahkanmu, tetapi bersyukur karena engkau telah memiliki kepatuhan hati dalam bentukmu sendiri yang kau tetapkan sedari awal.
Tentang bola mata coklatmu saat kita berpapasan setiap kali, jujur aku masih melihat duniaku di sana. Tetapi setelahnya, aku berpikir lagi, bagaimana aku mengklaim itu duniaku sementara dunia dalam pikiranmu berbeda, bukan denganku? Ada seseoeang yang telah ada dalam hidupmu, mencintai dan memaharimu. Ada seseorang yang telah mengambil bagian begitu banyak dalam hidupmu.
Aku masih sering menyebut namamu dalam hening malam, tidak sesering dulu sebenarnya, sesekali saja saat rindu menerobos ingatan, dan satu episode hidup tentang dirimu masih ada di sana. Aku menghindarinya setiap kali, aku ingi memiliki episode baru, ingin melangkah dari semua tentang kita, tetapi kecerobohan rindu selalu kembali memperkenalkan kamu dalam bentuk kenangan yang lain. Pindahkan aku dari situ, dari ingatak tentangmu. Aku ingin episode baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kecerobohan RINDU /on Going/
Romansaaku sedang belajar untuk mendamaikannya dengan hati, sebab bagian bernama rindu itu tak bisa kuhindari dalam sekali klik. aku memapah rindu itu bersamaku dalam bayangan dan kenangan, membuatnya begitu ceroboh merebut duniaku yang dahulunya begitu...