Sekuntum Bunga

26 3 0
                                    

Aku selalu khawatir mendekati wanita. Aku memang akhirnya menghindari wanita manapun, kecuali ibuku, kedua kakaku dan seseorang lagi. Aku selalu berpikir, bagaimana aku mendekati mereka sementara hatiku tetap bersemayamkan dirimu, pikiranku hanya tentangmu dan rinduku hanya berjingkrak-jingkrak seputar kenangan tentangmu. Tak ada yg benar-benar bisa ku hindari dari semua yang kusebutkan, ada seseorang yang masih sering kuajak bertukar cerita. Dan topik tentangmu adalah yang mendominasi perbincangan kami.

Tentang Bunga, ialah yang sedikit menyamankanku setelah pertarungan hati yang memilih merindukanmu meski tak pernah tau engkau ada di mana, bagaimana kabarmu, seperti apa kehidupanmu atau siapa yang sedang bersamamu . Tentang Bunga adalah gadis berambut konde, berkulit putih bersih, berkacamata dan bukan sodoran ibuku. Dan tentang wajahnya yang tak berhias make up, itulah yang menyamankanku semenjak awal. Pikirannya moderen, namun tak terseret terlalu jauh mempersoalkan tampilan luar. Cerdas dan mampu memenangkan kenyamananku.

Tentang bunga, aku dan dia sering bertukar cerita seusai jam kantor yang menguras kalori. Sebuah cafe kecil diseberang kantor, dengan minuman teh lemon dan kudapan. Tentang ingatan, tentang masa lalu, tentang lelah dan runtuh dalam harapan, ia sering menguraikannyadalam kata-kata yang menyamankanku. Aku dan dia terhubung dalam dunia paralel, spesifikasinya tentang perasaan yang memilih mengambil jarak. Ia mengatakan pernah ada dalam keadaan itu, menyukai dan merindukan seseorang, tetapi tak pernah bisa memiliki orang tersebut meski hanya seperempat bagian hatinya.

Tentang kenyamanan yang levelnya belum beranjak sama sekali, kami menikmatinya dalam sadar dan paham. Ia gadis moderen, tak semudah itu pula melebih-lebihkan hubungan pertemanan kami. Ia berpikiran terbuka dan menerima keberadaanku dengan segala kekonyolanku tentang rindu. Ia akan berbicara soal rindu, perasaan dan kenangan beranjak dari pikirannya yang terbuka sebagai wanita.

Juga soal mahar yang membebanimu, ia lantas tak menyalahkanmu sepertiku. Ia berpikir bahwa budaya memang bisa saja membelenggu, tradisi bisa saja melukai tetapi tidak semua orang mampu menolak itu. Sebagian akan menghargai dan menurutinya, sebagian akan menolak, tetapi apapun itu, kitalah yang memegang kendali atas hidup kita. Aku menyukai pikirannya yang selalu memandang sesuatu dari dua sisi yang berbeda, berpendapat dengan mempertimbangkan hal lain yang dianggapnya penting dan tidak serta merta mempersalahkan sesuatu.

Dan tentang Bunga yang mengisi hari, yang kuncup mekarnya menyebar, menuai puji seisi kantor, yang lisannya dijaga sebaik-baiknya, yang berpotensi mensejajarkan diri dengan adam-adam yang diatasnya, dan tentang perasaanku yang belum beranjak dari teman ke suka. Hanya nyaman, itu saja. Dan tentang teori kenyamanan yang bisa mndatangkan cinta, aku belum mengurusinya, dan tentang hatiku yang masih menyimpanmu pada setiap lapisannya, itu bukan kesalahan. Bungapun membenarkan demikian, itu bukan kesalahan, itu wajar, itu tak pernah salah. Bagaimana menyalahkan perasaan? Ia bisa saja terbentuk dan hadir dalam sekali tatap tetapi melepasnya pergi membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Kadang sangat menyiksa dan menyakitkan.

Dan tentang Bunga, ku ceritakan surat beramplop debu dan ia dengan sedihnya berkata :

" Hidup memang selalu berjalan, tetapi perasaan dan kenangan akan menyeretmu sewaktu-waktu, memaksamu meringkuk malas di tempat yang sama tanpa kompromi bahkan berbalik dan menoleh ke belakang dengan air mata".

Dan tentangmu, tentu saja aku cukupkan ruang hatiku untuk mengingatmu, selebihnya jangan kau rampas lagi. Setiap kali aku bertemu Bunga, bahkan yang kuceritakan adalah tentangmu. Dan setiap sesudah itu, ada rasa sesal yang menggerogoti, membuat luka dan menolak terlupa. Bahkan di hadapan gadis semenarik dia, aku masih bercerita dengan suara malu-malu tentang mata coklatmu. Dia mengangguk. Memaklumi perasaanku. Kami meneguk teh lemon sampai habis. Saat waktu beranjak malam, saat dunia mulai letih dengan hiruk-pikuknya, ia akan kembali dengan taksi, dan aku kembali dengan pikiranku tentangmu sepanjang perjalanan.

Kecerobohan RINDU /on Going/Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang