Bergerak Menjauhi

17 3 7
                                    

Dan setelah aku mengirim pesan padanya tanpa menerima balasan, kami mulai saling menjauhi. Entah siapa yang terlebih dahulu memulainya, tetapi sesaat setelah menerima pesannya aku merasa itulah pembatas sesungguhnya. Seorang teman akan memilih menjauhi saar mengetahui perasaan yang dimilikinya tidak lagi sebatas teman. Ia menjauhiku karena pertemanan itu telah menumbuhkan perasaan-perasaan berbeda.

Rasa nyaman yang kami nikmati selama empat tahun menurutku, ternyata menyimpan kemelut di hatinya. Bagaimana ia harus berpura-pura menjadi pendengar dan penyejuk segala risauku sementara ada benih rasa suka yang setiap saat tak bisa dihindari.

Tradisi meneguk teh lemonpun tak ada lagi, juga soal mendengar penuturanku tentang dirimu, rinduku dan perasaanku tak pernah lagi terjadi. Kami berpapasan, hanya senyum kecil dan sesekali menyapa. Dia tetaplah Bunga, yang pesona dan kecerdasannya menarik hati seisi kantor, juga tutur sopannya yang menyejukan pendengaran, tetapi tentang hatinya yang terluka, aku bahkan tak punya keberanian meminta maaf.

Bagaimna aku belajar menyukai dan mencintainya dengsn hati yang telah tereggut habis olehmu? Bagaimna aku menyimpanya dalam hatiku sementara setiap inci ruangan di hatiku dipenuhi olehmu? Bagaimana aku memalingkan diriku pada mata dengan tatapan cerdas dan tegas, sementara duniaku berada di bola mata coklatmu?

Dan tentang gadis bernama Bunga, aku takut membiarkn perasaan sukanya mengendap terlalu lama, jika ditanya tentang perasaanku padanya, sampai saat ini tetap milikmu, tetap tentang dirimu dalam kenangan dan ingatan, masih tentangmu yang berdiam dalam permainan rasa dan keputusan untukmmelewati hari dalam rindu, meski pada akhirnya, nyatanya tentang engkau yang tak pernah ku ketahui keberadaanmu.

Aku bertutur pada senja, membolak-balikan logika tentang perasaan, berandai-andai tentang gadis bernama Bunga itu, bolehkah kenyamanan dipelajari utk seterusnya dijadikan cinta? Aku kuatir itu membebaninya, dan aku takut ia terluka dan menekan dadanya berkali-kali menahan cemburu. Aku kuatir, percintaan kami nantinya tak seindah apa yang dipikirkanya,  dan dia harus menerima gelisah dan kecewa setiap saat.

Aku menatap ke bawah, di halaman kantor, pukul setengah enam sore, Bunga berjalan ke seberang membeli segelas es teh lemon, memandangi meja dimana  kami biasanya menghabiskan minuman itu sambil bertukar cerita, kemudian ia berlalu dengan taksi yg melintasi kantor.

Kecerobohan RINDU /on Going/Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang