Hari ini aku dan Kyle berencana pergi ke apartemenku untuk mengambil Tink dan pakaian gantiku sebelum pergi ke teater karena malam ini aku harus tampil bersama grupku. Bless Cum juga berjanji untuk datang ke "konserku" malam ini dan aku yakin para lansia nanti pasti akan sangat terkejut saat melihat empat orang pria tinggi besar -minus Bryan- bertato yang duduk di antara mereka bersama dua orang gadis eksentrik.
Aku sedang duduk di meja makan bersama Heidi dan Shane sekarang dan memakan sarapan kami sambil menunggu Kyle yang sedang mandi. Heidi ternyata pandai memasak, walaupun dia hanya membuat omelet tapi rasa omelet buatannya sangat luar biasa, seperti buatan ibuku dulu.
"Park Geun Hye dimakzulkan, wah." Ucap Shane sambil menatap ponselnya.
"Kau membaca politik? Astaga, sebentar lagi pasti akan ada badai." Heidi mencibir sambil tertawa. Aku ikut tertawa mendengarnya.
"Ladies.... Pengetahuan tentang dunia itu penting, setidaknya kita harus tahu apa yang sedang terjadi di belahan dunia lain." Ucap Shane lalu dia memakan kembali omeletnya.
"Kau tahu siapa presiden kita?" Tanyaku.
"Clinton." Jawab Sehun.
"Astaga. Kau hidup di zaman apa?" Dengusku.
"Terserah. Aku tidak akan pernah bisa akur dengan Trump." Tanggap Shane sambil mematikan ponsel dan meletakkannya kembali di meja. "Aku akan membaca politik lagi di saat negara kita punya presiden baru."
Aku dan Heidi tertawa menanggapi ocehan Shane.
"Seseorang memakai penyukur janggutku," suara Kyle datang lebih dulu dari pada sosoknya. Akhirnya dia muncul dari pintu penghubung sambil meraba dagunya yang mulai ditumbuhi janggut tipis. "Shane, itu kau kan?"
"Apa wajahku terlihat seperti pencuri?" Gerutu Shane. "Kau bisa menuduh Caleb, dia mungkin mengambilnya dan menggunakannya untuk mencukur bulu Sam."
Heidi tertawa mendengar tanggapan Shane sedangkan aku mati kutu. Lelucon Shane menyiratkan banyak hal.
Kyle berjalan ke arahku dan membungkuk padaku untuk memakan sesendok omelet yang belum sempat kumakan karena aku terpaku oleh lelucon Shane tadi, aku terlonjak dan menatapnya, mendapati Kyle tersenyum hingga matanya membentuk bulan sabit dengan mulut mengunyah omelet. Kyle menegakkan kembali tubuhnya dan berjalan ke arah kulkas.
"Kita juga tidak punya susu." Suara Kyle terdengar lalu diikuti oleh suara pintu kulkas yang ditutup. Dia menarik kursi di sampingku dan duduk di sana sambil meminum segelas jus jeruk.
"Kita akan pergi lagi hari minggu ini, itu kenapa aku tidak berbelanja." Ucap Heidi.
Kyle mencolek tanganku. Aku meliriknya dari sudut mataku dan melihat dia sedang membuka mulutnya mengisyaratkan untuk disuapi.
Dia mulai bersikap manja lagi kali ini. Pria ini membuatku bingung dengan kepribadiannya. Menit ini dia bisa bersikap sangat manja, di menit berikutnya dia akan sangat menyebalkan, di menit yang lain dia akan sangat perhatian dan romantis, dan di menit-menit selanjutnya dia bisa menjadi seorang bajingan. Aku takut dia mungkin berkepribadian ganda, karena bersama dengannya membuatku tidak karuan juga.
Aku mengambil sesendok omelet dan menyuapinya, dan Kyle kembali memberikan senyuman bulan sabitnya padaku.
"Terima kasih." Ucapnya.
Aku menatapnya sebentar. Moodnya belum berubah sejak hari terakhir kami di Rochester, ini aneh.
Aku mendorong piringku padanya. "Kau bisa menghabiskannya."
"Tidak, kau yang habiskan." Kyle mendorong kembali piring itu ke hadapanku lalu meminum jusnya sampai habis. Aku memakan kembali omeletku yang hampir habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
[With Me And The Boys-Trilogy] #1 Play (it) Boy!!
General FictionJillian Summer sadar betul tidak banyak pria baik-baik yang bisa dia temui di bar -atau mungkin memang tidak ada- seperti yang selalu di ucapkan orang-orang di luar sana. Dan seharusnya, pepatah tentang jangan pernah sekali pun percaya pada pria yan...