Kyle berulang kali melonggarkan kerah turtle necknya saat kami bersiap-siap turun dari mobil. Dia terlihat luar biasa gelisah dan mulutnya tidak bisa berhenti mengoceh hal-hal yang tidak penting. Jujur saja, ternyata sangat menggelikan melihat seorang rocker sedang gugup.
"Kenapa panas sekali? Atau hanya aku." Kyle kembali bergumam. Dan itu adalah omong kosongnya yang ke tujuh kali hari ini.
"Ini November Kyle."
"Ah benar, November... sejuk."
Aku hanya menatapnya dari samping. Kenapa dia terlihat sangat menggemaskan sekarang? Jari tangannya meremas-remas roda kemudi dan sesekali merapikan rambutnya yang dibuat lebih rapi dengan ditarik ke atas.
Kyle Weston gugup bukanlah hal yang biasa terjadi. Ini langka. Dan aku tidak bisa menahan senyuman saat aku mengingat bahwa hal yang membuat Kyle segugup ini adalah orang tuaku.
"Kyle," aku memanggil. Kyle langsung menoleh ke arahku. Lihatlah wajahnya... astaga, Kyle-ku yang malang tidak bisa mengatasi kegugupannya.
Aku meraih ke belakang lehernya dan menarik Kyle lebih dekat padaku lalu aku mengecup keningnya cukup lama sambil mengelus-elus belakang kepalanya.
Setelah aku merasa bahu Kyle sedikit rileks aku melepaskan bibirku perlahan lalu menatap matanya.
"Merasa lebih baik?" Tanyaku.
Kyle hanya diam dan menatapku dengan luapan cinta dan kehangatan yang memenuhi sorot matanya. "Ya, terima kasih ciumannya."
Aku tersenyum mendengar ucapannya dan mengecup sekilas bibir Kyle sebelum melepaskan sabuk pengaman.
"Ayo keluar, mereka mungkin sudah menunggu kita." Ucapku sambil keluar dari mobil.
Tak lama kemudian Kyle ikut keluar dengan membawa tas kertas berisi teh hijau untuk ibu lalu dia mengunci mobil. Kami berjalan beriringan dengan bergandengan tangan menuju rumah sederhanaku dan begitu kami sampai di pintu masuk aku langsung menekan bel.
"Datang tanpa memberi kabar itu ide yang sangat buruk. Bagaimana jika mereka tidak ada di rumah hari ini?" Gumam Kyle.
"Mereka ada di rumah, tenanglah Kyle." Aku balas bergumam. Tak lama setelah aku bicara pintu tiba-tiba terbuka dari dalam dan Timothy menyambut kami dengan terkejut, masih menggunakan piyama Squidward favoritnya.
"Jill!" Seru Timo begitu dia bisa mendapatkan kesadarannya kembali.
"Kemari kau." Ucapku sambil menarik Timo ke dalam pelukanku dan memiting lehernya.
"Jill! Aku sangat merindukanmu!" Timo berseru keras sambil balas memelukku erat dan melompat-lompat kecil.
"Aku juga merindukanmu bocah, kenapa kau tidak memakai baju seragam hari ini? Kau bolos?" Tanyaku sambil melepaskan pelukan dan menatap Timo dengan tatapan menyelidik.
"Ini hari sabtu." Dengus Timo malas.
"Ah... benar." Aku terkekeh.
"Timo kenapa lama sekali?" Suara Hannah -ibu tiriku- datang lebih dulu dari pada sosoknya. Saat aku menatap ke balik punggung Timo aku melihat ibu berjalan ke arah kami.
"Jill!" Ibu berseru dengan wajah sumringah.
"Hai, Mom." Aku balik menyapanya.
Ibu langsung datang memelukku dengan lembut dan menepuk-nepuk punggungku.
"Aku sangat merindukanmu, kenapa sulit sekali bertemu denganmu akhir-akhir ini?" Tanya ibu sambil melepaskan pelukannya dariku dan beralih mengelus pipiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
[With Me And The Boys-Trilogy] #1 Play (it) Boy!!
General FictionJillian Summer sadar betul tidak banyak pria baik-baik yang bisa dia temui di bar -atau mungkin memang tidak ada- seperti yang selalu di ucapkan orang-orang di luar sana. Dan seharusnya, pepatah tentang jangan pernah sekali pun percaya pada pria yan...