Ini sudah pukul dua dini hari, dan aku masih terjaga dengan ponsel pintar baru yang ayahku belikan. Aku melihat gambar-gambar tato untuk referensiku sambil mendengarkan musik favoritku dari ponsel ini.
Di tengah-tengah kegiatanku tiba-tiba saja pintu kamarku dibuka pelan, seberkas cahaya dari ruang tamu masuk menyinari kamarku yang gelap.
“Dad?” aku bertanya pelan.
“Hei sayang, kau belum tidur?” ayah balik bertanya sambil memasuki kamar. Dia menutup pintu kamarku dan berjalan ke arahku.
“Err... ya... aku akan tidur sebentar lagi, setelah menyimpan beberapa gambar.” Jawabku. Ayah sampai di sisiku dan langsung duduk di samping ranjang. Seperti biasa, dia mengangkat tangannya dan mengelus rambutku dengan lembut, dan aku langsung menyandarkan kepalaku di dadanya.
“Kau menyukai ponselnya?” tanya ayah.
“Tentu saja! Ini keren Dad! Teman-temanku belum ada yang memilikinya.” Jawabku.
“Aku senang kau menyukainya.” Ucap ayah sambil tertawa kecil.
“Gambar apa yang kau cari?” ayah kembali bertanya. Aku sedikit terkejut saat tangannya yang berada di rambutku kini turun menyusuri punggungku, terus ke bawah sampai akhirnya berhenti di atas pinggangku.
“Ini... aku mencari gambar untuk koleksi buku tatoku.” Jawabku.
“Benarkah? Biar kulihat...” ayah menarik pergelangan tanganku yang memegang ponsel ke arahnya dan melihat gambar di dalam ponselku. Sementara itu aku menatap wajah ayah dari samping dengan perasaan tidak nyaman.
“Ini kelihatannya sedikit rumit, kau yakin bisa membuatnya?” tanya ayah sambil mengalihkan tatapannya padaku hingga jarak antara wajah kami menjadi sedikit terlalu dekat.
“Tentu saja aku bisa.” Jawabku pelan.
Ayah terus menatapku tanpa melepaskan tangannya dari tubuhku. Entah kenapa, tapi malam ini rasanya kehadiran ayah di dalam kamarku membuatku merasa tidak nyaman. Tidak seperti biasanya.
“Liliana.” Ayah memanggil namaku. Lalu dia melepaskan cengkeraman tangannya di pergelangan tanganku. “Jangan bersuara.” Bisik ayah.
Kemudian ayah membekap mulutku dengan telapak tangannya, menjatuhkanku ke ranjang dan melepaskan celana tidurku. Rasa takut mulai menggerogoti tubuhku saat udara dingin berhembus di sekitar kulitku yang terbuka. Wajah ayah yang berada di atasku terlihat menyeramkan.
Dia bukan ayahku. Dia bukan ayahku. Dia bukan ayahku.
Aku tidak mengenalinya. Aku tidak bisa mengenalinya. Aku tidak mengenalinya.
Dan aku menjerit tertahan. Air mataku mengalir meninggalkan jejak panas di pelipisku saat ayah menghancurkanku.
Menghancurkanku dengan nafsu iblisnya.END PART 1
Sampai bertemu di Snatch (it) Boy!! [Shane & Lily]
KAMU SEDANG MEMBACA
[With Me And The Boys-Trilogy] #1 Play (it) Boy!!
General FictionJillian Summer sadar betul tidak banyak pria baik-baik yang bisa dia temui di bar -atau mungkin memang tidak ada- seperti yang selalu di ucapkan orang-orang di luar sana. Dan seharusnya, pepatah tentang jangan pernah sekali pun percaya pada pria yan...