Kemustahilan yang membayangiku sejak beberapa hari yang lalu sekarang tidak berarti apa pun.
Aku hidup kembali.
Sedikit demi sedikit, lubang di hatiku yang timbul karena kepergiannya kini mulai tertutup kembali dan menjadi utuh. Meskipun tersisa bekas retakan di sana tapi itu bukan berarti kesakitan, itu hanya menjadi sebuah bukti dari pengalaman menyakitkan yang pernah kulewati dan membuatku jauh lebih kuat.
Saat dia pergi aku mungkin terpuruk dan hancur tapi sekarang, saat dia kembali, aku berdiri jauh lebih kuat dari pada aku yang sebelumnya.
Kyle masih tidak banyak bercerita, masa lalunya yang tertutup rapat masih belum niat dia bagi padaku. Tapi aku tidak lagi mempermasalahkan hal itu, untuk tahu bahwa dia juga memiliki perasaan yang sama denganku saja aku sudah merasa lebih dari cukup. Jika sudah waktunya, aku yakin sedikit demi sedikit Kyle akan membiarkanku tahu apa pun yang ingin kutahu. Termasuk masa lalunya.
Aku menarik napasku. Dan aroma khasnya langsung menyambutku dan memberiku ketenangan, astaga... aku tidak tahu seseorang bisa mempengaruhiku sebesar ini. Dia seperti candu dan aku adalah pecandunya.
Aku sebenarnya sudah bangun sejak dua jam yang lalu, tapi aku tidak bergerak sama sekali dari tempatku. Aku bergelung di dalam pelukan Kyle dan menatap dadanya sejak aku bangun tadi. Hanya diam sambil memperhatikan tinta yang terlukis di atas kulit kecoklatannya. Dan -tentu saja- bertanya-tanya...
Apakah ini sebuah mimpi?
Aku masih tidak percaya dengan apa yang terjadi tadi malam. Kyle dengan tiba-tiba muncul di hadapanku entah dari mana dan membawaku pergi dari Ray. Semuanya terjadi begitu cepat dan sangat tiba-tiba sehingga sulit untukku membedakan ini mimpi atau nyata karena sejak Kyle pergi, apa pun yang berhubungan dengan dia biasanya hanyalah bagian dari ilusiku saja.
Dan tadi malam yang kami lakukan hanyalah bicara, bicara dan bicara hingga kami lelah. Dia menceritakan bagaimana harinya berjalan selama aku tidak ada di sampingnya, bagaimana dia dilanda kegelisahan saat Bryan memberitahunya bahwa dia mungkin jatuh cinta, ke mana saja Bless Cum berkelana seminggu ini.
Aku senang mendengarnya bicara. Atau lebih tepatnya... aku senang mendengar suaranya lagi setelah aku kehilangannya cukup lama.
Selama dia bicara aku hanya diam memperhatikannya dan membiarkan suara beratnya mengalun merdu memanjakan telingaku hingga akhirnya aku tertidur di dalam pelukannya. Dan aku bersyukur, pagi ini saat aku membuka mata ternyata aku masih berada di dalam pelukannya.
Aku mendongak untuk melihat wajahnya.
Tiba-tiba saja jantungku berdebar saat aku menatap wajahnya yang tenang dalam tidur.
Oh Tuhan...
Dia di sini sekarang. Di sampingku.
Keberadaannya kali ini adalah nyata. Dan aku bisa menyentuhnya.
Kyle Weston benar-benar kembali dan dia tidur di sampingku sekarang.
Aku mengangkat sebelah tanganku dan menyentuh pipinya. Suhu tubuhnya yang hangat menyapa telapak tanganku dengan lembut seperti sebuah salam akrab.
Dia nyata.
Ini bukan bayanganku saja.
Tanganku berlama-lama di wajahnya. Menyentuh matanya dengan lembut, hidung, bibir, dagu, rahang, semuanya.
Aku bahkan tidak peduli jika perlakuanku ini mungin akan mengganggu tidur Kyle. Yang aku pedulikan hanyalah, membuktikan bahwa apa yang terjadi sekarang bukan mimpi.
Tiba-tiba Kyle meraih tanganku saat aku kembali menyentuh bibirnya. Matanya masih tertutup tapi tangannya menggenggam pergelangan tanganku cukup erat. Lalu bibirnya naik membentuk sebuah senyuman indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[With Me And The Boys-Trilogy] #1 Play (it) Boy!!
Ficción GeneralJillian Summer sadar betul tidak banyak pria baik-baik yang bisa dia temui di bar -atau mungkin memang tidak ada- seperti yang selalu di ucapkan orang-orang di luar sana. Dan seharusnya, pepatah tentang jangan pernah sekali pun percaya pada pria yan...