"Salahku, salahku. Semua ini kesalahanku. Tuhan... apa yang telah kulakukan..." Kyle bergumam pelan dengan suaranya yang terdengar gemetar dan rapuh. Bahkan kedua tangannya yang kini melingkari tubuhku juga terasa begitu rapuh.
Aku terisak keras di dadanya. Meremat kaus putihnya dengan erat menggunakan jari-jari kecilku yang rentan dan lemas.
"David Lincoln di sini... kumohon... Kris Lance..." aku berusaha bicara.
"Aku tahu, aku tahu. Maafkan aku sayang, maaf karena telah membiarkanmu ketakutan," bisik Kyle, dan sekilas aku bisa mendengar sebuah isakan di antara tarikan napasnya. "Kita keluar dari sini. Aku akan mengeluarkanmu."
"Wanita-wanita di sana... kumohon, mereka juga harus dikeluarkan dari sini." Ucapku di tengah isak tangis.
"Mereka akan keluar, Jill, mereka akan selamat. Sekarang kita pergi." Balas Kyle.
Kyle melepaskan pelukannya dan merengkuh pipiku dengan kedua tangan besarnya. Kedua bola matanya bergerak-gerak dengan kalut saat dia menatapku, air matanya menggenang menjadi selaput tipis di atas bola matanya membuat bola mata itu bersinar. Dan aku bisa melihat ketakutan yang luar biasa besar dari sorot matanya. Belum pernah aku melihat Kyle setakut ini selama aku mengenalnya.
Ibu jari Kyle bergetar saat dia mengusap air mata yang terus mengalir di pipiku.
"Oh Tuhan... apa yang telah kulakukan padamu? Maaf... kumohon maafkan aku." Bisik Kyle pelan. Matanya semakin berkaca-kaca sementara itu kami masih saling bertatapan.
Sampai akhirnya dia memejamkan matanya, dan setetes air mata jatuh melintasi rahang tegasnya. Bersama dengan jari-jarinya yang semakin gemetar di sekitar wajahku.
Tuhan.
Rasa sakit karena melihat Kyle menangis adalah kesakitan yang luar biasa menyiksa.
"Kita tidak punya waktu." Suara Bryan terdengar.
Aku dan Kyle langsung menoleh cepat ke arah Bryan yang sekarang sedang memeluk Heidi dengan protektif.
"Mereka sudah menghubungi polisi?" Tanya Kyle.
Bryan mengambil ponsel di sakunya dengan terburu-buru dan meliriknya sekilas. "Belum ada yang menghubungiku." Jawab Bryan.
"Shane?" Tanya Kyle.
Bryan menggeleng sekali. "Dia seharusnya sudah selesai."
"Apa yang Shane lakukan?" Tanyaku dengan suara gemetar.
Kyle kembali mengalihkan tatapannya padaku dan merengkuh wajahku sambil menatapku dengan serius. Tapi dia mengabaikan ucapanku. "Apa kau baik-baik saja?" Tanya Kyle.
Aku menatapnya. Apa aku baik-baik saja?
"Ya..." jawabku pelan. "Kurasa..."
Kyle mengangguk sekali dan tatapan matanya melirik perutku. Lalu dia mengalihkan kembali tatapannya ke wajahku.
"Apa dia juga baik-baik saja?" Tanya Kyle lagi.
Dia?
Siapa?
Tink?
Aku menatap Kyle dengan sedikit tertegun. Untuk sesaat aku seperti diterbangkan ke sebuah tempat indah seperti surga dan hatiku menghangat saat aku bisa melihat kasih sayang di tatapan mata Kyle.
Ya Tuhan... Kyle peduli pada Tink!
Secara reflek aku mengangkat tanganku dan memeluk perut.
"Dia baik-baik saja." Jawabku.
KAMU SEDANG MEMBACA
[With Me And The Boys-Trilogy] #1 Play (it) Boy!!
Ficción GeneralJillian Summer sadar betul tidak banyak pria baik-baik yang bisa dia temui di bar -atau mungkin memang tidak ada- seperti yang selalu di ucapkan orang-orang di luar sana. Dan seharusnya, pepatah tentang jangan pernah sekali pun percaya pada pria yan...