14. A Sign Of Danger

3.8K 224 7
                                    

Aku berbaring di ranjang Kyle sambil menatap pasporku dan sama sekali tidak bisa menahan senyuman konyol yang sedari tadi muncul di bibirku.

Jadi, pada akhirnya aku punya benda ini juga. Aku bisa keliling dunia dengan ini.

Perjalanan ke Thailand benar-benar membuatku antusias, aku akan meninggalkan negara ini dan menaiki sebuah pesawat! Betapa hebatnya itu! Dan semua ini berkat Kyle, semua yang terjadi padaku adalah berkat Kyle. Dialah yang pada akhirnya membawaku ke tempat lain di luar Manhattan dan sekarang dia juga lah yang akan membawaku ke sebuah negara asing yang walaupun bukan salah satu negara teratas dalam daftar negara yang ingin ku kunjungi tapi tetap saja aku merasa sangat senang untuk pergi ke sana karena walau bagaimanapun berkunjung ke salah satu negara tropis juga termasuk dalam salah satu keinginanku dan aku tidak menyangka akan secepat ini mimpiku terwujud. Aku akhirnya akan keluar dari daratan Amerika di usiaku yang ke 23, mungkin aku akan keliling dunia di usiaku yang ke 25 nanti.

Dan kuharap saat itu juga aku akan pergi dengan Kyle. Kuharap, saat itu juga Kyle yang akan membawaku. Karena apa artinya pergi ke tempat-tempat indah itu sendirian?

Tidak. Aku tidak ingin merasakan sendiri lagi. Tidak akan ada lagi hal-hal seperti itu di masa depan. Setidaknya dalam jangka waktu yang sudah kuperkirakan aku tahu aku tidak akan sendiri, aku tidak tahu sampai kapan Kyle akan menyukaiku dan membawaku bersamanya tapi selama rasa itu masih ada di dalam hatinya aku tidak akan pernah menyia-nyiakan waktuku. Aku juga tidak tahu sampai kapan hidupku ini akan berlangsung seperti ini dan akan bagaimana akhirnya kami, aku hanya akan menikmati momen ini selagi aku bisa. Berkunjung ke berbagai tempat di dunia, makan makanan dari setiap negara, bertemu banyak orang baru, menikmati setiap musim di negara berbeda... aku akan melakukan itu semua selama Kyle menyukaiku.

Aku tidak ingin menjadi serakah dengan menginginkan Kyle selamanya bersamaku. Karena aku sudah pernah ada di titik itu sebelumnya, di mana aku dengan sangat serakah menginginkan cintanya di saat aku sudah memiliki raganya, dan aku kehilangan dirinya untuk sesaat. Aku tidak pernah ingin ada di titik itu lagi dan mengulangi itu semua. Tidak akan pernah. Sekarang, aku hanya akan mengikuti takdirku.

Pintu kamar terbuka dan Kyle masuk sambil mengusak rambut basahnya dengan handuk. Tubuhnya terlihat segar sehabis mandi dan dia hanya memakai boxernya yang bergambar serigala.

"Apa paspor itu harus selalu kau pandangi?" Tanya Kyle sambil berjalan ke arah lemarinya dan mengambil sebuah kaus putih polos lalu memakainya. Setelah wajahnya muncul dari kaus dia kembali berkata. "Bukankah aku lebih menarik dibandingkan paspor? Kenapa kau tidak pandangi aku saja?"

Kyle tersenyum jahil lalu mengedipkan sebelah matanya padaku.

"Aku kan selalu memandangimu sejak pertama kali kita bertemu, kau merasa itu masih kurang? Apa kau pikir hanya memandangmu saja itu tidak membosankan?"

Tidak. Itu tidak membosankan sama sekali. Menatap Kyle adalah favoritku.

Kyle diam sejenak sambil menatapku dengan mata berbinar dan sebuah senyum simpul muncul di bibirnya, lalu dia mengalihkan tatapannya ke arah lain selain padaku dengan... tunggu dulu... apa dia tersipu?

Aku mengamatinya dengan alis berkerut saat dia hanya diam dengan kedua tangan terlipat di depan dadanya dan dia masih belum juga menatapku.

"Kau ternyata bisa merayu sekarang." Gumam Kyle. Sebenarnya aku tidak yakin apa yang dikatakannya tapi kedengarannya memang seperti itu.

Kyle tiba-tiba naik ke atas ranjang dan berbaring miring di sampingku dengan tangan kanan yang menumpu kepalanya. Kami saling menatap untuk beberapa saat dan hanya saling melempar senyum. Lalu sebelah tangannya terangkat dan mengelus sisi wajahku.

[With Me And The Boys-Trilogy] #1 Play (it) Boy!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang