Aku mengerjapkan mataku. Pandanganku kabur dan terlalu putih. Seseorang pasti telah meletakkan lampu terlalu dekat dengan mataku. Aku memejamkan mata lagi untuk beberapa detik, lalu kembali membuka kelopak mataku dengan perlahan, sedikit demi sedikit dan menyesuaikan pandanganku. Sampai akhirnya mataku terbuka seluruhnya dan langit-langit sebuah kamar berwarna putih menyambut penglihatanku. Di mana ini?
Aku menggerakkan leherku yang terasa kaku dan kepalaku langsung berdenyut sakit.
Astaga... berapa lama aku tidur?
Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh penjuru ruangan. Kamar ini sederhana, didominasi warna netral putih dan krem, menyuguhkan suasana damai yang menenangkan mata.Saat aku mengarahkan tatapanku ke sisi kiri aku menemukan Kyle yang duduk diam di sebuah sofa nyaman berwarna hitam. Matanya bengkak dan dia terlihat sangat menderita. Aku menatapnya heran sambil mencoba mengingat-ingat tentang malam mengerikan itu.
Otakku mengulang kembali tentang malam yang telah kulewati sebelumnya bersama Kyle. Penyanderaan, pertumpahan darah, penyelamatan. Semua itu pasti meninggalkan kesedihan mendalam di diri Kyle, apa lagi dia sempat tertembak di bahunya.
Oh ya... apa bahunya sudah baik-baik saja?
“Kyle,” aku memanggilnya. Kyle tidak menanggapi panggilanku, dia hanya menatapku dalam diam dengan kesedihan yang begitu besar di raut wajahnya.
“Kyle... di mana ini?” aku mencoba bertanya.
Kyle diam menatapku untuk beberapa saat, lalu dia bangkit dari kursinya dan berjalan ke arahku. Langkahnya kaku dan tertatih, aku juga masih bisa melihat luka-luka memar dan goresan di wajahnya, bukti dari kejadian malam itu. Kyle duduk di sampingku lalu dia mengelus sisi wajahku menggunakan telapak tangannya dengan lembut.
“Castle Rock.” Jawab Kyle.
Aku mengerutkan dahiku. Apa kita masih perlu mengungsi ke sini?
“Bukankah David sudah mati?”
“Ya, dia sudah mati. Tapi Kris tidak.”
“Dia dipenjara.”
Kyle menggeleng kecil. “Irene sedang membantunya untuk keluar.”
Apa? Bagaimana bisa? Sialan.
Kenapa dia membantu seorang kriminal keluar dari penjara? Oke, aku bisa mengerti Kris adalah kakaknya tapi tetap saja dia adalah seorang kriminal kelas berat. Seharusnya Kris dihukum seumur hidup atau paling tidak beberapa puluh tahun atas keterlibatannya dalam sindikat perdagangan manusia.“Bagaimana dengan yang lain?” aku kembali bertanya.
“Kami berpencar. Bryan dan Heidi di Portland, mereka mengunjungi kerabat Heidi di sana. Caleb dan Sam di Georgia, kampung halaman Sam. Lily diperiksa kepolisian Seattle karena dia menembak David hingga tewas, dan Shane masih menemaninya di Seattle sekarang.”
“Astaga, Lily... kenapa dia... bagaimana bisa?”
“Kris menyeretnya, dia mengajukan diri menjadi saksi dan memberikan keterangan bahwa Lily telah membunuh David. Itu semua diperkuat dengan sidik jari Lily yang tertinggal di revolverku.”
“Dasar keparat sialan. Bukan Lily yang seharusnya dijatuhi hukuman, Kris jauh lebih pantas menerima hukuman itu.” Desisku tajam. Emosi sudah menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darahku. Lily seharusnya tidak menerima hal buruk seperti ini, lagi pula David memang pantas dibunuh. Seharusnya pihak kepolisian berterima kasih pada Lily karena dia berhasil melenyapkan salah satu bos mafia perdagangan manusia di Amerika.
“Belum ada yang dijatuhi hukuman, mereka masih diperiksa lebih lanjut. Itulah kenapa Bryan dan Heidi pergi ke portland sekarang, orang yang akan mereka kunjungi di sana adalah pengacara dan mereka akan meminta bantuannya.” Jelas Kyle.
KAMU SEDANG MEMBACA
[With Me And The Boys-Trilogy] #1 Play (it) Boy!!
General FictionJillian Summer sadar betul tidak banyak pria baik-baik yang bisa dia temui di bar -atau mungkin memang tidak ada- seperti yang selalu di ucapkan orang-orang di luar sana. Dan seharusnya, pepatah tentang jangan pernah sekali pun percaya pada pria yan...