27. Tink

2.7K 179 1
                                    

Dua hari berlalu sejak hari tegang tanpa tidur itu dan tidak ada tanda-tanda kemunculan bahaya yang datang pada kami. Aku tidak tahu ini pertanda baik atau sebaliknya karena menurut Kyle cara kerja David selalu sangat halus, itulah sebabnya sekarang kami masih tetap waspada pada apa pun. Kyle bahkan tidak pernah mengizinkanku berkeliaran sendiri di luar rumah, dia menjadi terlalu mudah khawatir dan sangat paranoid. Meskipun terkadang itu membuatku risih tapi entah kenapa aku merasa sikapnya itu sangat imut. Dia menjadi hiburan tersendiri untukku di tengah-tengah suasana penuh kecemasan ini.

Sementara itu Lily menjadi lebih sering menyendiri dan terlihat banyak sekali berpikir. Hal itu sedikit mengkhawatirkan karena kami yakin Lily sangat mungkin untuk berbuat nekat. Oleh karena itu kami tidak pernah meninggalkan Lily sendirian dan selalu bergantian mengawasinya diam-diam.

"Oke. Persetan dengan keamanan, aku harus belanja sekarang." Ucap Heidi sambil membanting pintu kulkas dengan keras. Lalu dia berjalan ke arah meja makan di mana aku, Sam dan Lily duduk sambil meletakkan sebotol jus jeruk di tengah-tengah meja. "Kita bahkan hanya punya ini untuk diminum."

"Jangan berlebihan, kita masih punya air keran." Sam berkomentar sambil mengupas kulit kacang dan memakan isinya.

"Tidak ada yang minum air keran di Thailand." Ucap Lily.

"Di sini juga tidak. Hanya Sam yang meminumnya." Tanggap Heidi dan dibalas lemparan kulit kacang dari Sam yang membuat kami bertiga tertawa.

"Jadi, siapa yang mau ikut aku belanja?" Tanya Heidi.

"Aku ikut." Ucapku.

Heidi mendengus sambil memutar matanya. "Aku malas menghadapi Kyle."

"Aku yang akan menghadapinya." Ucapku sambil berdiri dari kursi meja makan. "Aku harus menghirup udara bebas atau aku akan mati bosan di dalam sini."

Setelah mengatakan itu aku berjalan ke basement untuk menemui Kyle yang sedang berlatih bersama Bless Cum. Pintu di bawah tangga berderak keras saat aku membukanya dan musik khas Bless Cum langsung terdengar nyaring di telingaku. Aku menuruni tangga dan mendapati keempat anggota Bless Cum yang berada di balik alat musik masing-masing. Mereka sangat berkonstrasi, bahkan fokus mereka tidak terusik oleh kehadiranku.

Aku berjalan lurus ke arah sofa yang berhadapan langsung dengan semua anggota Bless Cum dan mendudukinya. Tapi tiba-tiba saja aku memanas dan berdebar saat bokongku mendarat di permukaan sofa.

Sofa ini sudah dua kali menjadi tempatku bercinta dengan Kyle. Dan kedua momen itu kami lewati dengan sangat panas. Oh ya, bagus, hanya membayangkannya saja sudah membuatku kacau.

Berapa lama kami absen melakukan itu? Cukup lama kurasa. Cukup lama hingga bisa membuatku begitu merindukannya.

Aku menggeleng kecil untuk menyingkirkan fantasi liar yang muncul tiba-tiba di pikiranku. Memalukan sekali, aku tiba-tiba saja menjadi wanita yang memiliki keinginan tak tertahankan untuk bercinta, jalang macam apa itu?

Saat aku mengangkat wajah aku langsung bertemu pandang dengan Kyle yang terlihat luar biasa seksi duduk di balik drumnya dengan hanya menggunakan kaus tanpa lengan berwarna putih dan celana jins beladus yang sobek di bagian lututnya. Rambutnya yang sewarna tembaga mencuat ke berbagai arah, membingkai wajah tegasnya yang memesona dengan sempurna tanpa cela. Otot bisepnya berkontraksi setiap kali dia memukul drum dan itu terlihat jantan di mataku. Tuhan, bagaimana bisa seseorang diciptakan sesempurna ini? Dan bagaimana bisa dia diciptakan untuk mencintaiku?

Aku pasti seseorang yang sangat dermawan di kehidupan masa laluku sehingga aku mendapatkan Kyle sebagai balasannya sekarang.

Kami saling bertatapan selama Kyle memainkan drumnya dan seperti sebuah mantra tak terucap, sorot matanya selalu mampu menyulut kehangatan di kedua pipiku.

[With Me And The Boys-Trilogy] #1 Play (it) Boy!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang