28. Reza's Anger.

1.8K 97 13
                                    

Dua hari berlalu. Kini, Khaira sudah siap untuk berangkat sekolah. Segera saja ia turun ke bawah, untuk sarapan bersama mama dan papanya. Soalnya abangnya, dia sudah pulang ke London sejak kemarin.

"Pagi, Ma, Pa," ucap Khaira setelah mendaratkan bokongnya di kursi.

"Pagi juga," jawab mama dan papanya kompak. Khaira terkekeh pelan.

Khaira mengambil sepiring nasi goreng lalu segera melahapnya. Semuanya makan dengan khidmat. Tak ada yang berbicara. Setelah selesai, Khaira segera pamit kepada mamanya. Hari ini, dia diantarkan oleh sang papa tercinta.

****

"Makasih, Pa. See you," ucap Khaira sambil melambaikan tangannya. Setelah mobil papanya menghilang dari pandangannya, Khaira segera masuk ke dalam gerbang sekolahnya. Dia berjalan di sepanjang koridor menuju kelasnya.

Semua orang yang Khaira temui menyapanya dan hanya dibalas senyuman oleh Khaira. Tumben banget pada nyapa gue pikirnya.

"KHAIRA!" Teriak seseorang membuat sang empunya nama menoleh ke belakang. Dilihatnya, Diva berlari ke arahnya sambil merentangkan tangannya.

"Diva malu-maluin aja ish," gerutunya.

Diva langsung memeluk Khaira begitu dirinya telah berada di dekat Khaira. Khaira menahan keseimbanga tubuhnya agar tidak terhuyung ke belakang.

"Div... lepasin... gu... e... sesak... na... pas..." ucap Khaira terbata-bata. Sontak, Diva melepaskan pelukannya dan menatap Khaira sambil menyengir tidak jelas. Khaira mendengus sebal.

"Yuk, ke kelas," ucap Diva sambil menarik tangan Khaira. Lagi-lagi, Khaira mendengus sebak karena tingkah Diva.

Ah, tapi, sosok Divalah yang Khaira rindukan saat di rumah sakit. Memang sih, Diva sering menjenguknya. Hanya saja, Diva tak bisa memeluk dirinya karena larangan dari dokter.

Tak butuh waku lama, Khaira dan Diva telah tiba di depan pintu kelasnya. Segera saja, mereka berdua masuk ke dalam kelas mereka yaitu kelas XI IPA-4. Semua murid-murid kelas XI IPA-4 menyambut kedatangan Khaira dengan hangat dan senyuman. Khaira membalasnya senyuman mereka.

"Btw, PR banyak ya kan?" tanya Khaira. Diva mengangguk singkat.

"Tenang aja sih. Guru-guru pada tau kalau lo masuk rumah sakit. Jadi, anggep aja lo free ditagih PR hari ini. Palingan disuruh nyusul," ujar Diva sambil tertawa pelan.

***

Kini, Khaira dan Diva sedang berjalan di sepanjang koridor menuju kantin. Karena teman-temannya sudah menunggu mereka berdua di sana. Bel istirahat pun sudah berbunyi sejak tujuh menit yang lalu.

Tak butuh waktu lama, Khaira dan Diva telah sampai di kantin. Mereka berdua celingak-celinguk mencari keberadaan teman-temannya. Dari kejauhan, tampak Nanda melambaikan tangannya. Segera saja, Khaira dan Diva menghampiri lambaian tangan Nanda.

"Hai," sapa Khaira saat dirinya sudah tiba di meja yang ditempati oleh teman-temannya.

"Hai, gimana keadaan lo, Khai?" tanya Gibran basa-basi. Khaira duduk di sebelah Reza. Reza menatap tajam Gibran.

"Yelah, Za. Santai aja. Gue cuman nanya keadaannya aja keuleus," ucap Gibran sambil menyengir tidak jelas.

Khaira tertawa pelan. "Baik kok. Gimana sama lo Gib? Otak lo masih gesrek?"

Dear Heart [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang