32. For What Reason?

1.7K 86 0
                                    

Khaira berjalan sambil bersenandung kecil. Koridor masih sepi. Hari ini dia datang ke sekolah lumayan pagi. Entah kerasukan setan apa hingga dia bisa bangun pagi.

Dia memasuki kelasnya. Khaira mengernyit. Melihat Diva yang sudah duduk manis dibangkunya. Tapi Khaira sudah tidak heran lagi. Diva memang selalu datang pagi.

"Hai, Dipa," sapa Khaira sambil mendaratkan bokongnya dibangku sebelah Diva.

Diva melirik sekilas lalu menyibukkan dirinya dengan membaca buku pelajaran kimia. Karena hari ini ada ulangan harian kimia. Khaira menautkan alisnya. Tak biasanya Diva tidak membalas sapaan dirinya.

"Dipa lagi baca apa sih? Kok serius banget," ucap Khaira sambil melirik apa yang dibaca Diva. Khaira menepuk dahinya keras. Dia lupa kalau hari ini ada ulangan kimia.

Dengan cepat, dia mengeluarkan buku catatan kimia dan mulai membacanya. Masih ada dua puluh menit sebelum bel masuk berbunyi. Itu sudah cukup bagi Khaira untuk membaca sebentar catatan kimianya.

****

Khaira menghembuskan napas lega. Lega karena dia berhasil mengerjakan ulangan kimianya dengan mudah. Padahal, dia membaca catatan hanya tadi pagi. Dan itu juga hanya dua puluh menit saja.

Diva keluar kelas begitu saja. Tanpa senyum ataupun menoleh kepada Khaira. Hal itu mengundang tanda tanya diotak Khaira. Diva kenapa? Pikirnya.

Khaira menepis segala pikiran buruknya. Dia berusaha untuk berpikiran positif. Mungkin Diva buru-buru pikirnya. Khaira berjalan menuju kantin.

****

Diva duduk di sebelah Naufal. Ada rasa menyesal karena mengacuhkan Khaira tadi. Sebenarnya dirinya tidak tega, hanya saja itu dia sudah setuju dengan rencana yang dia buat dengan teman-temannya.

"Kenapa, Div?" tanya Bunga.

"Anjir, gue gak tega tau gituin Khaira." Diva menghela napas.

"Gue apalagi," jawab Reza.

"Kita semua juga gak tega kali. Tapi kan ini buat kejutan. Dan lo Za, jangan lupa sama rencana kita ya." Nanda melotot tajam pada Reza.

"Iye. Gak usah natap gue kayak gitu juga kali," ujar Reza dengan wajah datar. Nanda menghembuskan napas lalu menyibukkan dirinya dengan ponselnya.

Khaira duduk di sebelah Reza. Gadis itu menatap Diva yang sibuk dengan ponselnya. Dia menghembuskan napas.

"Div, lo kenapa ninggal--"

"Let's move now, guys," potong Nanda membuat semuanya berdiri kecuali Reza. Semuanya udah pergi. Kini, yang tersisa di meja itu hanya ada Khaira dan Reza. Reza tak melirik Khaira sedikitpun.

"Za, mereka kena--"

"Jauhin gue!" Ucapan Reza yang singkat serta jelas itu bagaikan beribu paku yang tertancap dihati Khaira. Sakit sekali rasanya.

Reza bangkit dari tempatnya lalu meninggalkan Khaira sendiri. Reza menahan tawanya karena aktingnya yang menurutnya bagus. Tapi dalam hatinya dia menyesal karena ucapannya barusan.

Khaira menatap nanar punggung Reza yang telah hilang ditelan belokan. Buliran air bening pun jatuh ke pipi mulusnya tanpa dia minta. Lalu, ia menghapus air matanya itu. Reza pasti lagi bercanda tadi! Pikirnya berusaha berpikiran positif dengan Reza dan teman-temannya.

Entah kenapa, Khaira merasa bahwa Reza dan teman-temannya sedang menjauhi dirinya. Apa dia melakukan kesalahan? Khaira berpikir dengan keras. Tapi percuma, dia sama sekali tidak menemukan jawabannya.

****

Setelah meninggalkan Khaira sendirian, Reza menghampiri teman-temannya yang mengiriminya pesan bahwa mereka berada di taman belakang.

"Kok lama, Za?" tanya Gibran saat Reza duduk di sebelah dirinya.

"Macet," jawab Reza asal. Sontak, Gibran menjitak dahi Reza pelan membuat Reza mengaduh kesakitan.

"Gue gak tega tau gituin Khaira. Tapi, akting gue tadi bagus amat dah," ujar Reza.

"Lo ngucapin apaan tadi?" tanya Kevan kepo.

"Gue bilang 'jauhin gue!'. Terus dia diem gitu. Gak tega anjir," kata Reza dengan nada sendu. Sungguh, dia tidak tega melakukan hal itu pada Khaira. Kalau karena tidak ingin memberi kejutan pada hari ulang tahun Khaira, Reza tidak akan melakukan rencana yang menurutnya konyol.

"Udahlah, Za. Ini udah hari Rabu loh. Empat hari lagi. Bertahan ya," kata Diva berusaha untuk menyemangati diri Reza. Reza hanya mengangguk.

"Eh, udah lama nih sih Rafa gak ngumpul bareng kita." Ucapan Reno membuat semuanya baru menyadari kehadiran Rafa yang sudah beberapa hari ini tidak ikut bergabung dengan mereka.

"Dia lagi di London. Nyokapnya sakit," jawab Reza.

"Nanti pas Rafa pulang, kasih tau rencana kita ya, Za," ucap Naufal yang diangguki oleh Reza.

Seseorang yang bersembunyi dibalik semak-semak tersenyum licik. Daritadi, gadis itu mengikuti rombongan Reza untuk mencari info tentang Khaira.

"Gue akan ngelakuin rencana gue pas hari Minggu. Liat aja lo Khai," gumamnya dengan senyumannya yang licik. Dia mengeluarkan ponselnya lalu mengetik pesan singkat pada seseorang. Lalu, gadis itu memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku baju. Dia pun meninggalkan taman belakang dengan mengendap-ngendap agar tidak ketahuan oleh rombongan Reza.

Sedangkan Khaira masih memikirkan sifat teman-temannya yang berubah. Dia masih memirkan apa alasan teman-temannya untuk menjauhi dirinya? Jawaban untuk pertanyaan itu sama sekali tidak terpikirkan oleh Khaira.

__________________________________
Ceritanya ada 752 kata.

Halo, guys. I'm come back.

Dikit lagi nyampe ending loh😄 makasih yang masih mau baca ceritaku dari awal ampe akhir. Padahal ceritanya gaje banget. Maklum ya aku masih amatiran.

Buat yang silent readers. Ayo dong tampakkan jejak kalian. Vote dari kalian sangat berarti loh buat aku.

Don't forget for vomment guys😇 hope you like it. Let's enjoy and happy reading💜💝

See you next chapter😘💞

Ps: Cerita ini ambil aja yang menurut kalian positif dan buang yang negatif. Pintar-pintar untuk mencontoh ya guys😊😉

Dear Heart [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang