12.Confused And Not Daring.

2.3K 136 16
                                    

Beruntung, Khaira masuk kelas bu Sheva baru masuk kelas. Segera Khaira duduk ditempatnya.

"Selamat pagi, anak-anak," ucap bu Sheva.

"Selamat pagi, Bu," jawab murid-murid XI IPA-4 kompak.

Khaira mengeluarkan buku fisikanya. Bu Sheva mulai menerangkan materi pelajaran. Khaira memperhatikan bu Sheva saat menjelaskan.

Diva menyenggol lengan Khaira dengan pelan. Dengan hati-hati, Khaira menoleh ke arah Diva.

"Kenapa tadi lu telat?" Tanya Diva dengan nada yang sangat rendah agar tidak ketahuan oleh bu Sheva.

Khaira menatap ke depan sebentar, ia melihat bu Sheva sedang menulis dipapan. Lalu, Khaira menoleh lagi ke arah Diva.

"Tadi gue dilabrak." Khaira menoleh lagi ke arah depan.

"Dilabrak kakel?" Tanya Diva. Khaira mengangguk dengan mata yang masih fokus ke depan.

"Namanya siapa?"

"Kayaknya Dea."

"DEA?!" Teriak Diva dengan sangat keras. Khaira langsung membekap mulut Diva.

Tapi, sepertinya ia terlambat. Bu Sheva sudah menatap mereka berdua dengan tatapan garang.

"DIVA NASREYA ALMIRA! FEREYA KHAIRA APRILIA!" Teriak bu Sheva marah.

Khaira dan Diva langsung menunduk.

"Ibu sedang menjelaskan pelajaran. Dan kalian malah ngobrol?!"

"Gak kok, Bu."

"APANYA YANG NGGAK?!"

"Gak ngobrol, Bu." Khaira menjawabnya dengan polos.

Bu Sheva semakin geram. Diva mencubit lengan Khaira. Dan itu membuat Khaira mengaduh kesakitan.

"KALIAN BERDUA HORMAT KEPADA BENDERA DITENGAH LAPANGAN SAMPAI WAKTU ISTIRAHAT!" Teriak bu Sheva. Khaira dan Diva langsung berdiri. Tetapi, mereka berdua masih tetap berada ditempatnya.

"Sekarang juga, Bu?" Tanya Khaira dengan polos. Teman-teman kelasnya menahan tawa.

"Khaira yang cantik, IYA SEKARANG JUGA!" Bu Sheva meneriaki mereka berdua dengan geram. Buru-buru Khaira dan Diva langsung berlari menuju lapangan.

****

"Reza, bawakan buku ini ke meja Ibu," ucap bu Tara, guru bahasa Indonesia.

"Gue mulu. Yang lain kan banyak." Reza menggerutu.

"Apa kamu bilang?"

"Eh-- gak, Bu. Saya mau." Reza memamerkan sederet gigi putihnya.

Bu Tara tersenyum. Reza maju ke depan untuk mengambil setumpuk buku. Ia mengikuti bu Tara dari belakang yang sudah mulai keluar. Jam bu Tara memang sudah habis.

Reza mengekori bu Tara di belakang. Ruangan bu Tara berada dekat dengan koridor kelas XI.

Reza sudah sampai diruangan bu Tara. Bu Tara membuka pintunya lalu menyuruh Reza untuk menaruh bukunya di meja bu Tara. Reza menurut. Ia meletakkan setumpuk buku di atas meja bu Tara.

"Ada yang bisa saya bantu lagi, Bu?" Tanya Reza sesopan mungkin.

Bu Tara tersenyum. "Gak ada. Terima kasih ya, Za."

Reza mengangguk. Ia pamit ke bu Tara. Setelah itu, Reza keluar dari ruangan bu Tara.

****

"Huft, guru killer kalo ngasih hukuman gak kira-kira." Diva mengeluh sejak tadi.

Padahal, masih pagi dan matahari belum terlalu terik.

Dear Heart [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang