BAB 3

14.8K 766 1
                                        

Ketika sampai di tengah-tengah kantin, mereka semua sudah membuat lingkaran dengan Ninda dan Angel sebagai bintang pertunjukkan. Semua sibuk menonton tanpa sedikit pun niat untuk menolong. Jikalaupun ada, mereka hanya bisa terdiam karena kekuasaan Angel bisa menghancurkan mereka semua. Allamanda menatap sebal, ia berjalan sedikit lebih dekat, namun tak langsung maju dan memilih untuk mengamati terlebih dulu.

"Dasar cewek gila!! Lo sebarin gosip apa tentang gue? hah!?"

Ninda yang takut pun, hanya bisa menunduk. "I-i-itu bukan g-gue Kak Angel."

Cewek yang dipanggil Angel itu, menatap Ninda dengan tatapan merendahkan. Senyum sinis gadis itu mengembang dengan sempurna. Tangannya bergerak mengambil es teh dari tangan temannya, yang lansung dituangkan begitu saja pada Ninda.

"Enak? Syukur gue siramin es teh bukan kotoran, dasar cewek sialan! Gue tekankan ya sama lo, jangan pernah berani lo usik hidup gue atau apa yang terjadi bakal lebih parah dari ini dan mungkin," Angel menjeda ucapannya, sebelum menyambung dengan senyum menyebalkan, "orang tua lo juga akan mengalami hal yang serupa."

Ninda menangis sambil menatap dirinya sendiri, tangannya terkepal. Ia mendongak, menatap Angel dengan tatapan menusuk. "Gue beneran Kak, gue nggak tau apa-apa! Kalau memang Kakak nggak ngelakuin apa-apa, kenapa Kakak harus marah?"

Apa yang baru saja Ninda katakan, berhasil membuat semua orang berbisik-bisik. Angel yang tidak terima disudutkan seperti itu, melayangkan tangannya berniat menampar Ninda, namun tangannya ditahan oleh seorang siswi yang sedaritadi nampak muak dengan semuanya. Ya, siapa lagi kalau bukan Allamanda.

"Nda, lo nggak usah belain gue nanti lo bisa kena masalah," Ninda berkata dengan suara yang bergetar.

Allamanda menghempaskan tangan Angel dengan kasar. Ia menoleh pada Vika dan Luna yang menatapnya cemas.

"Bawa Ninda pergi."

"Tapi Al," ucapan Luna terputus ketika Allamanda lebih dulu menyanggah, "sekarang Aluna." Luna dan Vika hanya menurut dan menggiring Ninda pergi dari kerumunan orang-orang tersebut.

"Siapa lo!? Berani-beraninya lo campurin urusan gue. Mau gue keluarin dari sekolah? Jadi adik kelas jangan belagu!"

"Gue? gue Allamanda."

"Gue nggak nanya nama lo bego!"

Allamanda terkekeh. "Bukannya tadi lo yang nanya gue siapa? Kalian denger kan?" Mereka mengangguk. "Nah, mereka aja denger. Apa lo pikun? Tapi kayaknya nggak deh, lo kan masih muda nggak mungkinkan lo pikun seperti nenek gue?"

Beberapa dari mereka, diam-diam tertawa mendengar penuturan Allamanda.

"Diam!" Angel kembali memandang Allamanda sengit. "Dan lo, tarik ucapan lo atau lo akan keluar dari sekolah ini. Sekarang juga."

"Emang lo siapa?"

"Gue orang kaya! Gue bisa ngelakuin apapun yang gue mau, bahkan untuk mengeluarkan hama seperti lo pun, gue bisa!"

"Mau lo orang kaya, mau lo anak pejabat, atau bahkan penguasa dunia sekali pun, gue nggak peduli. Karena apa, karena lo berani memperlakukan sahabat gue seperti binatang!" Allamanda berjalan mendekati Angel, yang dengan perlahan ikut mundur.

"M-mau apa lo!? Jangan berani-berani sentuh gue, atau lo bakal menyesal seumur hidup!" bentak Angel gugup.

Allamanda tersenyum sinis. "Kenapa? Takut? Ck, udah gue duga. Orang-orang semacam lo hanya mengandalkan kekayaan sedang, otak aja nggak punya. Sori nih, tapi seekor kutu pun, lebih berharga daripada lo!"

"Jaga ucapan lo, sialan!" bentak Angel dengan wajah yang benar-benar memerah menahan rasa marah dan juga malu yang bercampur menjadi satu.

"Sialan? Nama gue Allamanda. Bukan. Sialan." Allamanda berujar dengan penuh penekanan. Wajah gadis itu terkesan datar, namun aura yang mengelilinginya membuat dirinya terlihat mengintimidasi.

"KAK SAM!! I LOVE YOU!!"

"KAK BRYAN! MY HUSBAND!!

"KAK RIZKY! LUCU BANGET, DEDEK GA KUAT YAWLAH!!"

"KAK DAFA!! COOL GILA!!"

Angel yang tadi ingin membalas perbuatan Allamanda, mendadak terhenti saat melihat Sam beserta kawan-kawannya berjalan mendekat ke arahnya. Dengan cepat, ia merapihkan pakaiannya lalu berjalan mendekati Sam seraya bergelayutan tanpa rasa malu sekalipun. Sam yang risih, langsung menghempaskan tangan Angel begitu saja.

Nih, makhluk punya urat malu nggak sih? Bikin malu kaum cewek aja.

Allamanda bergidik. Ia baru saja melenggang pergi saat langkahnya dicegat oleh tangan seseorang yang merangkulnya.

Dia, Sam. Laki-laki bertubuh tinggi itu mendekatkan wajahnya ke telinga Allamanda. "Bantuin, gue ya."

"Lepas."

"Bentar aja." Sam tak menunggu respon lagi, untuk merangkul Allamanda mendekat.

"Lo nggak tahu malu banget jadi cewek, udah tahu gue punya pacar masih aja dideketin. Ya kan, sayang?" Sam menatap Allamanda dengan tatapan memohon, namun Allamanda yang pada dasarnya kurang peka dan tidak pedulian, menghempaskan tangan Sam secara kasar. Tangan Allamanda secara refleks mendarat pada pipi cowok itu.

"Jadi cowok jangan kegatelan, emang lo cabe-cabean? Ga tahu malu!" Setelahnya, Allamanda berjalan begitu saja tanpa rasa bersalah sedikit pun.

Sam menatap Allamanda terkejut. Namun, dengan cepat mimik wajahnya ia ubah menjadi sok sedih.

"Gara-gara lo nih, Ngel! Pacar gue ngambek kan, kalau dia minta putus, gue bakar rumah lo!" Kemudian, Sam melenggang pergi, meninggalkan kerumunan orang-orang yang berangsur-angsur membubarkan diri karena bintang pertunjukkan telah pergi.

"Daf, Yan, obat Samuel abis?" tanya Rizky dengan ekspresi lugu.

"Mungkin," sahut Bryan sekenanya.

"Udah ah, ayo balik!" sanggah Dafa yang dengan cepat menarik Bryan dan juga Rizky, meninggalkan Angel dan Siska begitu saja.

"Lo nggak papa Ngel?" tanya Siska khawatir. Angel menggeleng pelan, lalu berlalu pergi sembari menghentak-hentakkan kakinya.

Hari yang menyebalkan.


***

"Sam, lo beneran pacaran sama cewek tadi?"

Sam menoleh ke arah Rizky yang berada di sampingnya. "Kalo iya kenapa? Kalo nggak kenapa?"

"Nggak. Kepo aja gitu."

"RIZKY!! SAMUEL!! PERHATIKAN KE DEPAN!" Bentak Pak Bowo dengan kesal. Sedangkan anak muridnya malah cengengesan tidak jelas.

"Kenapa kalian tertawa!? Kalian mengejek saya!?"

"Nggak Pak. Si Bapak mah, baperan banget kita nggak ngejek kok, ya kan Ky?"

"Betul tuh, Bapak kok jadi baperan gini? Abis putus cinta ya?"

Diluar dugaan, Pak Bowo malah berjalan menuju tempatnya dan mengangguk setuju.

"Iya nih, Bapak lagi putus cinta. Pacar baru bapak, kemarin tiba-tiba minta putus gitu aja katanya Bapak terlalu serius. Emang Bapak segitu seriusnya ya?"

Anak-anak kelas XI IPA-3 menganggukan kepalanya secara serempak. Pak Bowo hanya bisa menghela napas lelah. "Terus, Bapak harus gimana dong? Bapak putus asa nih."

Semuanya semakin bingung dengan tingkah Pak Bowo yang menurut mereka luar biasa ajaib. Terutama Sam dan Rizky yang terheran-heran menatap sang guru yang tengah menopang dagu.

Ini beneran Pak Bowo? Atau hantu penasaran yang sedang putus cinta?

Sekiranya, mungkin seperti itu pemikiran mereka melihat guru di depannya ini yang masuk dalam jajaran guru killer di sekolah.

Ck, Hari yang aneh.

Bad Boy Love Cold GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang