Allamanda baru saja selesai mandi, dan kini tengah mengeringkan rambutnya dengan handuk tatkala, ponselnya tiba-tiba berdering. Ia berjalan menuju nakas, meraih ponselnya dan melihat sebuah pesan yang dikirimkan Sam padanya.
Samuel: cepetan turun, gue udah di bawah.
Refleks, Allamanda menatap jam dinding yang baru menunjukkan pukul lima lewat lima menit. Dengan lincah, jari-jarinya menari di atas keypad.
Allamanda: Katanya jam 8
Samuel: Bawel, cepetan turun.
Untung pacar.
Allamanda menggeram, namun tak urung ia tetap merapikan rambutnya dan mulai mengenakan pakaian yang memang sesuai untuk acara jalan-jalan mereka. Lantas, ia turun ke bawah dan segera berjalan keluar. Di sana, ia mendapati Sam yang tengah duduk di atas motornya.
“Naik, gih.”
“Mau kemana?”
"Naik aja, lo bakal suka kok.” Allamanda mengangguk, dan mulai menaiki motor tersebut. Setelah memastikan Allamanda telah naik, Sam pun menjalankan kendaraan beroda dua tersebut. Sepanjang jalan, Allamanda memilih diam, sibuk menikmati angin yang menerpa wajahnya dengan lembut namun, kernyitan di dahinya seketika muncul ke permukaan kala motor yang dikendarai Sam berhenti di depan sebuah gedung tua yang sudah lama tak ditempati—dilihat dari dinding-dindingnya yang mengusam dan mulai ditumbuhi lumut. Mirip seperti tempat yang pernah ia kunjungi bersama Sam dan Bryan kala itu.
Sam menghentikan motornya. “Turun, Al.”
"Kita buat apa ke sini?” tanya Allamanda ketika kakinya telah menginjak tanah.
Sam tersenyum. “Lo akan tahu nanti, ayo cepat! Nanti kita kehilangan moment.” Sam mengulurkan tangannya. Allamanda menatap ragu, namun pada akhirnya ia menerima uluran tersebut dan berjalan beriringan.
Sesampainya di rooftop bangunan tersebut, Allamanda menatap takjub pada apa yang kini ia lihat. Sang surya kembali ke peraduannya, kilau jingga yang indah memancar di kejauhan menciptakan sebuah keindahan yang memesona. Seolah mendukung, angin mulai melakukan tugasnya untuk membuat Allamanda semakin terbuai. Ia membelai pipi keduanya dengan mesra. Perlahan, sudut-sudut bibir Allamanda mulai tertarik ke atas, menciptakan lengkungan sabit yang sempurna.
“So pretty.”
Sam mengangguk, seakan setuju. Namun, pandangannya bukan mengarah pada kilau indah di ufuk barat melainkan, gadis yang kini berada di sampingnya.
“Tapi, semua itu kalah indah sama apa yang kini gue lihat.”
Allamanda menoleh. “Apa?”
“Lo.”
“Receh.” Allamanda terkekeh.
“Gue serius.” Ada kesal di balik nada bicara Sam.
Allamanda kembali terkekeh, manis. Ia melangkahkan kakinya menuju tepi, lantas memilih untuk duduk dengan kaki yang tergantung. Ia menepuk tempat di sampingnya, mengisyaratkan Sam utuk duduk di sebelahnya. Sam mengangguk. Kini, keduanya tenggelem dalam diam dengan latar sunset yang indah.
![](https://img.wattpad.com/cover/110308456-288-k164992.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Love Cold Girl
Fiksi Remaja[Completed] Teruntuk kamu yang selalu menjadi alasan atas apa yang terjadi dalam hidupku. Terimakasih atas tawa bahagia yang engkau ciptakan, dan juga luka mendalam yang kau sematkan di hidupku. -Allamanda Untuk kamu yang kini hanya bisa ku kenang. ...