Rizky memandang Bryan heran. “Wheely? Di sini nggak ada yang namanya Wheely, yang ada tuh Samuel, Dafa, Allamanda, Vika, Ninda sama Luna, nggak ada yang namanya Wheely,” ujar Rizky seraya menunjuk mereka satu persatu seolah Bryan adalah orang asing yang tidak mengenal siapa pun.
"Gue juga tahu kali, Wheely yang gue maksud itu Allamanda.” Semuanya dengan kompak menatap Allamanda, yang ditatap malah diam tak bereaksi.
Dafa menyahut sangsi, “Allamanda di depan kita?”
“Ya.”
“Bisa nggak, ngobrolnya di kantin aja, gue lapar nih,” celetuk Ninda tanpa rasa malu. Mereka akhirnya menjeda obrolan itu untuk sementara. Sam yang biasanya cerewet, mendadak dirasuki setan pendiam.
Wheely? Allamanda? Bryan? Mereka mantanan? Batin Sam bermonolog.
Sesampainya di kantin, mereka berlapan duduk dalam satu tempat yang berada sedikit pojok dengan formasi, Allamanda diapit oleh Sam dan Bryan. Di samping Sam ada Rizky, Vika, Luna, lalu Ninda yang di sebelahnya adalah Dafa. Mereka duduk dengan membentuk sebuah lingkaran.
“Ky, lo pesen gih.”
Rizky menatap Sam dongkol. “Lah, kok gue? Tangan gue nggak cukup untuk megang makanan kita semua.”
“Biar gue aja,” sahut Vika, semua pandangan sontak menatap ke arahnya kecuali Allamanda yang hanya melirik lalu menyenderkan kepala di bangku sembari menghela nafas lelah.
“Eh, gue juga kalau gitu.”
“Lo tuh, kalau soal cewek aja gercep. Dasar buaya!” Mereka tertawa.
“Buaya jangan sebut buaya dong, Daf. Kalau gitu, gue sapu rata aja semua batagor.”
“Lo yang traktir tapi,” sahut Ninda.
“Oke.”
“Eh, gue ice lemon tea aja,” Dafa kembali bersuara. Keduanya mengangguk lalu melenggang pergi.
“Gue punya dipedesin ya!” seru Ninda yang direspon dengan acungan jempol dari Vika. Setelah keduanya pergi, mereka asik dengan dunia masing-masing. Sam dan Bryan yang sibuk mengoceh dengan Allamanda, Ninda dan Dafa yang sibuk berbincang, serta Luna yang asik dengan ponselnya walau sesekali ia menyimak perbincangan diantara Allamanda.
“Al, bentar lo sibuk nggak?”
"Kenapa?”
“Jalan yuk.”
“Males.”
“Ikut aja Al, bukan lo sama Sam aja kok, gue juga ikut sekalian refreshing,” sahut Bryan.
“Gue usahain.”
“Lo mantanan sama Bryan?” tanya Sam spontan.
“Kenapa lo nanya gitu?”
“Ya, abisnya kalau ada Bryan lo mau ikut sedangkan, tadi gue ajak lo nggak mau.”
“Relasinya?”
“Nggak tahu. Itu cuma hipotesis gue aja.”

KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Love Cold Girl
Ficção Adolescente[Completed] Teruntuk kamu yang selalu menjadi alasan atas apa yang terjadi dalam hidupku. Terimakasih atas tawa bahagia yang engkau ciptakan, dan juga luka mendalam yang kau sematkan di hidupku. -Allamanda Untuk kamu yang kini hanya bisa ku kenang. ...