BAB 25

4.7K 211 1
                                    

"Sst, lo harus kuat Al. Terkadang, sebuah kesedihan adalah awal dari sebuah kebahagiaan. Tuhan udah merancang semuanya, dan inilah yang terbaik. Tuhan lebih sayang ayah lo, Al. Dan dengan semua yang terjadi sama lo, lo bisa belajar untuk menjadi pribadi yang dewasa. Lo itu kuat Al, lo cewek paling kuat. Lo harus percaya sama diri lo sendiri.” Jeda sebentar, sebelum Sam melanjutkan kalimatnya, “siapin diri lo Al. Besok, ayah lo akan datang. Walau ayah lo nggak akan menyambut dengan sebuah pelukan, tapi percayalah ayah lo akan bahagia di atas sana ketika melihat lo bisa mengikhlaskan kepergiannya dan tersenyum di pemakamannya nanti.” Ada sakit yang menghantam hatinya ketika mendengar penuturan Sam. Ia mencoba mengelak, namun sekuat apapun itu, ia takkan pernah merubah kenyataan.

Allamanda melepas pelukannya. Ia tersenyum, walau terlihat begitu dipaksakan. “Thank’s.” Sam tersenyum kecil.

"Jadi, sekarang lo harus makan ya, ayo bayi besarku, pesawat datang aaa.” Allamanda tersenyum kecil yang akhirnya memutuskan untuk makan. Sam menghembuskan napas lega.

“Apa, Allamanda sudah makan Sam??” tanya Samanta yang baru saja datang.

“Sudah Buk. Ya, walau hanya sedikit. Allamanda juga sudah minum obat.”

“Makasih ya, Sam karena sudah menjaga Allamanda. Maaf karena ibu merepotkanmu.”

“Ibu nggak perlu terimakasih, ini sudah menjadi tugas saya sebagai pacarnya.”

Samanta nampak terkejut, namun seketika tersenyum. “Selamat ya, semoga kalian berdua bisa saling menjaga. Ibu percayakan Allamanda sama kamu, jangan kecewain ibu ya.”

Sam mengangguk. “Ibu bisa percaya sama saya.” Sam melirik jam di tangannya. “Buk kayaknya ini udah kemaleman. Apa saya boleh izin pulang sama Allamanda?”

“Boleh, tapi sebaiknya biarkan Allamanda tetap di sini. Ibu lihat, kondisinya masih lemah, bahaya. Apalagi kalian naik motor, jadi lebih baik Allamanda di sini saja. Besok pagi, kamu bisa ke sini kalau mau nanti biar ibu yang izinkan sama kepala sekolah. Gimana? Kalian setuju?”

“Terserah, ibu saja.”

“Yaudah Buk, besok saya akan ke sini. Saya pamit, Assalamualaikum.”

Wa'alaikumsalam.”

***

"Allamanda, apa kamu sudah siap-siap?” Cukup lama, hingga akhirnya Allamanda keluar dengan wajah tanpa ekspresi dan mata yang sembab.

Samanta terlihat khawatir. “Apa kamu yakin, mau ikut? Jika tidak, kamu bisa–“

Allamanda duluan menyanggah. "Saya ikut.”

Samanta tersenyum, ia memeluk Allamanda erat. “Baiklah. Sekarang kamu nggak perlu sungkan sama Ibu, oke?”

“Oke, ayo kita turun.” Ketika sampai di bawah, Allamanda sedikit terkejut melihat semua sahabatnya berada di sana. Mereka yang peka akan kehadiran Allamanda, langsung memeluknya erat. Ninda dan Vika sampai menangis dalam pelukan tersebut.

“G-gue nggak nyangka, om Robert bisa pergi secepat ini. Lo yang sabar ya Al, kita semua ada di sini. Lo kuat kok,” ujar Ninda setelah tangisnya mereda.

“Lo yang k-ku-kuat ya Al, kita semua selalu ada buat lo. Kapan pun lo butuh, kita akan selalu siap buat lo. Jangan sedih Al, kita semua sayang sama lo,” kata Vika seraya mengusap air matanya, tersenyum pada Allamanda seolah, mencoba memberinya kekuatan. Allamanda tersenyum tipis. Senyum yang terlihat begitu dipaksakan.

Bad Boy Love Cold GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang