BAB 22

7.1K 383 0
                                    

“Kita semua sayang sama lo. Gue, Vika, Ninda, kita semua sayang sama lo. Apa lo tahu, gimana perasaan kita ketika lihat lo berubah dan gabung sama Angel? Sakit Lun, kita sakit. Kita merasa bersalah atas apa yang terjadi sama lo. Dan gue, gue nggak pernah bermaksud untuk merebut Sam dari lo. Gue bahkan nggak tahu kalau lo suka sama Sam. Kalau dari awal gue tahu, gue nggak akan menjalin hubungan sama dia karena gue menghormati perasaan lo sebagai sahabat gue.”

“Lo sayang sama gue kan?”

Allamanda mengangguk. “Sangat. Lo itu udah gue anggap sebagai saudara gue sendiri.”

“Putusin Sam sekarang juga, kalau lo memang sayang sama gue.”

“Tapi Lun,"

“Putusin dia dan gue akan kembali seperti Luna yang dulu, atau lo akan menyesal. Gue beri lo waktu sampai besok.” Luna beranjak dari duduknya. “Gue harap, lo mengambil keputusaan yang tepat.”

Allamanda menghela nafas lelah. Kenapa, kenapa semuanya menjadi seolah begitu rumit. Apa yang harus ia pilih? Perasaannya, atau sahabatnya? Allamanda membuang nafas keras, lalu meraih ponselnya dan mengirimkan sebuah pesan kepada seseorang. Pesan, yang ia harap tidak akan melukai siapa pun.

“Maafin gue Sam, maafin gue,” lirih Allamanda yang tanpa sadar, menciptakan setitik air yang mengalir dari kedua matanya, bersamaan dengan turunnya hujan di luar sana.

***

Sam yang posisinya baru selesai mandi, mengerutkan keningnya ketika mendengar suara getar dari ponselnya. Malas melihat, ia memilih untuk mengenakan pakaian terlebih dulu dan memutuskan untuk tidur. Sebelum merealisasikan kegiatannya itu, ia meraih ponselnya dan berniat untuk mengaktifkan mode silent ketika sebuah pesan dari Allamanda muncul di lock screen-nya.

Allamanda: Sori, tapi gue mau kita putus.

Sam terdiam, memandang layar ponselnya selama sejenak. Memandangi kata demi kata yang menciptakan makna mendalam baginya. Apa gadis itu bercanda? Enggan berspekulasi macam-macam, ia memutuskan untuk menelpon gadis itu. Namun, yang terdengar hanyalah suara operator disetiap panggilannya. Tak kunjung mendapatkan jawab, Sam meraih jaket serta kunci motornya lalu melesat menuju rumah Allamanda, tak perduli dengan langit yang nampak mendung dan sedikit lagi akan menumpahkan keluh kesahnya.

Sam mengendarai motornya dengan kecepatan penuh, ia menyalip semua kendaraan yang berada di depannya, tak perduli dengan klakson para pengendara yang kesal akibat ulahnya. Kini, di pikirannya hanya satu, bertemu Allamanda dan menjelaskan semua yang terjadi. Tidak butuh waktu lama bagi Sam, untuk sampai di rumah Allamanda. Segera, ia turun dari motornya dan berjalan menuju rumah Allamanda yang nampak sepi.

Sam membunyikan bel berkali-kali, namun sama sekali tak ada sahutan dari dalam sana. Pintu pun, tak kunjung dibuka.

“Allamanda!!” Hasilnya masih tetap sama. Tidak ingin menyerah, ia kembali memencet bel tersebut dan kembali berseru, “Allamanda!!” Bertepatan dengan itu, hujan turun dengan lebatnya. Sam berhenti, ia memandang rintikan hujan tersebut yang perlahan, membawa gadisnya mendekat. Tidak, ia tidak mengkhayal. Di depan sana, Allamanda baru saja turun dari sebuah ojek dengan baju yang basah kuyup.

Sam berjalan cepat menuju Allamanda. “Al, lo kenapa?”

Allamanda tak menyahut, dan kembali melanjutkan langkahnya. Namun, tidak semudah itu untuk mengabaikan Sam. Lelaki itu mencekal tangan Allamanda, membuat Allamanda terpaksa berbalik ke arahnya.

Bad Boy Love Cold GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang