BAB 16

10.2K 449 1
                                    

Mereka tak perlu lama memencet bel karena beberapa saat kemudian pintu sudah terbuka dan menampilkan Allamanda dengan wajah lesu. “Kalian ngapain?”

“Gue ke sini mau bantu lo ngerjain tugas Kimia. Lo kan, kurang paham sama soal seperti itu.”

Allamanda menatap Ninda malas. “Nggak salah?” Ninda meenggeleng mantap. “Ya udah, masuk gih.” Lantas, keduanya berjalan memasuki rumah Allamanda menuju kamar atas.

“Astagfirullah!! Dasar makhluk kurang ajar! Masuk nggak bilang-bilang, main rebahan pula. Nggak tahu diri!” pekik Ninda ketika pintu terbuka dan menampilkan Vika yang tengah berbaring dengan nikmatnya di atas kasur. Allamanda memilih berjalan tanpa memperdulikan Ninda yang teriak-teriak layaknya orang kesurupan.

“Woi Nin, suara lo nggak bisa dikerasin lagi? Sakit kuping gue tai. Lagian, Allamanda juga nggak marah, lo aja yang baper gue tingggalin.”

“Kampret.”

Allamanda yang jengah, akhirnya membuka suara, “Lo berdua sebenarnya mau ngapain ke sini? Kalau nggak ada urusan mending pulang aja deh. Gue mau tidur, nggak lihat apa, mata gue udah kayak orang nangis semalaman.”

“Emangnya lo kenapa, sampai nangis semaleman?”

“Vik, lo tuh bego atau pura-pura bego?? Gue bilang kan, kayak orang nangis bukan berarti gue nangis!” Dengan wajah innocent Vika mengangguk sebagai respon, tanpa memperdulikan tatapan Allamanda yang siap menerkamnya.

“Gue rasa, Vika lagi baper deh. Soalnya, gue pernah baca entah apa itu gue lupa tapi katanya kalau orang lagi baper itu suka ngeselin terus tulalit pula. Karena, mereka nggak bisa fokus dengan hal lain, dipikiran mereka cuma orang yang buat mereka baper aja,” kata Ninda sesaat setelah ia duduk di samping Allamanda. Vika yang mendengar penuturan dari Ninda, tiba-tiba terbatuk. Hal itu membuat, opini yang barusan disampaikan Ninda menjadi tak terbantahkan.

“Gue rasa lo benar. Baru aja diomongin, dianya udah bereaksi.”

“Apaan sih, siapa juga yang baper. Lo kali, asal nuduh aja,” ujar Vika membela diri.

“Nin, kayaknya gue tahu, siapa orangnya.” Wajah Vika mendadak panik. Ia mencoba untuk mengontrol ekspresinya namun, tak bisa. “E-emang siapa coba??”

“Gue yakin, pasti Jono kan?” For your information, Jono adalah teman sekelas ketiganya waktu kelas sepuluh. Laki-laki dengan tubuh tambun, kacamata bulat, serta tahi lalat di pipi kirinya itu, sangat membekas di ingatan ketiganya. Pasalnya, sudah menjadi rahasia umum jika Jono jatuh cinta sama Vika. Beribu kali, ia menyatakan perasaannya namun beribu kali juga, Vika menolaknya. Hingga kini, jika Jono tanpa sengaja bertemu dengan Vika maka ia akan menyatakan jika Vika ialah pacarnya.

“DEMI NEPTUNUS YANG MENIKAH DENGAN CINDERELLA, LO BENERAN GILA ALLAMANDA! NGGAK MUNGKIN GUE BAPER SAMA MAKHLUK SE-ABSURD DIA. AMIT-AMIT!” pekik Vika dengan hebohnya. Respon Allamanda dan Ninda hanyalah gelak tawa yang cukup nyaring, terutama Ninda.

“Amit-amit, atau amin-amin?” goda Ninda disela-sela tawanya.

“Ninda!!” Vika menyerang Ninda dengan nafsu iblis yang menguasainya. Ninda tertawa hingga nafasnya terengah-engah.

“Ampun Vik, gue becanda doang.” Vika menghentikan serangannya, ia mendelik.

“Udah ah, gue capek ketawa terus. Kalian sebenarnya mau ngapain ke sini?”

Bad Boy Love Cold GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang